11

425 60 12
                                    

Setelah satu jam bermain, akhirnya Tadashi memutuskan untuk beristirahat. Semua orang yang terlihat kelelahan, keringat menetes di mana-mana, dan sudah ngos-ngosan juga ikut.

Mereka duduk di pinggiran lapangan voli yang berpasir sembari minum.

Udara di sekitar panas dan cuaca masih terik, tidak ada gumpalan awan di atas langit yang menandakan musim panas akan berakhir dalam waktu yang cukup lama.

Bokuto yang tubuh kekarnya terus mengeluarkan keringat, mengelapnya menggunakan kain baju yang telah dia tanggalkan tepat saat akan bermain. Dia bersorak, "Woahh! Voli pantai lebih sulit dari dugaanku!"

Meian mengangguk setuju. Menenggak minuman beberapa kali, lalu membalas ucapan Bokuto, "Iya. Pijakannya lebih sulit karena bukan di tempat yang datar."

Hinata masih minum di tempat. Menelan setiap tetes air di dalam botol hingga tidak menyisakan apapun. Dia terlihat sangat kehausan.

Air dingin langsung mengguyur kerongkongannya, membuat rasa haus secara perlahan menghilang. Dia mendesah lega, "Kheeehhh! Haaahh!" Tubuh merasa segar kembali setelah menerima asupan.

Tatapan mata lalu fokus menatap jauh pada gulungan ombak yang sedang berkejaran untuk dapat sampai ke daratan. Dia dapat menangkap melalui penglihatannya sesuatu di antara ombak tersebut.

"Eh, Tadashi.. apa itu bosmu?" Tangan menunjuk pada seseorang yang sedang berselancar di antara ombak besar dengan berani dan penuh percaya diri.

Tadashi mengangguk tanpa mengatakan lebih lanjut. Perhatiannya saat ini hanya fokus memperhatikan Tobio berselancar.

Atsumu yang melihat juga, tersedak air minum. "Woah!" Dia seketika terpesona melihat Tobio berdiri teguh di antara ombak yang saling mengejar tanpa gangguan apapun. Meskipun air bergerak cepat, tubuhnya tetap kokoh dan seimbang di atas papan, layaknya seorang profesional yang sudah memiliki pengalaman selama bertahun-tahun.

Berbeda dengan Kiyoomi, dia hanya diam saja memperhatikan Tobio. Wajah tidak terlihat terkejut ataupun terkesima sedikitpun. Ah tidak, bukan seperti itu. Sejujurnya, dia sudah sedari tadi memperhatikan Tobio berselancar di antara ombak besar, lebih tepatnya tidak lama setelah dia ikut bermain voli dengan yang lain. Jadi, di saat semua orang baru tersihir dan terpesona dengan kehebatan Tobio, dirinya sudah dapat mengontrol ekspresi untuk dapat bersikap biasa saja.

Atsumu yang mengira bahwa Kiyoomi belum tahu, menyenggol bahunya, yang membuatnya menjauh, mendengus tidak terima. "Apa kau liat itu, Omi omi-kun? Bukankah dia hebat?"

Tapi alih-alih menjawab pertanyaan Atsumu, Kiyoomi malah berkata hal lain, "Jangan menyentuhku, Miya. Keringatmu bisa menempel di tubuhku." Lalu meminum airnya dengan tenang, menghiraukan decakan lidah Atsumu karena reaksi Kiyoomi yang tidak memuaskan.

Selagi menenggak air, tatapan mata Kiyoomi tidak dapat dibohongi. Dia diam-diam memperhatikan Tobio yang masih berselancar dengan elok.

Dari kejauhan, Kiyoomi dapat melihat bahwa tubuh atas Tobio terekspos dengan sempurna. Kulit putih kencang, bersih, dan mulus itu selalu berpercikan dengan air laut, yang membuat tubuh Tobio semakin menggoda karena basah. Juga rambutnya yang basah menutupi dahi dengan berantakan, menambah kesan menarik pada pesonanya.

Dia ingin mengalihkan pandangan, tentu saja. Tapi apalah daya, dirinya tidak mampu. Pemandangan saat ini terlalu memikat untuk tidak di perhatikan secara lekat. Yah, walaupun di permukaan, raut wajah Kiyoomi terlihat datar, malah terkesan dingin. Sehingga jika ada yang sampai salah paham, mengira bahwa Kiyoomi membenci air laut, tentu itu bukan seratus persen kesalahan mereka.

Tobio di sisi lain, sudah merasa cukup untuk menguras energinya lebih lama lagi. Jika diteruskan, mungkin tubuhnya esok akan menjadi remuk, dampak dari kelelahan. Dia segera menepi ke bibir pantai lalu mengangkat papan selancar miliknya untuk dibawa pergi.

INTERESTED || SakuKageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang