Selamat Membaca❤️
Gerhana membujuk orang tuanya untuk mengizinkan Gravitasi untuk menginap selama semalam di rumah mereka. Mikara bersikeras untuk menolak permintaan Gerhana. Tapi mau bagaimana lagi Gerhana tetaplah Gerhana yang kemauannya tidak bisa ditolak begitu saja.
Malam harinya mereka melanjutkan makan malam dengan hening tanpa ada yang berbicara. Sejujurnya Gravitasi dan Gerhana sangat merindukan masa kecil mereka sebelum semua ini terjadi.
Setiap makan bersama pasti keduanya akan ribut. Entah meributkan paha ayam atau makanan kesukaan mereka yang lain. Bahkan untuk tempat duduk saja mereka perdebatkan.
"Gerhana, mau ayam atau ikan?" tanya Mikara dengan lembut.
" Ayam aja Ma" jawab Gerhana.
Gerhana melirik ke arah Gravitasi yang menunduk. Gravitasi merasa sudah tidak biasa dengan suasana ini. Dirinya merasa canggung dan asing karna Gravitasi sudah bukan siapa-siapa lagi di keluarga ini.
"Gravi. Mau ayam atau ikan?"
Bukan. Itu bukan Mikara. Itu suara Gerhana. Gerhana melihat ke arah sang ibu yang sudah melahap makanannya, usai menyiapkan makanan untuk Rain dan juga Gerhana.
"Gerhana! dia cewek, harusnya dia bisa dong ambil makanan sendiri. Nggak usah manja" ucap Mikara membuat hati Gravitasi mencelos sakit.
Gravitasi melirik ke arah Rain yang juga sibuk melahap makanannya. Biasanya kalau Gravitasi dimarahi oleh Mikara pasti Rain akan membela Gravitasi meski Gravitasi yang salah sekali pun.
Kini keadaan ternyata sudah benar-benar berbeda. Gravitasi bukan gadis kecil kesayangan Rain lagi. Gravitasi bukanlah Gravity kesayangan Rain dan Mikara lagi.
"Ma. Gravitasi anak Mama. Bukannya Mama dulu selalu bilang sama Gravi. Kalo Gravi akan selalu jadi gadis kecil kesayangan Mama Papa" ujar Gerhana.
"Itu dulu Gerhana" tekan Mikara dengan tegas.
Gravitasi ingin sekali menangis dan meluapkan semua kesedihannya. Rumah dan keluarga yang seharusnya menjadi tempat untuk pulang kini menjadi tempat untuk ditinggalkan.
"Dia ngebunuh adik kamu, Bintang. Hanya karna dia takut posisi dia diambil alih oleh Bintang. Egois! kamu nggak akan mengerti bagaimana perasaan seorang ibu ketika kehilangan anaknya, bahkan penyebabnya sendiri adalah karna kakak kandungnya"
"Kamu puas sekarang? saya tanya kamu puas? kamu bahagia?" bentak Mikara pada Gravitasi.
Sendok yang Gravitasi pegang di tangannya jatuh begitu saja ke lantai kala mendengar Mikara kembali membentak Gravitasi untuk kesekian kalinya.
Mendadak kepala Gravitasi sangat pusing,rasa sakit itu kembali datang menghantam kepalanya. Gravitasi ingin berteriak untuk menyalurkan rasa sakitnya.
"Sakit" batin Gravitasi seraya memegang kepalanya. Sesekali Gravitasi juga memukul pelan kepalanya tanpa sadar.
"Mama, apa-apaan sih itu bukan salah Gravitasi, mama tau kan sesayang apa Gravitasi sama Bintang" ujar Gerhana yang sudah lelah menghadapi sikap Mikara yang terlalu mengedepankan egonya tanpa berniat mencari kebenarannya.
"Gerhana! kamu nggak usah belain dia" tegas Rain.
"Aku berhak belain Gravitasi, karna dia adik aku" balas Gerhana.
Gravitasi tidak kuat lagi menahan sakit yang sangat menyiksanya. Gravitasi berusaha untuk tetap kuat dan tidak menunjukan rasa sakitnya pada orang lain. Meski gadis itu tak tahu penyakit yang dialaminya.
KAMU SEDANG MEMBACA
GRAVITASI BUMI [SEDANG TAHAP REVISI]
Teen FictionSeorang Gadis yang bernama Gravitasi Aurorasia Lackenzie yang hidupnya yang sangat begitu rumit akhir-akhir ini. Timbul sebuah kesalahpahaman sejak adiknya meninggal. dirinya Menderita penyakit Leukemia sejak usia 7 tahun. Keluarganya merahasiakan s...