"Jadi, kau ngapain di Argentina, Tobio?"
"Jangan sok akrab denganku."
Wajah Bokuto langsung merengut. Pipinya sedikit menggembung, menatap Tobio seakan dia marah. Untunglah rambutnya tidak layu, masih tegak seperti sedia kala. "Aku hanya penasaran!"
Tobio memutar mata lalu lanjut menyendok makanan ke dalam mulut. "Kepoan banget jadi orang," hardiknya.
Dia saat ini sudah berada di ruang tamu, duduk bersama dengan teman-teman Wakatoshi. Dirinya sudah selesai membersihkan diri dua puluh menit yang lalu. Lalu saat dia turun, Wakatoshi sudah menyiapkan kari spesial untuknya dengan tambahan telur di atasnya di meja makan. Tobio yang melihat sajian itu, langsung membawanya menuju ruang tamu dan duduk di samping kakaknya seakan-akan dia adalah bagian dari kumpulan orang-orang penggila voli tersebut.
Tobio mengunyah kari. Muncul rasa beragam dari perpaduan bumbu yang dituangkan ke dalam masakan yang ia telan. Dia sangat menyukainya! Masakan Wakatoshi memang paling enak untuknya. "Enak seperti biasa, Nii-san," puji Tobio.
Wakatoshi yang tadinya fokus menonton rekaman pertandingan voli, perhatiannya langsung teralihkan. Dia menatap adiknya sambil mengusap rambut belakangnya. "Aku senang kau menyukainya." Lalu, dirinya teringat tentang alasan adiknya harus pergi ke Argentina. "Bagaimana kondisi Oikawa sekarang?"
Sendok Tobio langsung berhenti, begitu juga dengan mulutnya yang mengunyah. Seperti memikirkan sesuatu, dia lalu menghendikkan bahu, dan memutar mata. Pandangan pura-pura fokus ikut menonton voli. "Dia mungkin udah bisa lari maraton sekarang."
"Eh? Oikawa? Apa maksudmu Oikawa-san The great King?!" Sahut Hinata saat nama Oikawa disebutkan. Dia ternyata diam-diam menguping pembicaraan dua orang bersaudara tersebut. Meskipun suara keduanya juga tidak lirih sehingga tidak dapat menjadi larangan untuk didengar oleh orang lain.
"Oh? Panggilan itu masih berlaku sampai saat ini?" Tobio menaikkan satu alis mendengar Hinata ternyata mengetahui Oikawa. Dia cukup tertarik untuk mengorek lebih dalam. "Kau mengenalnya?"
Hinata menarik sudut bibirnya ke samping saat mengetahui ternyata dugaannya benar. Dia yang duduk di lantai, memutar tubuh ke arah Tobio. Dirinya mengangguk semangat. "Tentu! Setiap turnamen, sekolahku selalu berhadapan dengan sekolahnya! Dia sangat kuat! Menurutku dia setter paling hebat yang pernah aku temui!"
Atsumu yang berada tak jauh dari Hinata langsung berdehem dengan keras-keras. "Ekhem!" Sepertinya dia tersinggung.
Hinata paham dengan kode Atsumu. Tapi dia tidak berusaha mengubah pendapatnya. "Itu fakta, Atsumu-san! Kau tidak tau bagaimana timku dulu selalu tersiksa melawan dia!"
Atsumu menampilkan senyum yang meremehkan, berkata dengan suara berusaha ramah, "Sepertinya aku harus bertemu meskipun hanya sekali dengan Great King ini~"
"Aku juga ingin bertemu dengan orang yang bisa membuat Karasuno tersiksa!" Sahut Bokuto. Dia sepertinya sudah lupa tentang akting marahnya saat bertanya pada Tobio tadi.
Tobio ketika mengetahui semua orang menjadi bersemangat tentang Oikawa, tatapannya berubah menjadi sedikit melembut. Dia tanpa ikut pembicaraan mereka dan hanya mendengarkan, mulai lanjut makan lagi.
"Sayang sekali dia dulu selalu menolak ajakanku untuk masuk Shiratorizawa.."
"Uhuk--" Tobio hampir saja tersedak mendengar gumaman kakaknya di samping. Dia langsung menoleh, menatap kakaknya yang seperti tengah berkabung secara tiba-tiba meskipun jika orang lain yang melihatnya, wajahnya hanya akan sama saja datar seperti biasa. "Kau masih menyayangkan hal itu sampai sekarang?"
"Dia punya potensi.."
Tobio memutar mata. "Jangan lupa perkataanmu yang bilang kalau tidak boleh memaksakan kehendak diri sendiri pada orang lain, Nii-san."
KAMU SEDANG MEMBACA
INTERESTED || SakuKage
Fanfiction(Pro Player) Sakusa Kiyoomi x (CEO) Kageyama Tobio Tobio sangat menyukai apapun yang menarik perhatiannya. Dia memiliki obsesi tersendiri untuk memiliki barang yang sudah menjadi incarannya. Jika menurutnya barang itu cantik dan menggoda, dia dapat...