|| Tiga Belas []

13 3 10
                                    

Seharusnya, Rheas tidur. Diantarkan oleh lelahnya yang bertumpuk dua lapis, bersama harmoni hutan nan damai yang mengelilinginya. Sempurna menggantikan kamar tidur, ranjang, bantal, pun selimutnya—meski dirinya tetap membawa selembar selimut tebalnya dari wastu saat melarikan diri. Muat, karena satu-satunya tas yang dirinya bawa telah dimodifikasi dengan sihir—yang intinya, membuat tas itu punya ruang yang jauh lebih besar nan luas dari tampak luar wujud kecilnya. Mempertahankan sihir macam itu merepotkan, tetapi hanya dirinya yang punya kendali paling mumpuni akan sihir—salah-salah membagi tugas dengan Arthkrai dan Riori, barang-barang perlengkapan mereka bisa lenyap. Setidaknya, sebagai ganti, Arthkrai bantu menyuplai energi sihir untuk mempertahankan perluasan ruang itu.

Yah. Pada akhirnya, mereka tidak jadi pergi seketika tadi.

Pun, Rheas tak serta-merta bisa beralih mengistirahatkan diri.

Apa bisa disebut gara-gara tadi dirinya tidur siang? Seperti anak kecil saja. Bahkan, bisa-bisanya yang tadi siang di saat-saat damai terakhirnya itu terhitung tidur siang? Kesadarannya masih penuh di alam mimpi saat itu karena dihampiri sihir dari sang Ibunda. Benar-benar penuh untuk tetap lanjut memikirkan banyak hal seperti halnya saat terjaga.

Percuma, Rheas tak bisa melelapkan matanya.

Dirinya berguling ke sisi lain, sekali lagi. Mungkin arah tidurnya sudah berputar sepenuh jarum jam sedari tadi. Kedua tangan mendekap selimut semakin rapat, lalu menukar posisi tangan kanan dan tangan kiri. Sekali lagi, mencoba memejamkan mata dari pemandangan serat-serat kayu berkambium sebatang pohon di depan hidungnya.

"Jangan. Tidak. Kita tidak akan menurutinya. Kita tidak akan melakukannya."

Suara itu bergema di kepalanya. Datar. Tajam. Dingin. Mutlak.

"Jangan bercanda. Kalian mau mengikuti begitu saja instruksi dari buku sihir yang hanya tahu kapan harus berlagak menjadi penyelamat emas?"

Suaranya sendiri, dari beberapa saat yang tak terlalu lama tadi.

"Tenanglah, Rheas, kita bisa memikirkannya nanti. Ketika semua kepala kita bisa berpikir jernih. Benar bukan, Riori?"

Suara yang menyela, lembut, tetapi menandasnya lugas.

"Atrhkrai benar, Rheas."

Menyahuti, satu suara lagi membenarkan. Seakan begitu mutlak dan tak terelakkan mana gerangan yang disebut benar itu.

"Sekarang atau nanti, aku tidak peduli. Jawabanku tetap sama. Aku tidak akan mengubah pikiranku."

Segalanya bergema ulang, tanpa lupa tentang bagaimana nada dari suaranya sendiri itu tidak naik ataupun turun menghujam. Hanya datar, serupa sebuah garis lurus yang ditarik menggurat tak tergoyahkan. Menyakitkan.

"Kita tidak akan mencari si penulis Arkiv atau siapapun itu."

Rheas bangkit. Menyibak selimutnya ke satu sisi dengan sebelah tangan—tangannya yang tadi bersikeras menyelubungkan selimut itu rapat ke sekujur tubuhnya sendiri. Kepalanya berdenging, barangkali memprotes bahwa dirinya harus beristirahat.

Ya. Seharusnya Rheas tidur. Bukankah menjadi tidak peduli adalah keahliannya, yang membuat dirinya berhasil bertahan hidup hingga saat ini? Rheas sudah pernah tidak peduli dengan ketakutan, kesendirian, dendam, murka, duka, bahagia, dan segenap lainnya. Berkat semua ketidakpedulian berkesinambungan itu, dirinya bertahan hidup sampai sekarang.

Sampai menghadapi kepingan masa depan yang seenaknya berceceran di depan matanya.

Perlahan, bingkas tanpa suara dengan berhati-hati pada setiap ranting dan dedaunan kering, Rheas menyelinap dari pembaringan apa adanya sendiri untuk tegak berdiri. Menghadap api unggun yang masih berkobar tak teramat besar. Yah. Api unggun itu hanya untuk penghalau hawa beku serta marabahaya binatang buas di alam terbuka hutan. Meski bisa saja memanfaatkan sihir untuk membentuk semacam penghalang yang mengelilingi mereka bertiga, selain karena itu akan jauh lebih menguras tenaga dari pada sekadar menggunakannya untuk menjaga api unggun tetap menyala aman, mana bisa Rheas melakukannya jika tadi dirinya jatuh pingsan dipukul tengkuknya oleh Riori setelah sekali lagi bersikeras agar pergi.

QuietUsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang