7

471 64 7
                                    

Dua hari telah berlalu semenjak kejadian malam itu. Tobio saat ini sedang duduk di sebuah kafe tempat biasa dia bersantai jika sudah merasakan penat dalam bekerja.

Tobio mengangkat cangkir, menyeruput susu panas di dalamnya. Dia duduk di samping kaca tembus pandang, sehingga dapat melihat pemandangan di luar.

Merasa cukup, dia meletakkan kembali cangkir ke atas meja, tangan menopang dagu.

Dia telah memberitahu Tadashi jika akan pergi keluar untuk beristirahat. Jadi tidak perlu lagi merasa khawatir jika orang itu akan mencari. Toh Tadashi juga sudah tahu tempat biasa Tobio kunjungi jika merasa lelah.

Dia saat ini bahkan tidak perlu repot-repot untuk memakai pakaian formal, hanya sebatas Hoodie dan celana olahraga berwarna hitam. Sangat nyaman untuk dipakai kemanapun.

Ah benar, dia baru ingat, malam itu saat menjemput kakaknya, Tobio lupa untuk menyapa Kiyoomi.

Tobio mendecakkan lidah. Padahal saat itu merupakan salah satu kesempatan dari sekian banyaknya waktu untuk dapat bertemu kembali.

Dia menghela napas dengan berat hati. Menyesal karena telah menyia-nyiakan peluang. Mata kemudian memandang datar pejalan kaki yang lalu lalang. Mengingat waktu saat ini, mungkin Kiyoomi sudah kembali ke Osaka.

Hmm.. Osaka..

Tobio memotong kue waffle, lalu memakannya.

Di Osaka, dia memiliki beberapa bisnis disana. Cabang perusahaan miliknya juga sudah berdiri. Tobio tiba-tiba memikirkan sebuah ide gila. Haruskah dia pergi kesana?

Kring

"Irasshaimase!"

Tobio melirik pada seorang pengunjung yang datang. Kedua alis langsung terangkat melihat siapa yang masuk. Merasa tidak menyangka. Bibir menyunggingkan senyum kecil.

"Wow.." dia bergumam dengan takjub. Mata mengikuti arah jalan pengunjung kafe tersebut yang ternyata adalah seorang pria berambut ikal hitam legam dengan wajah tertutupi masker. Orang itu berjalan menuju meja kasir.

Tobio mengenali siapa orangnya. Dia memutuskan untuk hanya berdiam diri saja di tempat sembari menghabiskan makanan yang tersisa. Menunggu orang itu selesai memesan.

Tidak lama setelah itu, Tobio melihat orangnya sudah memegang minuman dan langsung berjalan keluar tanpa menengok kesana-kemari. Jelas tidak melihat adanya Tobio di salah satu tempat duduk.

Tobio segera beranjak dari kursi dan berjalan mengikuti dari belakang.

Kedua tangan saling mengait satu sama lain di belakang punggung, kaki melangkah dengan santai. Tobio keluar dari kafe mengikuti orang itu seperti penguntit.

"Aku kira kau sudah kembali ke Osaka, Kiyoomi-san."

Orang yang dimaksud menghentikan langkah kaki, membalikkan tubuh. Tatapan mata yang tadinya biasa saja langsung berubah sengit ketika berpapasan mata dengan Tobio.

Tobio tersenyum tipis melihat reaksi Kiyoomi lalu terkekeh. "Jangan menatapku seperti itu, Kiyoomi-san~" Dia melangkah maju, mendekat hingga jarak keduanya semakin menipis. Kaki sedikit berjinjit agar wajahnya sampai di telinga Kiyoomi. Dia berbisik, "Kau bisa membuatku bergairah~"

Kiyoomi langsung mundur. Mengusap-usap telinganya dengan kasar, berharap untuk dapat memutar balik waktu agar tidak perlu mendengar bisikan nakal tersebut.

Wajah Kiyoomi berubah jelek dari balik masker. "Apa maumu?"

Kedua alis Tobio terangkat, kepala sedikit miring, memandang polos Kiyoomi. "Apa kau akan mengabulkan keinginanku setelah aku memberitahumu apa mauku, Kiyoomi-san?"

INTERESTED || SakuKageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang