1

1.2K 95 12
                                    

"Wow.." manik biru gelap Tobio memunculkan kilauan cahaya saat melihat penjepit dasi yang dikenakan sekretarisnya, Yamaguchi Tadashi.

"Cantik," gumamnya. Pandangan tidak pernah lepas dari penjepit berwarna putih perak kecil yang terpasang di dasi Yamaguchi.

"Eh?" Yamaguchi yang sedang fokus melihat tablet, wajahnya terangkat. Mata mengerjap-ngerjap menatap Tobio. "A...panya, Tobio-sama?"

Tobio menunjuk benda kecil itu menggunakan dagu. Meskipun wajahnya datar, tapi kilauan di pupil mata tidak dapat di sembunyikan. "Penjepit itu. Aku menginginkannya. Berikan padaku."

"....."

Itu jelas bukan permintaan tapi sebuah perintah. Dan perintah yang keluar dari mulut Tobio adalah mutlak hukumnya untuk dituruti.

Dengan berat hati Yamaguchi melepaskan penjepit dasi miliknya. Dalam hati menangis tersedu-sedu karena penjepit itu termasuk penjepit baru yang belum lama ia beli dan memiliki harga lumayan mengosongkan kantong.

Jika tahu pada akhirnya penjepit itu akan langsung di tandai menjadi kepemilikan atasannya, mungkin Yamaguchi tidak akan memakai penjepit itu ditempat kerja.

Sangat disayangkan.

Yamaguchi menyerahkan penjepit dengan bibir tersenyum paksa. Tobio langsung menerimanya dengan senang hati. Mata secara bersemangat mengamati penjepit barunya, melihat dengan teliti. Sudut bibir secara otomatis tertarik ke samping hingga memunculkan senyuman yang sangat halus dan sopan. "Sangat cantik.."

Yamaguchi berdehem. Tubuh kembali berdiri tegak, mata fokus pada layar tablet, mengecek jadwal hari ini yang harus di hadiri Tobio. "Permisi, Tobio-sama."

"Hm?"

"Anda ada jadwal untuk melihat pertandingan hari ini."

Jari panjang dan lentik Tobio mengusap pelan penjepit itu dari ujung ke ujung. Jelas sangat terpesona. "Pertandingan apa?"

"Voli."

"Kenapa aku harus menontonnya?"

"Kakak anda lolos semi final. Dan sekarang adalah pertandingan finalnya."

"Ah.. Nii-san?" Tobio mengalihkan pandangan dari penjepit ke Yamaguchi, kemudian memasukkan penjepit itu ke laci meja kerja. Satu alisnya terangkat. "Dia lolos?"

Yamaguchi seketika berdiri dengan kaku melihat Tobio yang sudah memandangnya. Kepala mengangguk. "Iya, Tobio-sama."

"Hmm..." Kepala Tobio mengangguk-angguk. Setelah berpikir untuk beberapa saat, dirinya lalu beranjak dari kursi. "Oke, ayo kita tonton kalau gitu. Sudah lama aku tidak melihatnya karena terlalu sibuk di ruang kerja."

"Baik Tobio-sama."

_____

"Uh.. Tobio-sama.."

Satu kaki Tobio diletakkan di atas kaki satunya. Siku berada di atas paha, telapak tangan menopang dagu. Matanya dengan malas mengamati pertandingan voli yang telah usai. "Ada apa?"

"Timnya.. kalah.." ujar Yamaguchi pelan.

"Hmm."

"Uh.. kalau begitu.." Yamaguchi dengan takut-takut melihat pada Tobio yang duduk di sebelahnya. "Apa yang akan anda lakukan?"

Tobio duduk diam mengamati kakaknya dari atas podium. Orang itu sedang melakukan jabat tangan perpisahan pada tim lawan. Setelahnya, secara grup datang mendekat ke depan podium penonton untuk membungkuk dengan hormat sebagai tanda terima kasih karena telah menonton pertandingan mereka.

INTERESTED || SakuKageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang