Waktu seakan terhenti. Dua insan itu masih saling menatap dengan debaran yang masih merajai. Irhaz menatap wajah Vera yang masih tertuju padanya. Sorot bening itu tiba-tiba menyadarkannya akan status mereka sebagai atasan dan bawahan. Irhaz sadar siapa dirinya. Meski ia merasakan ada ketertarikan yang juga dirasakan Vera, dia tak mau gegabah. Tak ingin lagi mengulang kisah cinta yang kandas karena perbedaan status sosial. Ia pun menyadari, tak seharusnya ia memanfaatkan kesempatan untuk mencumbu Vera ataupun menyentuhnya. Irhaz menunduk dan sedikit mundur.
Vera pun sadar, ia seperti hanyut dalam pesona Irhaz hingga lupa bahwa hubungan mereka hanya sebatas atasan dan bawahan di kantor dan teman di luar kantor. Tak seharusnya ia memberi celah untuk Irhaz melakukan sesuatu yang lebih.
Keduanya menjadi kikuk, salah tingkah, dan sesaat bingung hendak berbuat apa. Vera segera mencairkan suasana.
"Irhaz, kapan brokoli dan kolnya dimasukkan?" tanya Vera sembari melirik ke arah wajan.
"Oh iya, jadi lupa mau masukin sayurnya." Irhaz memasukkan sayuran dan mengaduk-aduk sayuran yang sudah tercampur. Ia berusaha bersikap santai seakan tidak terjadi apa-apa.
Keduanya berusaha bersikap biasa, melebur rasa sungkan menjadi canda tawa. Ponakan dan kakak sepupu Vera datang tepat waktu setelah Irhaz selesai memasak. Vera adalah anak tunggal, karena itu ia sangat akrab dengan kakak-kakak sepupunya yang sudah Vera anggap seperti kakak kandung. Gadis itu juga menyayangi anak-anak dari kakak sepupunya.
Anna, kakak sepupu Vera hanya singgah sebentar. Ia sudah terbiasa mengantar putrinya ke apartemen Vera setiap kali putrinya ingin menginap di apartemen tantenya.
Cheryl, gadis kecil berusia tujuh tahun itu sangat senang menatap semangkok capcay di hadapannya. Anak itu menyukai sayuran karena ibunya terbiasa memasak sayur untuknya. Selain itu, Vera juga menyajikan ayam bakar yang ia beli tadi sore.
"Gimana rasanya, Cheryl? Om Irhaz lho yang masak." Vera tersenyum menatap gadis cilik yang tengah melahap makanan di hadapannya.
"Enak banget, Tante. Om Irhaz pinter masak, ya." Cheryl tersenyum menoleh ke arah Irhaz.
"Ya nggak pinter, sih, cuma suka aja." Irhaz tersenyum lembut.
"Aku suka banget sayuran. Mama aku sering masakin aku capcay, tumis sayur, sop sayur, kadang dibikinin brokoli goreng tepung juga." Cheryl bercerita penuh semangat, membuat Vera dan Irhaz gemas mendengarnya.
"Wah, bagus itu, Cheryl. Sayuran bagus buat kesehatan. Pantas aja Cheryl sehat, pinter, tiap hari makan yang sehat-sehat terus, ya."
"Iya, Om, kata Mama aku nggak boleh jajan sembarangan. Tiap hari Mama bawain aku bekal," lanjut Cheryl dengan senyum merekah.
"Hebat, ya didikan mamanya. Anak kecil biasanya pilih-pilih makanan, nggak mau sayur. Tapi Cheryl doyan banget makan sayur." Irhaz melirik Vera yang juga tengah tersenyum menatap Cheryl.
"Iya, Irhaz. Kak Anna itu ibu yang luar biasa. Kelak kalau aku nikah, terus punya anak, pingin juga kayak Kak Anna yang masak buat keluarga, nyiapin bekal."
"Kamu pasti bisa nanti." Irhaz tersenyum lembut. Melihat kedekatan Vera dan Cheryl dan bagaimana tante dan ponakannya ini berinteraksi, Irhaz yakin jika Vera akan menjadi seorang ibu yang baik.
Irhaz berpamitan setelah Cheryl menghabiskan makanannya dan gadis kecil itu juga mengatakan jika ia mengantuk. Vera begitu berterima kasih karena Irhaz mau menyempatkan datang dan memasak capcay yang super enak.
Sepulang dari apartemen Vera, Irhaz terbayang semua tentang Vera, entah senyumnya, keramahannya, tawanya, wajah cantiknya yang meneduhkan. Namun, di satu sisi ia tak ingin jatuh terlalu dalam. Ia takut jika perasaannya terlanjur dalam pada Vera, ia akan sakit lebih dalam lagi jika nanti cintanya tak terbalas atau berujung kandas. Hubungannya dengan Mustika di masa lalu yang berakhir getir membuatnya sedikit trauma untuk membuka hati, terlebih jika terbentur status sosial yang berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan Dosen Pembimbing (Completed)
RomanceAda satu pria yang membuat Kayla Iklima merasa ketakutan, cemas, bahkan juga trauma. Satu pria yang menhancurkan hatinya hingga porak poranda. Satu pria itu adalah dosen pembimbingnya sendiri, Wisanggeni Bagaspati. Rentang waktu kembali mempertemuka...