8

424 61 4
                                    

Karena siang hanya bermalas-malasan tanpa alasan, tidak menjalankan tugas yang benar sebagai CEO perusahaan, Tobio di malam hari dengan terpaksa membawa pulang kerjaan yang sempat tertunda ke rumah.

Dia saat ini sibuk di ruang kerja pribadinya mengurus beberapa dokumen sembari sesekali juga menatap pada layar laptop dan mengetikkan sesuatu.

Sudah berjalan selama satu jam penuh dia berkutat dengan semua itu.

Tobio mendengar suara pintu di ketuk.

Tok tok

Tanpa mengangkat wajah untuk melihat siapa yang mengetuk, Tobio langsung mengintruksikan, "Masuk."

Wakatoshi masuk ke dalam ruang kerja Tobio dengan kedua tangan membawa nampan. Di atas nampan itu, diletakkan piring berisi buah-buahan yang telah di kupas dan segelas susu panas.

"Aku membawakanmu camilan. Makanlah, kau melewatkan makan malam hari ini."

Tobio membalik lembaran kertas baru kemudian langsung memeriksanya. Tanpa mengalihkan pandangan, dia menjawab, "Sebentar lagi, Nii-san."

Pandangan Wakatoshi turun ke tangan kiri Tobio yang terdapat lilitan perban. Di bagian telapak tangan, ada warna memerah yang menembus dari balik kain kasa. Sepertinya pendarahan kembali terbuka karena belum adanya istirahat dari Tobio.

Wakatoshi berjalan menuju meja sofa yang letaknya tidak jauh dari tempat Tobio mengerjakan tugas. Dia meletakkan semua makanan yang dibawa di sana lalu mendaratkan pantat di sofa.

Melihat ada kotak P3K di atas meja di samping tempat dia meletakkan makanan ringan, Wakatoshi mengambilnya. Dia berdiri dari duduknya yang singkat kemudian berjalan mendekati Tobio.

"Sini aku ganti perbanmu."

"Tidak perlu." Tobio membetulkan kacamata yang bertengger di batang hidung. Wajah masih tetap menunduk, fokus membaca dokumen. "Aku bisa menggantinya sendiri."

Alis Wakatoshi sedikit menukik melihat penolakan Tobio. Dia langsung mendekat dan duduk di pegangan kursi milik Tobio. Meraih secara paksa telapak tangan adiknya yang terluka dan langsung membuka perbannya.

Tobio menghela napas, melirik sebentar telapak tangan yang ternyata ketika dibuka perbannya, masih terdapat pendarahan. Pandangan naik menatap Wakatoshi yang terlihat serius mengobati luka.

Tobio melepas kacamata, menaruhnya di atas meja. Tangan kanan menopang dagu, menoleh kembali pada Wakatoshi yang telaten mengobati luka.

"Kau tau, Nii-san.." Tobio membuka suara. Menatap datar Wakatoshi.

"Apa?" Wakatoshi mulai memberi obat merah di pinggiran luka Tobio yang terbuka.

Tobio ketika diolesi obat tidak merasa sakit ataupun terjingkat. Hanya menerima dengan tenang. Dia melanjutkan ucapan, "Aku tidak bisa memakan buahnya. Kau menaruhnya terlalu jauh dariku."

Wakatoshi diam-diam melirik pada makanan yang ia letakkan di meja sofa, bukan di meja belajar yang sekarang ini Tobio tempati. Dia berkata pelan sembari kembali fokus pada tangan Tobio. "Aku bawakan kesini setelah ini selesai." Tobio hanya ber-hmm ria sebagai tanggapan.

Wakatoshi akhirnya memasang perban pada telapak tangan Tobio. Melilit dengan hati-hati. Itu tidak membutuhkan waktu lama sehingga dapat selesai dengan cepat. Setelah selesai, dia menaruh kembali semua obat-obatan ke dalam kotak P3K.

Tobio mengamati hasil karya kakaknya. Mengangguk-angguk kecil seperti memberi sanjungan. "Not bad, Nii-san."

Yah, itu jelas berbeda dengan apa yang dikatakan dalam hati. Di dalam hati, Tobio merasa sangat senang hingga ingin berteriak kegirangan mengetahui kakaknya bersedia mengganti perban tanpa di minta.

INTERESTED || SakuKageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang