14. Pertolongan Panjang Juandra
***
Hari ini, Juandra berangkat sangat pagi-pagi sekali, karena ia bertujuan untuk menyusul Andrea lebih dulu ke apartement Zelo. Cowok itu bahkan menyempatkan diri untuk meminjam seragam sekolah ke salah satu teman perempuannya. Dirinya sendiri bahkan tidak sadar jika telah mengeluarkan usaha yang begitu besar hanya untuk membantu seorang cewek yang bahkan bukan termasuk kategori teman dekatnya. Jujur, ketika melihat air mata yang meluncur dari kelopak mata Andrea, membuat hati Juandra sedikit tergerak untuk melindungi cewek itu.
Sebuat saja Juandra tidak sopan karena masuk ke sebuah unit tiba-tiba, tanpa mengetuk dan salam terlebih dahulu. Dia menatap Andrea yang hanya duduk di lantai dengan baju kebesarannya berwarna coklat, serta celana pendek di atas lutut. Rambutnya basahnya di gulung ke atas, menyisakan anak rambut yang membuat Andrea sedikit terlihat imut.
"Juandra."
"Selamat pagi, manis. Ini gue bawain seragam, lo ganti baju dulu, sementara gue nyiapin sarapan. Terus, kita makan bareng." Cewek itu masih diam, tak bergeming. Juandra menautkan kedua alisnya, melihat gerak-gerik cewek di hadapannya. "Kenapa, Dre?"
"Ehm, hari ini kayaknya gue nggak mau masuk sekolah deh."
"Kenapa? Lo sakit? Mau gue bawa ke dokter, atau—"
"Nggak. Gue baik-baik aja, kok. Hari ini gue udah rencana mau cari kerja part time." Andrea menunduk lesu.
"Oh, gitu. Gimana kalo, lo tetep masuk sekolah, nanti sehabis pulang sekolah, gue temenin."
"Dra, nggak usah. Jangan! Gue udah ngerepotin lo banget-banget. Biar gue sendiri aja, nggak apa-apa," tolak Andrea dengan halus. Cewek yang kini sedang membenarkan rambutnya itu merasa jika ia terlalu merepotkan Juandra, ya meskipun cowok itu yang langsung memberikan bantuan, tanpa ia minta. Kata orang, mungkin kalau Love Language Andrea adalah Act Of Service, ia bisa saja langsung jatuh cinta dengan segala bantuan dari cowok itu.
"Lo tuh parah banget ya, Dre."
"Hah?"
"Iya, lo parah banget. Ngehalangin orang nyari pahala. Gue yang dari awal udah mutusin buat bantuin lo, jadi ya gue nggak mau setengah-setengah. Gue hari ini ada mapel olahraga, lo ganti pake celana training gue, terus pake hoodie yang kemarin gue pinjemin ya, abis itu gue temenin cari kerjaan." Juandra mendorong tubuh kecil Andrea untuk masuk ke kamar, ia juga menutup pintunya, lalu langsung menuju ke dapur. Dengan telaten, tangan besarnya menuang nasi kuning di piring. Dia membawa dua porsi itu ke depan Televisi. Tujuh menit berlalu, akhirnya Andrea keluar dengan setelan yang tadi dia arahkan.
"Dra, ma-"
"Sst! Ayo makan, kita perlu tenaga buat muterin Jakarta yang luas."
Hari ini, Juandra sudah memutuskan untuk bolos sekolah dengan alasan sakit. Entah Juandra yang lupa memiliki ayah perfeksionis, atau memang dia yang terlena untuk membantu Andrea, karena kalau dipikir-pikir, ia bisa saja kena amuk ayahnya, kalo tahu hari ini anak kebanggaannya itu tidak masuk sekolah, padahal sebentar lagi akan diadakan seleksi untuk olimpiade di sekolahnya. Seusai sarapan, Andrea mencuci piring, sedangkan Juandra meletakkan kembali barang-barang pada tempatnya, seperti selimut dan bantal.
Benar-benar kerja sama tim yang bagus bukan. Kini, keduanya pun sudah ada di basemant. Jujur, Andrea sedikit takut, jika tiba-tiba nanti ia bertemu dengan teman sekolahnya. Bukan apa-apa, hanya saja, keberadaan Juandra pasti akan menjadi bahan perbincangan.
Perjalanan panjang akan segera di mulai. Mereka berhenti dari satu tempat ke tempat lain. Juandra benar-benar salut dengan kegigihan yang Andrea punya, berkali-kali mendapat penolakan karena masih dibawah umur, tak urung membuat cewek yang kini tersenyum manis menjadi patah semangat. Melihat Andrea, ia seperti melihat mendiang bundanya. Bundanya itu adalah tipe wanita yang pekerja keras dan pantang menyerah. Dia menyodorkan sebotol minuman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Sisi (Selesai)
Fiksi RemajaJerdian dan Juandra, si kembar yang berlomba-lomba untuk menutupi lukanya masing-masing. Terlihat saling ingin menjatuhkan, padahal mereka saling sayang. Mereka hanya tak tau bagaimana caranya menunjukkan rasa sayang seperti orang pada umumnya. Mamp...