20. Eden dan Segala Tingkahnya
***
Pagi-pagi sekali sebelum bel masuk, ketiga anak Eden sudah pada berkumpul di kantin sekolah. Hardian, Juandra, dan Pragas sedang sibuk mengerjakan tugas untuk aksi contek-mencontek mereka. Hari ini adalah hari sial bagi ketiganya, karena mereka mendapat tiga tugas sekaligus yang lupa mereka garap. Dengan strategi pembagian tugas yang epik, ketiganya menyelesaikan satu mata pelajaran yang mereka bisa, lalu setelahnya mereka akan saling berbagi jawaban.
Hardian mengerjakan tugas matematikanya dengan cepat dan rumus yang tepat, Pragas mengerjakan tugas essay pelajaran olah raga, dan Juandra sibuk merangkum catatan yang sekiranya penting dari buku paket sejarahnya.
"Selesai. Mana tugas lo berdua? Ah, lama nih," cerocos Hardian yang membuat Pragas mencebik kesal. "Lo dapet otak super dari mana sih? Bisa-bisanya lo ngerjain soal MTK sebanyak itu, tapi lo duluan yang selesai."
"Yang jelas otak gue beda merk sama otak lo."
"Sialan," umpat Pragas.
"Lo udah pada tahu belum sih, berita terbaru? Denger-denger ya, salah satu murid kita—" Pragas mendekatkan wajahnya, lalu melanjutkan kalimatnya dengan sedikit berbisik. "Ibu nya kerja di club malam."
Juandra mematung, pikirannya tiba-tiba melayang ke arah sosok perempuan yang kemarin sempat ia tolong, Andrea. Sebenarnya, Juandra penasaran dengan kelanjutan gosip yang Pragas bawakan, namun ia berusaha mengalihkan cowok itu agar kembali fokus dengan tugasnya. "Gue udah selesai. Pragas kalo lama, tinggal aja. Biar gue sama Hardian yang barter-an."
"Lah, kampret. Tungguin coy!"
Keadaan di meja itu semakin ramai ketika Mirza datang sambil merangkul bahu Rayan dan Zelo di masing-masing sisinya. Mirza yang datang dengan santai, membuat Hardian mengernyit bingung.
"Ja, tugas lo udah selesai?"
"Udah lah, gue mah rajin."
"Wah, diem-diem menghanyutkan si Mirza. Tugas udah kelar, kaga info-info," gerutu Hardian membuat cowok itu langsung mendapat jitakan di dahinya. "Lo aturan nanya langsung ke gue, minimal chat kek. Ya kali, gue yang harus woro-woro di grup 'woy tugas gue udah kelar nih,' lah, kan yang butuh lo."
"Nanti malem ke arena yuk, nontonin orang aja," kata Rayan mengalihkan pembicaraan.
"Gue yang beli cemilan deh, sekalian rayain gabungnya Jerdian. Setuju nggak?" Zelo menimpali, membuat kelima temannya berseru kompak "SETUJU!!"
Keberadaan Zelo memang seperti bank berjalan, kalo kata Hardian. Mereka bukannya sengaja memanfaatkan cowok itu dalam hal uang, namun mereka juga tak akan menolak jika temannya yang satu itu menawarkan lebih dulu. Alih-alih menolak rezeki, Hardian lebih berpikir jika ia bisa berhemat. Kalo sudah bicara uang, Hardian itu jadi orang yang paling realistis, tapi jangan kira kalau dia terlalu hitung-hitungan, karena sesekali ia juga akan mentraktir teman-temannya, meskipun cuma sebungkus basreng yang harganya tak sampai seribu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Sisi (Selesai)
JugendliteraturJerdian dan Juandra, si kembar yang berlomba-lomba untuk menutupi lukanya masing-masing. Terlihat saling ingin menjatuhkan, padahal mereka saling sayang. Mereka hanya tak tau bagaimana caranya menunjukkan rasa sayang seperti orang pada umumnya. Mamp...