2

614 81 6
                                    

"Kami hanya pergi sebentar ke toilet, Omi-san! Bukan kabur atau kemana!" Itu manusia Oren tadi yang bersuara.

Atsumu mengangguk setuju, "Benar Omi omi-kun, kau tak perlu sampai sekesal itu hanya karena mencari kami."

"Eh? 'Kusa kesal? Kenapa?"

Pria yang memiliki nama Omi, Omi Omi, dan 'Kusa itu mengerutkan dahi, alisnya ikut menukik tajam. "Cepat kembali."

"Cih! Kau sangat tidak menyenangkan!" Atsumu mengejek sembari menjulurkan lidah.

"Urusai Miya." Pria itu memutar mata, lalu kepala menoleh, pandangan sedikit turun saat menyadari ada seseorang yang menatapnya. Benar-benar terasa  menusuk di wajah.

Bola matanya sedikit melebar saat netranya langsung bertemu dengan obsidian biru gelap yang sedang memandangnya dengan sangat intens tanpa berkedip. Mereka saling berpandangan selama beberapa detik. Berikutnya, netra berwarna biru gelap itu ditutupi oleh telapak tangan besar milik seseorang.

Tobio mengedipkan mata saat matanya tertutupi, sedangkan pria itu, ia mengangkat wajah. Melihat siapa pelakunya, dia jelas kenal. Dirinya langsung menyapa, "Wakatoshi-kun."

Wakatoshi mengangguk, "Kiyoomi."

Mendengar nama panggilan yang disebutkan keduanya, kepala Tobio langsung menoleh ke belakang menatap sang kakak meminta penjelasan. Sangat aneh mendengar ada seseorang yang memanggil nama kakaknya dengan nama kecil bukan marga.

Wakatoshi yang sadar tatapan menuntut Tobio, menurunkan pandangan untuk menatap sang adik. "Dia temanku," jelasnya tanpa tambahan lebih lanjut. Berikutnya, kembali menatap Kiyoomi, "Ini adikku. Perkenalkan, Kageyama Tobio."

Kiyoomi mengangguk, tapi tidak mengeluarkan tangan yang tersimpan di kedua saku jaket untuk menjabat tangan. Dia lalu memperkenalkan diri dengan singkat, "Sakusa Kiyoomi."

Tobio sendiri juga tidak mengulurkan tangan untuk berjabatan ataupun mengangguk sebagai tanda perkenalan. Yang ada, dirinya malah fokus menatap pada fitur wajah Kiyoomi.

Kiyoomi memiliki rahang yang sangat tegas, hidung mancung, beralis tebal dan juga tajam. Lalu lihatlah sorot matanya. Ketika Tobio secara terang-terangan menatapnya, obsidian berwarna hitam legam itu berubah menjadi dingin dan menusuk. Benar-benar menunjukkan ketidaksukaan.

Kepala Tobio terangkat lebih tinggi untuk melihat rambutnya yang berwarna hitam bergelombang. Penglihatannya dapat menangkap dua bintik hitam (tahi lalat) yang berada di dahi kanan orang tersebut. Jelas menambah kesan menarik dan memesona. Itu benar-benar proporsi yang pas untuk wajah seseorang dapat dikatakan mendekati sempurna.

Tapi karena pria itu mengenakan masker, Tobio menjadi tidak tahu bagaimana rupa wajahnya.

Dia menjadi sangat penasaran. Tanpa sadar tangannya terulur mendekat. Tepat saat akan menyentuh bagian tali pengait masker yang dikenakan Kiyoomi, tangan Tobio langsung di tepis dengan kasar.

"Apa yang kau lakukan?!" Tanya Kiyoomi dengan marah dan tajam. Alis yang semula datar langsung menukik tajam.

"T-Tobio-sama!" Pekik Yamaguchi berteriak kaget.

Tobio mengamati telapak tangannya yang ditepis. Di wajahnya, tidak ada jejak keterkejutan saat diperlakukan seperti itu. Satu tangan kemudian terangkat untuk menghentikan ocehan Yamaguchi yang terdengar saat cemas.

Berbeda dengan kakaknya, dia hanya diam mengamati situasi. Meskipun tidak dapat dipungkiri, dirinya juga terlihat cukup tercengang melihat sang adik yang tiba-tiba bersikap lancang ingin menyentuh wajah orang tanpa permisi.

"Ah.." Tobio memandang Kiyoomi sekali lagi. Mungkin daripada terkejut, dirinya lebih dikatakan terpana pada perlakuan Kiyoomi. Sudut bibirnya tertarik ke samping, tersenyum dengan sengaja. Meskipun terlihat manis tapi itu bukanlah senyuman yang tulus. "Aku hanya penasaran bagaimana rupa wajahmu."

INTERESTED || SakuKageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang