Part 4

52.4K 5.5K 482
                                    

Absen dulu yg emak-emak squad siapa aja ya? 😂
Yg single banyakan umur berapa?
Untuk genre romance kalian senang adegan romantisnya sebatas apa? Seperti biasa, aku gak akan pakai adegan eksplisit di cerita manapun ya. Apalagi di sini tokoh utamanya belum menikah. Jadi ada batasannya.

Kayla menyajikan dua gelas teh hangat di hadapan Aminah dan Toro. Sepiring ubi rebus turut menghangatkan atmosfer di rumah cukup besar yang masih melestarikan gaya arsitektur ala zaman kolonial itu. Tak hanya jendela kamar yang panjang dan besar, bangunan rumah juga terlihat tinggi dengan ubin antik khas zaman penjajahan Belanda.

Dua eyangnya ini masih terlihat sehat dan segar kendati usianya sudah memasuki 70 tahun. Tak hanya itu, mereka pasangan suami istri yang berwawasan luas dan dermawan. Tak heran saat mereka memutuskan pindah dari Bandung ke Purwokerto, banyak tentangga yang merasa kehilangan.

"Kayla, Eyang ingin bicara serius sama kamu." Aminah memandang cucu angkatnya dengan tatapan yang begitu teduh.

"Ada apa, ya, Eyang?" Kayla penasaran dengan apa yang tengah dipikirkan eyang putri.

"Kamu sudah 23 tahun. Sudah bisa dibilang pantas untuk menikah. Apa kamu belum ada keinginan untuk menikah?" sebelumnya Aminah ragu untuk bertanya. Namun ia juga ingin Kayla menemukan seseorang yang tepat dan bisa menjadi imam yang baik untuknya.

Kayla terdiam. Berbekal pengalaman pahit dibesarkan dalam keluarga yang tak harmonis dan diwarnai kekerasan serta pertengkaran, membuat Kayla memiliki ketakutan tersendiri tentang pernikahan. Ia skeptis akan cinta. Ia skeptis akan adanya laki-laki yang tulus mencintai dan menerimanya dengan latar belakang keluarga yang hancur. Terlebih jika tahu saat ini ayahnya tengah mendekam di penjara, ia ragu ada yang mau menerimanya dengan tulus. Mungkin ada laki-laki yang tak mempermasalahkan, tapi bagaimana dengan keluarganya?

"Kayla... Kayla belum siap menikah. Kalau nanti Kayla menikah, Kayla akan dibawa suami Kayla. Lalu siapa yang akan mengurus Eyang?" Kayla menatap Aminah dan Toro bergantian.

Toro tertawa renyah.

"Kalau kamu menikah, Eyang malah senang karena ada seseorang yang akan menjaga kamu. Kamu nggak perlu mengkhawatirkan Eyang. Kami udah sepuh, tinggal nunggu dipanggil sama Allah. Kami justru memikirkan masa depanmu." Toro tersenyum lembut. Ia ingin melihat Kayla bahagia bersama seseorang yang tepat untuknya, yang akan bersama-sama menjalani suka duka kehidupan dengan bernaung pada cinta karena Allah. Gadis itu pantas mendapatkan kebahagiaan.

Mendadak ada hujan yang turun membasahi hati Kayla. Rasanya begitu sedih mendengar sang eyang bicara soal kematian. Bagaimana jika mereka dipanggil Allah? Sanggupkah Kayla menjalani hari-harinya dengan kembali merasakan sakitnya kehilangan? Hingga detik ini sakit karena kehilangan sang ibu masih terasa begitu perih, jejak luka itu masih menganga.

"Bagaimana dengan Bagas, Kayla? Eyang rasa dia punya perhatian khusus sama kamu. Anaknya juga sopan." Aminah melirik Toro sekilas dan dibalas anggukan oleh Toro, pertanda Toro sependapat dengan istrinya.

Tiba-tiba dadanya berdebar hebat dan jantungnya seakan berpacu berkali lipat begitu mendengar nama itu disebut. Ketakutan setiap mendengar nama itu perlahan mengikis, barganti dengan debaran lain yang tak bisa ia jelaskan secara rinci. Ia terbayang wajah Bagas yang menyiratkan kekecewaan ketika ia menolak ajakan untuk makan malam.

"Kami tak ada hubungan apapun," balas Kayla pelan.

"Tak ada hubungan apapun untuk saat ini, tapi tak menampik kemungkinan untuk kalian bisa mengenal lebih dekat," tukas Aminah.

Kayla tak merespons. Sama sekali tak terpikirkan olehnya untuk menikah dengan seseorang yang pernah menyakiti dan salah satu penyumbang trauma hebat dalam hidupnya. Kata-kata kasar Bagas masih saja terngiang. Ia memaafkannya, tapi rasa sakit itu begitu susah untuk dienyahkan.

Mantan Dosen Pembimbing (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang