Part 15

37.7K 3.4K 83
                                    

Kayla mengirim satu pesan WhatsApp pada Mustika.

Tika, Pak Rakha ingin ketemu sama kamu. Apa kamu bersedia? Katanya ia bisa membantu kamu membatalkan perjodohan dengan Mas Bagas.

Hening.
Kayla mengira mungkin Mustika masih sibuk mengajar. Ia tak tahu, kisah apa yang pernah tersemat di antara Mustika dan Rakha, yang pasti Kayla bisa merasakan bahwa dosen pembimbingnya begitu berharap bisa bertemu dengan Mustika.

Balasan yang dinantikan Kayla datang juga.

Aku sebenarnya ragu untuk ketemu Rakha, tapi aku akan mencoba. Aku udah nggak tahu lagi gimana cara untuk berbicara pada orang tuaku.

Kayla pun mengirim pesan pada Rakha untuk memberi tahu bahwa Mustika bersedia bertemu dengannya. Kayla menjadi perantara yang menghubungkan keduanya untuk bertemu di satu tempat.

******

Mustika memandangi hiruk pikuk pengunjung yang mendatangi restoran, tempatnya bertemu dengan Rakha. Ia merasa tak nyaman dengan tatapan Rakha yang menyasar tajam ke arahnya. Di matanya, aura mesum Rakha tak pernah luntur dan ia membencinya. Bagi playboy seperti Rakha, perempuan tak ubahnya seperti barang yang bisa dipermainkan kapan saja ia menginginkannya.

"Bagaimana dengan tawaranku, Tika?" Rakha mengurai senyum tipis. Senyum yang mungkin dapat melumpuhkan para gadis, tapi tidak dengan Mustika.

Gadis itu terpaku, menimbang kembali penawaran Rakha. Apa ini bisa jadi solusi sementara? Mengenalkan Rakha sebagai orang yang sedang dekat dengannya pada orang tua dengan harapan kedua orang tuanya akan melupakan rencana perjodohan dengan Bagas.

"Aku yakin, orang tua kamu akan menyukaiku. Aku punya pekerjaan yang jelas, mapan, dan prestisius. Jauh lebih baik dibandingkan pekerjaan Irhaz. Bukankah selama ini orang tuamu selalu mempermasalahkan pekerjaan dan pendidikan Irhaz? Jika kamu memiliki calon lain yang memiliki background pendidikan dan pekerjaan yang lebih baik dibandingkan Irhaz, orang tua kamu pasti akan mempertimbangkan untuk membatalkan perjodohanmu dengan Bagas." Rakha tersenyum sekali lagi.

Mustika tahu, ia tak memiliki banyak waktu untuk mengatur rencananya sendiri sementara hari pertunangan itu semakin dekat. Dalam kebingungannya ia memutuskan menerima tawaran Rakha. Ini hanya pura-pura, pikirnya.

"Baiklah, aku terima tawaranmu," balas Mustika.

Rakha tersenyum licik. Ia tahu gadis itu akan kembali jatuh pada perangkapnya. Bukan hanya ciuman pertama Mustika yang sudah ia rebut, ia pastikan Mustika akan menjadi miliknya seutuhnya. Ingin ia bungkam keangkuhan gadis itu dengan desahan nikmat yang tak akan bisa Mustika tolak di malam pertama nanti. Dan ia bisa membuang gadis itu kapan pun ketika ia merasa bosan.

******

Kayla bersyukur, usulan penelitiannya telah disetujui. Ia mempersiapkan catatan tentang data-data yang ia butuhkan. Ia juga merasa lega setelah Mustika mengabari bahwa orang tuanya tengah mempertimbangkan untuk memutuskan perjodohannya dengan Bagas setelah gadis itu mengenalkan Rakha sebagai calonnya. Ini memang hanya sandiwara. Namun setidaknya Mustika terbebas dari perjodohan dengan orang yang tidak ia cintai.

Kayla belum mengenal Rakha dengan baik, tapi ia harap Rakha benar-benar tulus membantu Mustika.

Kayla mematut diri di cermin. Bagas yang sudah tiba di Bandung kemarin, akan datang menjemputnya untuk kembali meminta restu orang tua. Hatinya berdebar tak menentu, deg-degan bukan kepalang. Namun ada secercah harapan bahwa kali ini orang tua Bagas terutama sang ibu akan melunak karena orang tua Mustika tengah menimbang kembali rencana pertunangan Bagas dan Mustika.

Bagas menjemputnya tepat waktu. Saat pertama kali melihat Kayla, matanya seolah tak berkedip. Gadis itu terlihat semakin menawan. Sampai akhirnya Kayla mengingatkan Bagas untuk tak berlama-lama memandangnya, laki-laki itu pun menjadi canggung. Memang paling indah jika ikatan itu segera dihalalkan, jangankan dipandang, disentuh pun tidak dilarang.

Sambutan ibu Bagas masihlah dingin dan datar. Rona tak bersahabat masih terlihat jelas di raut wajah sang calon mertua.

"Pak, Bu, Bagas dengar, Mustika sudah punya calon seorang dosen. Orang tua Mustika juga tengah mempertimbangkan untuk merestui hubungan mereka. Jadi bukankah lebih baik, Bapak Ibu merestui hubungan Bagas dan Kayla?" Bagas menatap kedua orang tuanya bergantian. Besar harapannya bahwa kali ini ibunya akan melunak.

"Memang kemarin orang tua Mustika membicarakan soal ini. Mereka tengah menimbang untuk membatalkan perjodohan Mustika dan Bagas. Jujur Ibu kecewa, sangat kecewa. Ibu pikir mungkin ini ada kaitannya dengan Kayla. Kayla dan Mustika bersengkokol untuk membatalkan perjodohan Bagas dan Mustika." Nining menatap Kayla tajam dengan tatapan menuduh.

Kayla tercekat. Ia tak tahu apa dirinya bisa disebut bersengkokol atau tidak. Yang jelas ia tahu, Mustika dan Rakha tengah bersandiwara. Namun ia tak bisa membeberkan fakta ini di depan orang tua Bagas.

"Ibu, kenapa ibu main tuduh begitu? Mustika punya pilihan sendiri, begitu juga dengan Bagas. Kenapa Ibu tak bisa berbesar hati untuk merestui hubungan kami?" Bagas tak akan menyerah untuk mendapatkan restu sang ibunda.

"Ibu tidak suka Kayla. Ibu tidak suka latar belakang Kayla. Kalau kamu mau ibu merestui, cari calon yang lain, yang berasal dari keluarga baik-baik dan berpendidikan tinggi." Kata-kata itu meluncur dengan tegasnya, menusuk-nusuk hati Kayla yang terdalam.

"Kamu juga Kayla, cari laki-laki lain yang setara dengan kamu," tandas Nining dengan tatapan penuh benci.

"Ibu, lebih baik Ibu belajar membuka hati untuk menerima Kayla. Dia gadis yang sopan, baik." Budi mengusap lengan sang istri agar sedikit menurunkan emosi.

Nining memalingkan muka. Meski sakit, Kayla mencoba untuk tetap tegar. Ia tak akan mundur sedikitpun.

"Bagas dan Mustika nggak saling cinta. Kita nggak bisa maksa, Bu," ujar Budi.

Nining tak membalas apapun. Rasanya ia tak rela jika anaknya menikah dengan Kayla.

"Anak udah nemu pilihan. Seharusnya kita dukung, bukan menyulitkan mereka." Budi beralih menatap Bagas.

"Bagas apa kamu yakin untuk segera menikahi Kayla?" tanya Budi dengan sorot mata tertajamnya.

"Yakin, Pak. Dari awal Bagas mengutarakan niat Bagas untuk menikahi Kayla, itu artinya Bagas sudah sangat yakin."

"Baiklah, kita temui ayah Kayla untuk melamar Kayla," balas Budi tegas.

Nining membulatkan matanya. Ia kecewa dan marah dengan keputusan suaminya. Saking marahnya, wanita itu tak bisa berkata-kata dan berlalu begitu saja dari ruang tamu.

"Terima kasih banyak, Pak." Bagas menjabat tangan sang ayah dan menciumnya.

Kayla terharu, akhirnya perjalanan cinta mereka akan sampai di tujuan utama, menghalalkan ikatan dalam pernikahan. Meski masih ada yang mengganjal, restu sang calon ibu mertua yang belum juga diberikan. Namun ia yakin, Allah akan memberi jalan terbaik.

******

Sedikit saja. Mohon maaf dua Minggu ini mungkin off karena mau ujian. Terima kasih utk yang masih mengikuti lapak ini meski lambat update.

Mantan Dosen Pembimbing (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang