Part 14

38.7K 3.7K 77
                                    

Mustika untuk sesaat bungkam. Jika ditanya sebesar apa kebenciannya pada dosen playboy itu, mungkin samudera yang luas sekalipun tak bisa menggambarkan. Rakha adalah kakak temannya yang dikenalkan oleh sang teman saat temannya berulang tahun. Tak dinyana, sejak itu Rakha gencar mendekatinya dengan berbagai cara. Satu hal yang tak bisa dilupakan Mustika adalah saat ia diajak liburan oleh tiga temannya di salah satu vila milik salah satu dari tiga temannya itu. Ternyata momen itu dimanfaatkan benar oleh Vindy, adik Rakha untuk menjebaknya agar bisa berduaan dengan kakaknya.

Gadis itu tak akan lupa, bagaimana tiba-tiba Rakha memanfaatkan kesempatan saat dirinya tengah membuat jus di dapur. Laki-laki itu mendekatinya dan mengungkapkan perasaannya. Mustika menolak dan membuat Rakha kecewa, bahkan juga marah. Ia tak bisa mengendalikan diri lalu mencengkeram kedua tangan Mustika dan mencium bibirnya dengan paksa. Mustika melayangkan tamparan yang cukup keras di pipi Rakha. Ia keluar dari vila itu bahkan di saat ketiga temannya yang sengaja meninggalkannya belum kembali ke vila. Sejak itu hubungan persahabatannya dan Vindy retak dan kebencian terhadap Rakha mungkin akan dibawa hingga mati.

Rakha pun tak akan pernah lupa akan penolakan dan tamparan Mustika yang rasanya masih terasa begitu perih di pipinya. Dia menatap gadis itu begitu tajam. Cinta dan obsesi untuk memiliki gadis itu kini berganti rasa benci yang tak terbendung.

Melihat Mustika mematung dan melayangkan pandangan ke arah belakang, Kayla tergerak untuk melirik ke belakang. Ia terkejut menatap Rakha yang berdiri di belakangnya.

"Bapak..." Kayla masih terkejut dan tak disangka ia akan bertemu dosen menyebalkan itu di coffee shop.

"Kamu ngapain ke sini?" tanya Rakha, tapi dua matanya tak mampu beralih dari sosok Mustika yang masih terpaku.

"Saya janjian ketemu sama teman saya." Kayla melirik Mustika dan tersenyum.

"Oh, itu teman kamu? Ya sudah silakan. Saya mau duduk di sana." Rakha meninggalkan Kayla dan duduk di salah satu sudut yang memungkinkan dirinya untuk mengawasi Mustika dan Kayla.

Mustika mempersilakan Kayla untuk duduk, sementara sesekali ekor matanya bergerak ke arah laki-laki yang masih ia benci hingga kini. Kayla merasakan ada sesuatu yang tersembunyi di balik makna tatapan tajam keduanya. Kayla merasa tak enak sendiri dan tak bebas bicara karena ada sosok Rakha yang seakan mengawasi dari jauh.

"Kay, aku ngajak kamu ketemuan di sini karena ada yang mau aku omongin."

Kayla tertegun. Keseriusan tergambar jelas di raut wajah Mustika yang tampak tenang.

"Kamu pingin ngomong apa?"

"Minggu depan orang tuaku dan orang tua Mas Bagas berencana mengadakan lamaran. Ini jelas begitu mengejutkan. Aku nggak tahu apa Mas Bagas sudah tahu soal ini atau belum. Penolakan kami nggak digubris mereka. Aku benar-benar bingung, Kay. Bahkan sekalipun Mas Bagas nggak pulang ke Bandung, lamaran itu akan tetap dilaksanakan dengan diwakili keluarga. Apa aku harus kabur dari sini, Kay? Astaghfirullah..." Mustika menutup wajahnya. Matanya tampak basah. Kesedihan itu tak terelakkan.

Kayla pun bingung. Ini benar-benar sulit. Kedua orang tua masing-masing memaksakan kehendak. Anak bisa apa jika kedua orang tua sudah bersikukuh dengan keinginannya.

"Kamu udah ngasih tahu Mas Bagas?" tanya Kayla pelan.

"Belum, Kay. Aku benar-benar bingung, sedih, nggak tahu harus gimana. Aku sampai dikatain anak durhaka kalau nggak mau nurut sama keinginan Papa Mama." Sudut mata Mustika berembun. Bahkan sudah ada yang menetes perlahan.

"Aku akan bicara dengan Mas Bagas. Kamu jangan khawatir. Kita pikirkan solusi ini bersama-sama." Kayla berusaha menenangkan Mustika, meski ia juga bingung memikirkan jalan keluar.

Dua cangkir espresso yang diantarkan pelayan menghentikan sejenak perbincangan keduanya. Di ujung sana, Rakha masih awas mengamati keduanya. Ada benci juga dendam yang masih bergemuruh dalam benak. Bertemu kembali dengan Mustika, membuatnya berpikir bagaimana cara untuk menjatuhkan gadis itu.

******

"Kenapa Bapak Ibu sama orang tua Mustika sampai segitunya, ya, Kay? Bapak ibu nggak bilang ke Mas kalau mau ada acara lamaran. Mas bingung juga nyari solusinya gimana." Terdengar nada kekecewaan dari ujung telepon.

"Kemarin waktu Kayla ngobrol sama Mustika, Mustika sempat bilang, apa dia mesti kabur dari rumah? Saking bingungnya jadi gitu, Mas."

"Astaghfirullah, Mas ya nggak pengin kalau Mustika sampai kabur segala. Tapi jujur, Mas juga bingung. Udah berusaha ngomongin baik-baik sama Bapak Ibu, ujung-ujungnya jadi berantem. Mas akhirnya ngalah. Apalagi kalau Ibu udah marah-marah, Mas nggak berani membantah."

Kayla berjalan mondar-mandir di kamarnya. Masalah Mustika jelas menjadi masalah untuk Bagas dan dirinya jua.

"Apa kalian pura-pura aja menerima pertunangan ini, Mas? Nanti kita pikirkan lagi untuk ke depan. Yang penting nggak sampai ke pernikahan." Usulan ini adalah usulan terakhir Kayla karena ia merasa tak bisa menemukan solusi lain selain berpura-pura menuruti keinginan orang tua Bagas dan Mustika. Setidaknya ke depan ia, Bagas, maupun Mustika bisa menyusun langkah yang lebih matang.

"Masa iya harus berpura-pura, Kay? Nggak semudah itu."

"Terus gimana lagi, Mas?"

"Mas akan pikirkan nanti. Sekarang Mas mau ngajar dulu, ya. Kamu ke kampus kan hari ini?"

"Iya, Mas."

"Oh, ya udah. Mudah-mudahan judul kamu diterima ya."

"Aamiin makasih, Mas."

"Ya... Udah....Dimatiin dulu teleponnya."

"Mas nggak bilang sesuatu dulu?" Kayla merasa ada yang kurang.

"Sesuatu apa?"

"Ih, Mas nggak peka."

"Apa, sih?" Bagas tahu maksud pernyataan Kayla. Ia hanya sedikit bermain-main dengan gadis itu untuk menyegarkan pikiran dan melupakan sejenak masalah yang sedang dihadapi.

"Tau, ah."

"Kayla ngambek, ya?" Bagas terkekeh dan membuat Kayla semakin jengkel.

"I love you, Kayla," ucap Bagas akhirnya.

Senyum tersungging di bibir Kayla.

"I love you too, Mas." Kayla tersenyum dengan semburat merah yang bersemu di pipinya.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

*******

Kayla deg-degan menunggu keputusan Rakha untuk judul baru di usulan penelitiannya. Dosen 29 tahun itu menatap Kayla tajam.

"Saya akan menerima judul ini, tapi saya ingin bertanya satu hal." Rakha menegaskan penuturannya.

Kayla mengernyitkan dahi, "Bertanya apa, Pak?"

"Tentang Mustika. Apa benar dia mau dijodohkan dengan Bagas? Kebetulan saya kenal Bagas waktu dia masih ngajar di Bandung."

Kayla menyipitkan matanya.

"Bapak kenal Mustika dan Mas Bagas? Bapak tahu dari mana Mustika mau dijodohkan dengan Mas Bagas?"

"Saya kenal mereka. Kamu nggak perlu tahu saya tahu kabar Mustika dari mana. Mudah bagi saya untuk mencari tahu tentangnya. Dan saya akan menerima usulan judul kamu asal kamu mengatur pertemuanku dengan Mustika. Saya akan menawarkan pertolongan untuknya agar perjodohan Mustika dan Bagas dibatalkan."

Kayla terdiam. Apa benar Rakha bisa membantu membatalkan acara lamaran Bagas dan Mustika? Apa yang bisa dilakukan oleh Rakha si dosen playboy itu?

Rakha mengulas senyum. Tergambar serangkaian rencana licik untuk menjatuhkan Mustika dan menjebak gadis itu dalam genggaman.

******

Segini dulu ya. Masih lumayan sibuk plus nemeni anak. Dikit-dikit yang penting update.


Mantan Dosen Pembimbing (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang