Elvano benar-benar menjalani hukuman yang diberikan oleh orang tuanya. Kini Elvano tinggal di apartemen yang terdiri dari satu kamar, ruang TV, kamar mandi, dan dapur saja. Untuk ukurannya terbilang kecil, tapi cukup untuk ditempati oleh Elvano.
Dengan dihukumnya Elvano, rutinitas Afifah jadi bertambah. Ya, meskipun ada uang tambahan untuk ini semua. Pagi ini Afifah pergi ke rumah orangtuanya Elvano untuk mengambil mobil guna menjemput bosnya. Kebetulan apartemen Elvano memang letaknya dekat dengan rumah orang tuanya.
"Assalamualaikum, selamat pagi, Pak Elvano." Afifah menyapa Elvano dengan hangat saat Elvano membuka pintu apartemennya.
"Hmm, masuk!" jawab Elvano malas.
"Pak, kalau ada orang yang ngasih salam, harus dijawab. Bapak 'kan orang islam, jadi harusnya menjawab salam itu bukan 'hmm' tapi 'waalaikumsalam'. Begitu baru benar, ini bukan bermaksud menggurui atau gimana, tapi tuan dan nyonya sudah memberikan saya wewenang penuh untuk mendisiplinkan Bapak. Terserah mau Bapak suka atau tidak, sekalipun saya dibenci, saya tetap akan menjalankan tugas saya." Panjang lebar Afifah menjelaskan.
"Bawel banget sih jadi orang!" kesal Elvano.
"Ini juga demi kebaikan Bapak, kalau Bapak masih bersikap kaya gini, uang jajannya gak akan cair untuk hari ini." Afifah bertindak tegas, dia sekarang sudah berani mengancam. Sekarang dalam benak Afifah hanya ingin agar misinya cepat selesai, jadi dia bisa berhenti berurusan dengan Elvano.
"Oh, jadi sekarang kamu sudah berani mengancam saya, mentang-mentang dapat kepercayaan dari papa dan mama saya!" sinis Elvano.
"Iya dong, pokoknya mulai sekarang, kalau Bapak masih bersikap dan bertindak tidak baik, saya akan melaporkannya pada tuan dan nyonya Effendi." Dengan percaya diri Afifah mengatakannya, kini dia berpikir, tidak apa tebal muka menjadi pengadu, agar misinya cepat selesai.
"Gak tahu malu!" ejek Elvano.
"Biarin, udah, mending sekarang Bapak jawab dulu salam dari saya." Afifah acuh saja dengan ejekan Elvano.
"Waalaikumsalam!" ujar Elvano terpaksa menuruti Afifah, dari pada tidak mendapatkan uang jajan.
"Nah, gitu dong, dibiasain. Kan Bapak nantinya bakal jadi calon imam buat istrinya, dan jadi kepala keluarga juga." Afifah kemudian masuk sambil menenteng bingkisan di tangannya.
"Bawel!" ketus Elvano.
"Pak, ini ada makanan dari nyonya, buat sarapan." Afifah berinisiatif mencari dapur, mengambil piring, lalu menyiapkan makanan dan menghidangkannya di meja makan.
"Hmm." Elvano menjawab dengan bergumam.
"Sarapan dulu, habis itu kita berangkat kerja." Kebetulan Afifah belum sarapan, jadi dia duduk untuk sarapan bersama Elvano.
"Kamu ngapain ikut duduk?" ketus Elvano saat melihat Afifah duduk.
"Mau makan juga dong, Pak. Tadi dari rumah, saya belum sarapan. Nyonya juga bilang kalau makanan ini buat kita berdua kok." Afifah menjawab dengan santai meski sejak tadi Elvano selalu ketus terhadap dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karma Bos Playboy
RandomElvano Rafardhan Effendi, anak tunggal dari seorang konglomerat yang berdarah campuran Indonesia-Amerika. Pria itu tumbuh menjadi sosok playboy yang suka bergonta-ganti pasangan, bahkan dia beberapa kali tidur dengan perempuan berbeda. Wajah tampan...