12

455 60 9
                                    

Tobio meletakkan kepalanya di dada Kiyoomi dengan sengaja. Memejamkan mata sebentar sambil menghembuskan napas perlahan. Gejolak-gejolak api di dalam dada secara perlahan memudar seiring dengan nyamannya Tobio di dada Kiyoomi. Dia bertanya saat merasakan kepalanya masih diusap dengan lembut, "Apa yang kau lakukan, Kiyoomi-san?"

Di bawah pasang mata semua orang, Tobio tanpa disangka menjadi mulai tenang. Membuat semua yang melihat terperangah. Bahkan Tadashi, anak buahnya sendiri yang telah bekerja selama bertahun-tahun, yang tadi sempat mencoba menenangkan Tobio tapi akhirnya gagal, juga terkejut bukan main ketika melihatnya.

Kiyoomi mengamati korban Tobio yang masih menggigil ketakutan di tempat. Sepertinya kaki orang itu sudah lemas, karena sekarang dia tertuduk tanpa daya di pasir. Tatapan mata Kiyoomi menjadi aneh, sedikit memicing tidak suka. Dia menjawab pertanyaan Tobio, "Aku menenangkanmu."

Tobio menghembuskan napas panjang. Merasa tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan langka, dia dengan lancang mengusap-usap wajahnya di dada bidang Kiyoomi.

Sudut mulut Kiyoomi berkedut ketika merasakannya, tapi dirinya tidak berusaha mendorong Tobio.

"Mnm.." Ketika dada dan wajahnya saling bergesekan, Tobio dapat merasakan bahwa baju yang dikenakan Kiyoomi basah karena keringat. Tapi dia tidak terlalu memperdulikan hal tersebut. Dirinya malah semakin mengusap-usap wajah dengan berani.

Kiyoomi mulai merasa jengkel dengan sikap Tobio yang mulai berubah drastis. "... Sepertinya kau sudah tenang." Karena sudah tidak tahan, dia ingin melepaskan dekapannya dari Tobio.

Tapi sebelum dia bisa melepaskan, Tobio dengan cepat langsung melingkarkan kedua tangannya, memeluk erat tubuh Kiyoomi dengan wajah masih tenggelam. "Mana mungkin. Jika ingin menenangkanku, kau harus memelukku selama satu jam."

Sepertinya keputusan Kiyoomi untuk menenangkan Tobio adalah pilihan yang sangat buruk. Dia menyesalinya sekarang. "Jangan bicara omong kosong." Lalu menarik kedua tangan Tobio yang masih melingkar erat di tubuhnya dengan paksa. "Lepas sekarang."

Di sisi lain, si pria berwajah rata mulai diurusi oleh Tadashi dan beberapa pemain MSBY yang sudah sampai di tempat kejadian. Dia mendapatkan seribu ceramah dari Tadashi, yang mau tidak mau harus didengarkan. Jika tidak, yah, dia tidak tahu apa yang akan terjadi dengannya. Ia masih ingin selamat.

"Ternyata aku belum ada apa-apanya jika di bandingkan dengan nasib pria ini.." bisik Hinata saat mengamati korban Tobio mengangguk dengan tubuh yang masih menggigil ketakutan di bawah ceramah pedas Tadashi. Dia mengingat kejadian di mana saat dirinya meraih lengan Tobio.

Atsumu mengiyakan ucapan Hinata dengan wajah suram. "Benar, Shoyou-kun. Untung kau tadi cuma diberi peringatan. Coba saja kalau papan selancar langsung melayang, karirmu di dunia voli langsung menghilang."

Hinata merasakan bulu kuduknya merinding memikirkan kemungkinan buruk tersebut. Dia melirik cemas Tobio yang masih berada di pelukan Kiyoomi. "Sepertinya aku harus meminta maaf lagi dengannya."

Kembali ke sisi dua orang yang masih berpelukan.

Kiyoomi yang sudah merasa jengkel, mendorong-dorong wajah Tobio yang menempel erat layaknya lem di dadanya. Gusi saling menggerus keras ketika mengeluarkan suara, "Lepas."

Tobio membalas enteng, "Empuk, aku suka Kiyoomi-san."

"....."

Kiyoomi pada akhirnya menghela napas pasrah. Dia merelakan dadanya dinodai sedikit lebih lama, mengingat kondisi Tobio tadi yang hampir mengamuk, yang bahkan sekretaris-nya sendiri tidak bisa menanganinya.

INTERESTED || SakuKageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang