Kesekian kali nulis cerita tentang dosen, moga gak bosen haha.
Derap langkah terdengar syahdu seiring dengan suara gemericik hujan yang mengalun merdu. Seorang gadis 22 tahun menenteng draft skripsi di depan ruang dosen pembimbing.
Sebenarnya belakangan ini ia tak bisa fokus mengerjakan skripsi. Ibunya sakit, ayahnya mendekam di balik jeruji besi karena kasus pembunuhan. Sang ayah membunuh salah seorang pria yang selalu memusuhinya di sebuah club malam setelah sebelumnya keduanya berselisih dan berkelahi. Kejadian naas itu terjadi saat dirinya duduk di kelas sebelas. Gadis itu tumbuh di keluarga yang tak harmonis, yang selalu diwarnai drama pertengkaran antara ayah dan ibunya. Ayahnya yang temperamental dan kasar jarang pulang ke rumah dan hobi minum miras di luaran bersama teman-temannya.
Sejak ayahnya dipenjara, sang ibu harus pontang-panting mencari nafkah. Ia berjualan kue dan menerima pesanan. Beruntung permohonan sang gadis untuk mengajukan beasiswa diterima. Namun setelah semester akhir, beasiswanya dicabut. Sedang dia belum juga lulus dan periode beasiswa pun telah habis.
Bagi Kayla Iklima, mendapat dosen pembimbing macam Wisanggeni Bagaspati atau biasa disapa Bagas bisa dibilang adalah sesuatu di luar harapannya. Dosen satu ini dikenal killer, tegas, galak dengan gaya bahasa yang pedas bin nylekit. Usianya 28 tahun, gagah, berwibawa, berkharisma, mapan, kabar baiknya masih lajang. Banyak mahasiswi mengidolakannya, tapi tidak dengan Kayla.
Berulang kali Kayla mengganti judul, berulang kali survey mencari tempat penelitian yang baru, dan berkali-kali juga selalu mendapat amarah dan kata pedas dari sang dosen. Sering ia mengunci diri di kamar setelah menghadap sang dosen, menangis dan patah semangat untuk melanjutkan skripsi ditambah beban permasalahan yang berat.
Ia bekerja part time menjadi tukang fotokopi di dekat kampus untuk mencari tambahan penghasilan demi membiayai pengobatan ibunya juga biaya skripsinya. Tak cukup, tentu saja. Bersyukur ada sepasang suami istri yang sudah lanjut usia memberikan bantuan biaya pengobatan sang ibu. Ia merasa tak enak hati karena berhutang budi. Keinginan untuk cepat wisuda membumbung tinggi, tapi di saat yang bersamaan harapannya patah, tergerus sulitnya mendapatkan ACC dari Pak Dosen.
Skripsi itu begitu menyita waktu, menguras tenaga, dan pikiran, bahkan berat badannya menyusut hingga beberapa kilo. Berkali-kali ingin menyerah tapi saat membayangkan bahwa ia hanya perlu sedikit langkah lagi untuk lulus, ia kembali membangkitkan semangat kendati terseok-seok.
Setelah melihat sang dosen masuk ke dalam ruangan, Kayla beranjak dan mendekat ke arah pintu. Ia mengucap salam. Terdengar jawaban salam dari dalam.
Kayla mengangguk sopan. Wisanggeni Bagaspati, sang dosen cerdas tapi arogan meliriknya dengan tampang dingin lalu mempersilakan gadis itu untuk duduk.
Seperti biasa setiap kali menghadap, Kayla menunjukkan draft skripsi yang disatukan dengan penjepit kertas. Bagas membuka-buka lembar demi lembar lalu menatap Kayla tajam.
"Ke Dosen pembimbing dua gimana?" tanya Bagas datar.
"Kalau Bu Agni sudah ACC, Pak," balas Kayla. Tinggal nunggu ACC dari Bapak, pekik Kayla dalam hati.
"ACC? Masa sudah ACC? Saya lihat skripsi kamu masih berantakan." Bagas membuka lembaran skripsi dengan kasar. Ia menyodorkan satu halaman pada mahasiswi bimbingannya.
"Coba jelaskan soal kurva ini!" Bagas bicara lantang hingga gaungnya membahana di segala sudut.
Kayla melihat gambar kurva Break Even Point di salah satu halaman.
"Ini kurva Break Even Point, Pak," jawab Kayla sedikit gugup.
"Ya, saya tahu. Saya nggak minta kamu ngasih tahu nama kurva ini. Saya ingin kamu menjelaskan." Bagas bicara dengan ketusnya. Ia sangat tidak suka dengan mahasiswa yang jika ditanya terkait skripsinya, plonga-plongo tak tahu-menahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan Dosen Pembimbing (Completed)
RomanceAda satu pria yang membuat Kayla Iklima merasa ketakutan, cemas, bahkan juga trauma. Satu pria yang menhancurkan hatinya hingga porak poranda. Satu pria itu adalah dosen pembimbingnya sendiri, Wisanggeni Bagaspati. Rentang waktu kembali mempertemuka...