Ide lagi kencang di sini. Satu kali lagi deh. Abis itu lanjut Dear Mas Duda, Bullying Survivor dan Nikah Yuk, Mas! Part pendek lagi.
Mata bening itu menerawang ke atas. Tatapan bermuara pada langit-langit di kamarnya. Namun jika ditelisik lebih dalam, pandangannya seolah kosong. Ia tidak sedang menatap apapun. Pikirannya lebih banyak bekerja. Kejadian tadi siang masih membekas dalam ingatan. Wajah Kayla yang manis tampak begitu dingin jika tengah berhadapan dengannya. Dan gadis berhijab itu memilih menolaknya bahkan tanpa sepatah kata. Kini ia resah, memikirkan gadis itu mungkin tengah bersenang-senang dengan teman-temannya di bioskop.
Bagas menutup mata untuk sesaat. Dipandanginya segala sudut kamar di rumah kecil yang ia sewa. Entah kenapa, ia merasa hampa, kosong, dan bayangan Kayla semakin menghantui.
Sore tadi sebelum pulang dari kampus, ia meminta nomor Kayla pada Anto dengan dalih ingin memesan makanan pada Kayla karena gadis itu menerima pesanan snack dan nasi kotak. Namun hingga detik ini, ia tak berani menghubungi gadis berparas manis itu.
Masih di waktu yang tak jauh jedanya, ia menemui sahabat dekat yang ia kenal sejak kuliah. Namanya Fabian, asli Purwokero, juragan angkringan yang memiliki sepuluh gerobak angkringan dan tersebar di wilayah Purwokerto dan Sokaraja. Ia janjian bertemu di salah satu gerobak milik Fabian. Mereka berbincang sembari menikmati makanan angkringan yang sederhana tapi rasanya mantap luar biasa. Tak heran angkringan Fabian sudah memiliki banyak pelanggan.
Bagas teringat akan kata-kata sahabatnya ketika ia bercerita tentang Kayla. Bisa dibilang, semua rahasia Bagas ada di Fabian. Begitu juga sebaliknya. Meski Fabian terlihat santai dan kurang serius, tapi sekali memberikan nasihat, kata-katanya sering kali tepat mengenai sasaran dan mengena.
"Gas, sing jenenge wong wadon nek wis dilarani, angel marine. Apa maning omongan kasar, bakal kemutan terus. Lha jangankan wong wadon, wong lanang nek krungu omongan pedes bin nylekit be kemutan bae, mbok?" (Gas, yang namanya perempuan kalau udah disakiti, susah sembuhnya. Apa lagi omongan kasar, bakal inget terus. Lha jangankan perempuan, laki-laki kalau dengar omongan pedas bin nylekit juga inget terus, kan?)
Fabian sering berbicara dengan bahasa ngapak. Meski Bagas lahir dan besar di Bandung, tapi karena ayahnya asli Cilacap dan kerabatnya banyak yang dari Jawa ditambah dulu kuliah di Purwokerto, membuat Bagas akrab dengan bahasa ngapak dan bahkan fasih berbahasa ngapak.
Ia merenungi ucapan Fabian. Apa yang dikatakan Fabian memang benar. Kayla hingga kini masih terluka dan belum ikhlas memaafkannya. Ada satu nasihat Fabian yang membuatnya terperanjat dan memikirkan hal ini dalam-dalam.
"Hanya satu cara terbaik untuk mengobati lukanya dan menebus semua kesalahanmu. Nikahi dia! Buat dia bahagia. Bantu dia meraih hal-hal terbaik dalam hidupnya. Bantu dia meraih apa yang sudah hilang. Kamu turut andil membuat dia rapuh dan trauma."
Bagas bergetar mendengar penuturan Fabian yang begitu serius. Dia lebih sering melihat Fabian yang selengekan, santai, dan senang bercanda. Ketika laki-laki itu bicara serius, itu artinya benar-benar serius. Bagas tak tahu bagaimana perasaannya pada Kayla. Namun ia menyadari, nama itu sering kali mengusik pikirannya. Tanpa alasan yang jelas, ia sering merasakan rindu pada gadis itu dan berharap agar malam cepat berganti pagi agar bisa melihatnya lagi. Ia yang tak suka jajan di kantin, mendadak suka makan di kantin demi bisa melihat Kayla. Ia juga terluka dan kecewa karena Kayla menolak ajakannya menonton film. Apa memang benar, perlahan hatinya jatuh untuk Kayla? Seperti apa yang dikatakan Fabian bahwa kemungkinan dia memang sudah jatuh cinta pada Kayla.
Ia kembali teringat pada ucapan Fabian yang mengkritisi caranya mengajar dan membimbing skripsi.
"Aku bukan bermaksud menggurui, Gas. Tapi dari kasus Kayla, ini bisa kasih kamu pelajaran. Karakter setiap orang berbeda. Ada yang tahan banting saat digertak, ada yang gampang down seperti Kayla. Dari ceritamu tentang latar belakang Kayla, aku benar-benar kasian sama dia. Dari kecil besar di keluarga yang nggak harmonis. Dia trauma menghadapi laki-laki yang temperamental, kasar, karena ayahnya punya karakter yang kasar dan temperamental. Setelah dia SMA, ayahnya ditangkap polisi karena kasus pembunuhan. Dia diejek anak pembunuh. Belum lagi ibunya sakit-sakitan. Eh waktu kuliah dan skripsi dia ketemu sama dosen pembimbing yang temperamental dan kasar, jelas traumanya semakin menjadi. Aku bisa ngerti kenapa dia depresi setelah ibunya meninggal dan semakin parah setelah rumahnya kebakaran. Kalau aku jadi dia, belum tentu aku sekuat itu. Banyak orang yang berjuang untuk bisa sembuh atau minimal survive dari permasalahan psikis yang berat. Jangan lah kita menambah beban mereka. Kamu boleh tegas dalam mengajar. Tapi perlakukan dan hargai mereka sebagai manusia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan Dosen Pembimbing (Completed)
RomanceAda satu pria yang membuat Kayla Iklima merasa ketakutan, cemas, bahkan juga trauma. Satu pria yang menhancurkan hatinya hingga porak poranda. Satu pria itu adalah dosen pembimbingnya sendiri, Wisanggeni Bagaspati. Rentang waktu kembali mempertemuka...