"Krauk."
"Krauk krauk."
"Krauk krauk krauk slruppp..."
"Krauk slrupppp..."
Tobio menampar pena ke meja dengan wajah menahan kesal, siku imajiner sudah terlukis di samping dahi. Dirinya menengok ke arah Kiyoomi yang sedang duduk manis di sofa tidak jauh darinya berada, asik memakan snack ditemani dengan minuman bersoda.
Tobio mencoba menampilkan senyum yang tampak sekali di mata Kiyoomi bahwa itu adalah senyum palsu yang dipaksakan. "Bisa tolong kecilkan suaramu, Kiyoomi-san?"
Kiyoomi berhenti mengunyah. Tatapan mata yang sejak tadi sudah mengamati Tobio bekerja, tetap tidak berpindah, masih menatap namun dengan datar dan acuh tak acuh. Kiyoomi menelan makanannya. Dia lalu mengambil keripik dalam porsi yang banyak, memasukkan ke dalam mulut sekaligus dan mengunyahnya. Suara renyah dari hancurnya keripik di dalam mulut langsung terdengar di ruangan yang hanya berisi dua orang tersebut.
Sudut mulut Tobio langsung berkedut dan senyum di wajahnya bertambah lebar hingga kedua mata menyipit, tanda bahwa dirinya menahan marah. Kiyoomi di sisi lain, dalam hati tertawa bahagia melihat Tobio tidak bisa berkonsentrasi karena suara yang ia timbulkan. Dia lanjut makan, sambil memperhatikan wajah Tobio yang berusaha mengerjakan papernya tanpa merasa terganggu.
Hari ini Kiyoomi sudah dibuat senam jantung berkali-kali olehnya. Dimulai dari anak itu yang tiba-tiba muncul di rumah padahal bilangnya berada di Argentina, lalu kecupan gila di pipi dan bibirnya, ada lagi teman sok bulenya yang mengatai dirinya gigolo, dan yang terakhir ini, melihat anak itu benar-benar bekerja secara sungguhan di perusahaan.
Yang paling terakhir jelas membuat Kiyoomi berulang kali mengucek mata. Dia tidak percaya, hell no, sama sekali tidak dapat mempercayai apa yang dilihatnya sendiri melihat adiknya Wakatoshi dapat bekerja dengan benar di tempat kerja. Dan lagi, perhatikan wajah seriusnya itu saat membaca tulisan, benar-benar tidak seperti dirinya.
Bayangan Kiyoomi terhadap Tobio adalah seorang anak yang terlahir dengan sendok emas di mulut yang tidak tahu sulitnya bertahan hidup, memiliki sifat arogan, sombong, tidak tahu diri, suka menghambur-hamburkan uang, dan yang paling penting gila stadium akhir. Benar-benar rendah.
Kiyoomi lalu menjawab pertanyaan Tobio dengan malas dan memutar mata, masih dengan keripik berada di mulut, "Salah siapa membawaku kesini."
Tobio menghela napas sambil menggeleng-gelengkan kepala. Dia akhirnya lanjut mengerjakan papernya tanpa membalas ketusan Kiyoomi.
Kiyoomi di sisi lain masih tetap memakan keripik. Dirinya merasa sedikit heran bagaimana orang itu bisa mengetahui semua jenis makanan favoritnya. Semua yang ada di meja adalah makanan yang Kiyoomi sering makan ketika sedang beristirahat dari latihan.
Mulut tiba-tiba berhenti mengunyah. Sebuah dugaan terbesit ke dalam pikirannya. Tatapan mata yang sejak tadi tidak beralih dari Tobio, menyipit, lalu bertanya, "Apa kau pernah menginvestigasiku?"
"Maksudnya?" Tanya Tobio balik tanpa mengalihkan pandangan dari paper.
"Kau tau maksudku."
"Bagaimana aku tau maksudmu kalau kau saja tidak menjelaskannya secara rinci padaku?"
"....." Kiyoomi menggeram rendah. Mulut masih menguyah keripik namun dengan cara yang kesal dan asal-asalan. Hidung mendengus, kemudian dengan ogah-ogahan menjelaskan, "Seperti diam-diam mencari tau semua tentangku, tempat tinggal, makanan kesukaan--"
"Ohh, ya, aku melakukannya." Potong Tobio yang membuat Kiyoomi langsung terdiam.
"....."
Ah, benar, seharusnya Kiyoomi tidak merasa terkejut. Namun mendengar sendiri dari orang itu, tetap saja membuat Kiyoomi tidak habis pikir. Mata sedikit terbelalak dengan tatapan tidak percaya. "Kau gila," cela Kiyoomi.
KAMU SEDANG MEMBACA
INTERESTED || SakuKage
Fanfiction(Pro Player) Sakusa Kiyoomi x (CEO) Kageyama Tobio Tobio sangat menyukai apapun yang menarik perhatiannya. Dia memiliki obsesi tersendiri untuk memiliki barang yang sudah menjadi incarannya. Jika menurutnya barang itu cantik dan menggoda, dia dapat...