Satu bulan yang lalu, penginapan
Tobio baru saja selesai membilas tubuh. Dia mengusak-usak rambutnya yang basah menggunakan handuk, berjalan menuju meja nakas untuk mengambil ponsel. Dia lalu duduk di pinggiran kasur. Di sampingnya, ada seseorang yang sedang tergeletak dengan mata tertutup rapat, Kiyoomi. Tobio tersenyum melihat pria itu dapat tertidur pulas.
Tobio membuka ponselnya. Seketika muncul beberapa notifikasi dari panggilan tak terjawab. Ketika melihatnya, raut wajah Tobio langsung berubah serius. Ada sekitar 10 panggilan tidak terjawab dari orang yang bernama Tooru.
Tobio mengernyitkan dahi, lalu menghubungi balik. Setelah beberapa kali berbunyi tut tut, panggilan itu akhirnya ada yang mengangkat.
"Uh.. halo..? Tobio-chan.." terdengar suara pria dari panggilan seberang.
Tobio langsung tanya ke inti permasalahan tanpa basa-basi terlebih dahulu, "Apa yang terjadi?"
"Gimana kabarmu, Tobio-chan?" Oikawa malah menjawab pertanyaan Tobio dengan pertanyaan lain dengan nada yang digunakan terdengar santai. Dia seperti ingin membuat keadaan tidak terlalu canggung, sehingga dia basa-basi terlebih dahulu meskipun tahu Tobio tidak akan terperdaya.
Wajah Tobio semakin gelap. Nada yang ia gunakan menjadi rendah ketika memanggil nama Oikawa, "Tooru."
"Ahaha! A-aku hanya ingin tau apakah kau memiliki hari libur? Oh iya, kau adalah CEO! Aku hampir lupa. Kau bisa libur kapan pun kau mau."
Rahang Tobio mengeras mendengar Oikawa yang berucap omong kosong dan mulai ngelantur. Dia memiliki kesabaran setipis tissue sehingga amarahnya mudah meledak. "Langsung ke intinya, Tooru! Apa yang sudah kau lakuka--"
"Aku merindukanmu, Tobio-chan!"
"....."
"....."
Muncul keheningan selama beberapa detik di antara keduanya. Tobio tersentak kaget, lalu mengecek sekali lagi apakah yang ia hubungi sungguhan Tooru yang ia kenal atau bukan. Oikawa di sisi lain sudah menggigiti bibirnya karena cemas.
Tobio sepertinya mengerti alasan mengapa Oikawa bertindak demikian. Tobio tahu dari cara bicara Oikawa, orang itu terdengar gugup, takut, dan mencoba mencairkan suasana agar dirinya tidak terlalu marah akan sesuatu yang akan diberitahunya nanti. Pasti pria itu telah berbuat sesuatu yang mengakibatkan mau tidak mau harus menghubunginya. Karena Oikawa sendiri bukan tipe orang yang akan memberi kabar setiap saat.
Tobio menghela napas. Dia memperhatikan Kiyoomi yang masih tidur terlelap di samping lalu mengusap wajahnya yang indah. Nada yang ia gunakan berubah sedikit melembut, "Apa yang terjadi?"
"Hm? Tidak ada yang terjadi! Sudah aku bilang kalau aku merindukanmu!" Sahut Oikawa masih berubah mengelak.
Tobio mendecakkan lidah. Tidak termakan oleh omongan manis Oikawa. "Hentikan omong kosongmu dan cepat beritahu aku apa yang sudah kau lakukan, Kusokawa!"
"Kan aku sudah bilang jangan memanggilku itu lagi!"
"....Tooru.. katakan." Ada nada intimidasi yang digunakan Tobio.
Oikawa ketika mendengar itu, sudah tidak lagi berani untuk bermain-main. Dia menelan ludah dengan susah payah, sebelum akhirnya mencoba berbicara lagi, "Jadi... Uh.. kau.. harus janji dulu padaku kalau tidak akan marah!"
"Huh?"
"Janji dulu, Tobio-chan!!"
Ah, sepertinya memang benar bahwa sesuatu telah terjadi. Tobio memutar mata akan suruhan Oikawa lalu menjawab, "Hm. Ya."
KAMU SEDANG MEMBACA
INTERESTED || SakuKage
أدب الهواة(Pro Player) Sakusa Kiyoomi x (CEO) Kageyama Tobio Tobio sangat menyukai apapun yang menarik perhatiannya. Dia memiliki obsesi tersendiri untuk memiliki barang yang sudah menjadi incarannya. Jika menurutnya barang itu cantik dan menggoda, dia dapat...