GRAVITASI BUMI 45

115 7 3
                                    

Selamat Membaca❤️
45. Penyakit Gravitasi

Gravitasi terduduk lemas di koridor sekolah yang sangat sepi, Tidak ada satu siswa yang lewat koridor ini sedari tadi.

Hari semakin sore, Bahkan ini sudah melewati jam pulang sejak satu jam yang lalu. Gravitasi yang tetap bersikeras untuk mengerjakan tugasnya di perpustakaan membuat gadis itu pulang lebih lama dari hari biasanya.

Gravitasi meringis kesakitan kala pusing dikepalanya semakin menjadi-jadi, Darah segar juga keluar dari hidungnya dengan wajah yang sangat pucat. Gravitasi tidak pernah merasakan ini sebelumnya.

Tangannya perlahan mengambil ponselnya di dalam tas, Setelah mendapatkan benda pipih yang berbentuk persegi panjang itu alangkah sedihnya disaat ponsel itu tidak lagi menyala.

Gravitasi memejamkan matanya merasakan sakit yang semakin menghantam tubuhnya.
"S-sa-kit" ucapnya dengan putus-putus.

Di dalam hatinya Gravitasi terus saja merapalkan doa agar tuhan mengirimkan malaikat penolong untuknya disaat kondisinya yang tidak baik-baik saja disini.

Obat yang biasa dibawa oleh Gravitasi juga tidak ada didalam tasnya. Dengan bodohnya Gravitasi meninggalkan obat itu dirumah.

Air matanya perlahan turun dengan begitu derasnya. Sakit yang dirasakannya kini sudah tidak bisa ditahan lagi, Tapi gadis itu tetap berusaha untuk tetap membuka kedua matanya.

Berbagai pikiran buruk sudah menghantui Gravitasi, Bayang-bayang Bintang juga ada disana. Apa usianya hanya sampai disini?

Jika benar Gravitasi ingin meminta waktu sebentar lagi saja untuk hidup. Biarkan keinginannya terwujud sebelum dirinya pergi dari dunia ini.

Gravitasi menyeka darah segar yang keluar dari hidungnya dengan tangannya, Bahkan darah itu juga mengotori seragam sekolahnya. Darah itu tidak kunjung berhenti mengalir dari hidungnya membuat Gravitasi semakin merasakan pusing.

"S-sakit" lirihnya kembali dengan suara yang sudah tidak berdaya lagi.

"Pergi kamu dari sini Gravitasi, Saya muak lihat wajah kamu. PEMBUNUH!" Teriak Mikara.

"Harusnya kamu yang mati bukan Bintang!"

"Saya nyesal lahirin anak macam kamu"

Ucapan itu semakin menghantui Gravitasi, Entah mengapa tiba-tiba rekaan ucapan Mikara terngiang-ngiang kembali dalam kepalanya.

"Princess papa lagi sakit ya? Bilang sama papa mana yang sakit"

"Jangan nangis, Sini peluk papa biar sakitnya hilang"

Gravitasi tidak mampu lagi menahan sakit yang bercampur dengan kenangan indah itu. Disini tidak ada papanya yang akan selalu ada jika Gravitasi sedang jatuh sakit, Siapa yang akan Gravitasi peluk?

Hanya kata 'sakit' yang mampu diucapkan Gravitasi. Untuk berbicara saja rasanya sangat sulit.

Perlahan pandangannya menjadi menggelap. Hingga mata gadis itu tertutup sempurna dengan tubuh yang tergeletak di lantai.

Selama sepuluh menit lebih Gravitasi tak sadarkan diri. Tidak ada orang lagi disekolah saat ini, Bahkan waktu maghrib juga hampir tiba. Satpam yang biasanya berkeliling di sekitaran sekolah juga tidak ada.

Hingga segerombolan laki-laki menggunakan jersey basket itu baru saja selesai bermain, Mungkin mereka akan langsung pulang karna cuaca yang juga tidak mendukung.

"Kok gue merinding ya?" Ujar Raga mengusap lengannya.

"Ada hantunya kali" Celetuk Sevan dengan tanpa dosanya.

GRAVITASI BUMI [SEDANG TAHAP REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang