Selamat Membaca❤️
"Mama, Papa" lirih Gravitasi ingin memeluk, tapi tidak untuk sekarang.
Mikara dan Rain hanya diam tak menjawab, membuat Gravitasi sangat sedih ketika tak mendapatkan respon dari orang tuanya.
"Ma, Pa. Gravi izin pamit ya. Besok aku bakal balik ke Bandung. Kalo Papa sama Mama minta aku nggak bakal balik kesini lagi buat nemuin kalian, Gravitasi siap kok!" ucap Gravitasi dengan yakin, tapi tidak dengan hatinya.
"Jika aku orang yang paling mama sama papa benci di dunia ini, aku sadar itu. Buat apa aku balik kesini lagi, aku kan udah nggak punya orang tua lagi" jawab Gravitasi asal ucap.
Mikara dan Rain yang mendengar itu merasa sangat pedih mendengar anak gadisnya berkata demikian, namun itu juga berawal dari mereka yang membuat gravitasi berucap seperti itu.
"Gravi"
Bukan panggilan dari Mikara ataupun Rain melainkan Gerhana. Cowok itu baru saja datang dan juga mengenakan pakaian serba hitam plus dengan kacamata hitam yang selalu dibawanya.
"Kakak senang banget kita ketemu disini, Bintang juga pasti ikutan senang ngeliat keluarganya datang ke rumah barunya" ucap Gerhana dengan senyum hangatnya.
"Kak Ge. Aku juga senang semesta mengizinkan kita untuk bertemu lagi, semoga ini bukan pertemuan kita yang terakhir ya kak" ujar Gravitasi yang membuat semuanya terdiam dengan perkataan gadis itu.
"Kalo gitu aku pamit pulang duluan yah, kebetulan aku udah selesai kok ziarahnya. Sekarang giliran kalian, pasti Bintang udah nunggu orang tua dan kakaknya dari tadi"
"Buru-buru banget sih, Vi. Kita doain Bintang lagi yah sama-sama. Ini kan hari spesialnya adik kita"
Gravitasi sangat ingin sekali. Gadis itu menatap orang tuanya yang juga ikut memandang ke arahnya. Kalau Gravitasi mengikuti ucapan Gerhana, sudah pasti Mikara dan Rain tidak mengizinkan dan ujung-ujungnya dirinya juga yang akan dimarahi lagi.
Gravitasi menggeleng pelan sembari menatap makam Bintang dengan sendu"Nggak usah kak, Gravi pulang aja. Takutnya nanti Gravi cuma ganggu disini "
"Kehadiran kamu disini emang ganggu tau nggak! Mending pergi sekarang juga. Lagian kamu yang udah bikin Bintang meninggal, terus ngapain kamu kesini? Mau pura-pura bersedih, supaya kami percaya kalau kamu yang bukan membunuh anak kami?" ucap Mikara pada Gravitasi dengan ucapan yang sangat menyayat hati itu.
"Jangan buat keributan disini, Ma" tegur Rain membuat Mikara tak mau mengalah begitu saja.
"Siapa yang cari ribut sih Pa, jelas-jelas dia yang cari ribut sama keluarga kita" balas Mikara.
Rain sangat geram dengan tingkah Mikara yang sudah keterlaluan ini. "Diem, ini pemakaman! gak malu diliatin orang hah?"
"Papa ngapain jadi belain dia sih" sungut Mikara tidak suka.
Rain terdiam. Sebenarnya ia sangat enggan berbuat seperti ini pada gadis kesayangannya. Tapi, semua itu dibutakan oleh hasutan tentang misteri meninggalnya Bintang. Mungkin Rain akan berusaha untuk mencari tau apa yang sebenarnya terjadi.
"Tunggu apa lagi, pergi kamu dari sini sekarang juga, jangan pernah datang ke makam anak saya lagi!" ucap Mikara.
"Mah" lirih Gerhana dengan tegas.
KAMU SEDANG MEMBACA
GRAVITASI BUMI [SEDANG TAHAP REVISI]
Fiksi RemajaSeorang Gadis yang bernama Gravitasi Aurorasia Lackenzie yang hidupnya yang sangat begitu rumit akhir-akhir ini. Timbul sebuah kesalahpahaman sejak adiknya meninggal. dirinya Menderita penyakit Leukemia sejak usia 7 tahun. Keluarganya merahasiakan s...