GRAVITASI BUMI 3

350 20 0
                                    

Keadaan dalam mobil mewah milik Bumi sangat hening dan canggung karna tak ada salah satu dari mereka yang memulai pembicaraan terlebih dahulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keadaan dalam mobil mewah milik Bumi sangat hening dan canggung karna tak ada salah satu dari mereka yang memulai pembicaraan terlebih dahulu.

Bumi menyandarkan punggungnya ke kursi mobil dengan memejamkan kedua matanya menahan sedikit perih yang terasa di bagian pelipisnya yang sedikit robek karna kejadian di lapangan tadi.

Semua itu tak luput dari pandangan Gravitasi yang merasa aneh dengan gelagat Bumi. Sedari tadi seperti menahan sesuatu yang sangat terlihat jelas dari raut wajahnya, Gravitasi mulai memberanikan diri untuk bertanya pada Bumi.

Bukannya khawatir dengan keadaan cowok ini hanya saja takutnya nanti Bumi kenapa-napa saat menyetir dan dirinya juga akan terancam bahaya " K-kak Bumi nggak papa? Pasti lukanya sakit banget itu"

"Gak, udah biasa" Jawab Bumi seadanya padahal kepalanya sangat pusing sekarang.

"Itu lukanya gak mau diobatin dulu?" Tanya Gravitasi lagi "Nanti infeksi loh" Cerewetnya membuat Bumi menghela nafasnya sebentar.

"Ntar juga sembuh sendiri" Bumi saja tak peduli dengan lukanya kenapa Gravitasi harus ribet untuk memperingati-nya.

"Gue obatin mau?" Tawar Gravitasi, hitung-hitung sebagai tanda ucapan terima kasih karna Bumi mau mengantarkannya pulang.

"Nggak usah, nanti Langit marah" Gumamnya yang masih bisa di dengar oleh Gravitasi.

"Kak Langit nggak bakal marah" Kata Gravitasi meyakinkan, ternyata Bumi sangat keras kepala menurutnya.

"Gue nggak suka nikung punya temen"

"Hah?" Cengo Gravitasi makin bingung dengan apa yang dimaksud Bumi.

"Lupain"

Gravitasi mengambil Kotak P3K di dalam tasnya, hendak mengobati luka Bumi tapi Bumi malah menolaknya secara mentah-mentah. "Madep sini kak, biar gue obatin"

Bumi mendecak "Ck, gak usah, gue bisa ngobatin sendiri nanti di rumah" Tolaknya dengan suara yang tertahan menahan emosi. Dirinya sangat tidak suka dipaksa, baginya itu hanya sekedar alibi gadis itu saja yang berniat mencari muka didepannya.

"Gue gak ada maksud sama lo, niat gue baik. Cuma mau ngobatin lo aja sebagai tanda terima kasih gue"

"Kalo lo nolak gue juga gak bisa maksa" Gravitasi kembali memasukan Kotak P3K itu kembali ke dalam tasnya.

Entah mendapat keberanian darimana Bumi menahan pergelangan tangan gadis itu lembut "Obatin, luka gue" Ujarnya merasa tak tega dengan gadis cerewet ini, jika niatnya baik tak masalah, dirinya cukup menghargai itu.

Bumi memperhatikan gerak-gerik Gravitasi yang sibuk menuangkan obat merah ke kapas dengan begitu telaten. "Cita-cita gue dari kecil pengen jadi psikolog, tapi orang tua gue pengen gue jadi dokter. Menurut lo, gue harus pilih yang mana?" Tanya Gravitasi meminta pendapat ke arah Bumi. Otak cantiknya sudah lelah mencari topik untuk dibahas agar suasana dimobil tidak terlalu hening.

GRAVITASI BUMI [SEDANG TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang