15

481 58 4
                                    

Tobio meneguk bir yang tersisa di kalengnya. Kemudian setelah merasa sudah habis, dia membuka minum baru. Tobio telah menghabiskan tiga kaleng bir untuk waktu yang sangat singkat. "Kau mau Kiyoomi-san?" Tawarnya sembari menyodorkan kaleng bir yang telah dibuka ke hadapan Kiyoomi.

Kiyoomi mengamati Tobio dengan mata memicing penuh selidik. Merasa bahwa tidak ada tipu muslihat dibalik tatapan yang Tobio berikan, dia menjawab singkat, "Tidak."

Meskipun mendapat penolakan dengan ketus, Tobio tetap meletakkan bir di hadapan Kiyoomi. Dia lalu mengambil dua pasang sumpit. Yang satu di letakkan di depan Kiyoomi, satunya lagi ia gunakan untuk mengaduk ramen panas yang kuahnya sudah mengepul meminta untuk diseruput. "Kau bukan peminum?"

Kiyoomi diam-diam melirik mie berkuah merah yang sangat menggoda selera makan yang tersaji di hadapan. Penciumannya dapat menghirup aroma nagih dan lezat dari kepulan asap panasnya. Dia secara tidak sadar meneguk ludah lalu menjawab pertanyaan Tobio, "Sedang tidak minum."

Tobio menyadari tegukan ludah itu. Dia tersenyum kecil. Tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Tobio segera mengambil mangkok. "Kau mau ramennya, Kiyoomi-san?"

Pandangan Kiyoomi yang semula ke bawah karena tersihir dengan ramen, langsung terangkat menatap Tobio. Dia berdehem, wajah berpaling ke samping, menolak, "Tidak."

Tobio hanya mengangguk-anggukan kepala dengan tidak serius. Dia tahu bahwa Kiyoomi sangat menyukai makanan seperti ini berdasarkan pencarian yang ia dapat. Walaupun terkadang Kiyoomi juga memilih untuk menghindari karena lebih mementingkan masalah kesehatan dan dietnya karena dia seorang atlet.

Tobio menuangkan mie sekaligus kuah ke dalam mangkok, lalu meletakkannya di hadapan Kiyoomi. "Makanlah. Aku tadi melihatmu hanya memakan dua potong roti."

Kiyoomi membeku sebentar sebelum akhirnya melihat bolak-balik antara ramen dan Tobio berulang kali. Ketika pandangannya bertemu dengan Tobio, ada suatu pancaran aneh di dalam manik hitam legamnya. Dia merasakan sesuatu, tetapi tidak ingin menyimpulkan. Sebuah gejolak secara perlahan mulai timbul dari dalam hati Kiyoomi.

Tetapi bukannya merasa senang atau terpana, ekspresinya malah berubah seperti tidak suka. Dia mendorong jauh mangkok tersebut. "Aku sudah kenyang."

Tobio yang sudah selesai menuang mie untuk porsinya sendiri, membuka sosis yang masih terbungkus. "Aku ada sosis, kau mau?"

Wajah Kiyoomi berubah datar ketika menanggapi itu. Dia sudah lama merasa bahwa Tobio adalah orang yang seenaknya sendiri, tidak mau mendengarkan ucapan orang lain. Bisa dibilang juga memaksa.

Yah, itu memang benar adanya.

Tobio tersenyum singkat, lalu meletakkan satu sosis panjang ke mangkok Kiyoomi."Makan."

"....."

Sepertinya hanya akan sia-sia jika Kiyoomi terus bersikeras untuk menolak. Tobio di sisi lain sudah mulai makan, menghiraukan tatapan enggan Kiyoomi yang ditujukan untuknya.

Selang lima menit, akhirnya Kiyoomi mau menggerakkan tangan untuk mengambil sumpit. Menghela napas dengan berat hati, dia mulai menyeruput mie hasil sajian yang Tobio berikan.

Ketika kaldu kuah mie pedas bersinggungan dengan permukaan lidah, kedua alis Kiyoomi langsung terangkat dan irisnya terang. Tanda bahwa dia menikmati makanan, tapi masih enggan untuk mengekspresikan secara langsung. Apalagi ada Tobio di hadapan yang terang-terangan memperhatikan.

Tobio terkekeh. Mengambil sepotong daging gemuk dari irisan ikan kukus, meletakkannya di mangkok Kiyoomi. "Coba ini juga, Kiyoomi-san."

Kiyoomi melirik Tobio, lalu pandangan turun pada potongan daging ikan gemuk yang tersaji apik di mangkoknya. Dia menekan-nekan potongan daging sebentar dengan sumpit untuk memastikan tingkat kematangannya. Tanpa sepatah kata, Kiyoomi lalu memakannya.

INTERESTED || SakuKageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang