9

469 68 7
                                    

Seminggu kemudian

"Tempat yang aku pilih memang tidak buruk." Ujar Tobio. Duduk di kursi santai panjang dengan kedua tangan ditekuk di belakang menjadi bantalan kepala, memakai kacamata hitam memandangi pemandangan indahnya pantai melalui balkon.

Angin semilir, sepoi-sepoi ringan berhembusan dari segala sisi. Pemandangan biru dan jernihnya air laut, gelombang ombak yang saling berkejaran, disertai beberapa wisatawan yang menapaki pasir pantai, menjadi tontonan yang merilekskan bagi Tobio saat ini.

Tobio mengirup udara lalu mengembuskannya perlahan. Sudut bibir tertarik ke samping, merasakan semribit angin yang bercampur dengan air garam, menerpa wajah dengan lembut.

Dia menurunkan kacamata di batang hidung, melirik Tadashi yang sedang duduk di sampingnya. "Bukankah ini menyenangkan? Kau juga rilekslah, jangan terlalu tegang."

Tadashi yang sudah sedari tadi duduk tegap berposisi kaku, dengan wajah yang seperti sedang berperang batin di dalam diri, menengok ke arah Tobio. Raut mukanya terlihat cemas dan rumit. Dia membuka mulut dengan khawatir, "T-tapi Tobio-sama.. a-anda saat ini meninggalkan pekerjaan begitu saja di Tokyo."

Tobio kembali menatap pantai, berkedip dengan santai menikmati pemandangan ombak yang saling bergulir. Mengambil segelas jus jeruk yang telah di siapkan pelayan, lalu membalas, "Lalu?" Dia meminum jus jeruk dengan tenang tanpa ada rasa kecemasan sedikitpun seperti yang Tadashi alami.

"Apa.." Tadashi menelan ludah dengan susah payah, berusaha membasuh kerongkongan agar tidak kering. "Apa yang harus saya lakukan sekarang?"

"Mudah." Tobio meletakkan kembali gelas berisi jus ke meja. "Kau tinggal pindahkan semua berkas ke sini."

"T-tapi.."

"Kita bisa berkerja di sini atau mengunjungi perusaahan cabang."

Perasaan Tadashi saat ini benar-benar khawatir mendengar itu. Pikirannya menjadi kacau dan bingung. Dia tentu saja bisa memindahkan semua dokumen yang perlu dikerjakan Tobio ke sini, di Osaka, saat ini juga dengan mudah.

Tapi, ada hal yang membuatnya khawatir. Tobio saat ini meninggalkan perusahan utama tanpa adanya seorang wakil. Dia pergi begitu saja tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.

Bahkan dia langsung pergi tanpa persiapan lebih. Hanya mengandalkan black card di saku celana dan ponsel. Itu saja.

Jantung Tadashi paginya, saat menjemput Tobio benar-benar hampir copot mengetahui bos-nya sudah tidak ada di rumah.

Keadaan rumah saat Tadashi datang, benar-benar kosong tanpa ada jejak kehidupan sedikitpun. Bahkan Wakatoshi juga tidak ada, yang ternyata orang itu sudah kembali ke asrama beberapa hari sebelumnya.

Tadashi menjadi gila sesaat mencari di mana keberadaan Tobio. Dia bahkan hampir memanggil Polisi, jika saja saat itu Tobio tidak menghubunginya dan bilang bahwa sedang berada di Osaka.

Tadashi menghela napas. Tentu dia tahu alasan kenapa Tobio tiba-tiba pergi ke Osaka. Sudah jelas pasti alasannya karena 'orang' itu.

Tapi dia tidak mau mempertanyakannya lebih jauh. Mengingat temperamen Tobio yang tidak dapat diprediksi dan mampu meledak-ledak setiap saat. Mengerikan jika kambuh.

"Apa anda sudah bilang pada Wakatoshi-sama?" Tanya Tadashi. Berusaha merilekskan tubuh seperti yang dikatakan Tobio tadi. Punggung bersandar pada sandaran kursi santai.

"Ya, begitulah." Jawab Tobio enteng.

"Dia benar-benar tau anda pergi ke Osaka?"

"Kenapa kau bertanya seakan-akan aku akan membohongi Nii-san dan lari kesini?" Tatapan Tobio berubah dingin selesai mengucapkan itu, melirik Tadashi melalui celah kacamatanya.

INTERESTED || SakuKageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang