19- Nenek Elvano julid

251 47 5
                                    

Baca selengkapnya lebih cepat sampai tamat di Karya Karsa. Cari saja Wihelmina Miladi lalu masuk ke bagian seri
.
.
.

Pagi ini Elvano dengan susah payah sudah memakai baju kerjanya, meskipun dia harus berdebat dulu dengan orangtua ditambah neneknya. Pada akhirnya mereka kalah debat dengan keras kepalanya Elvano. Papanya mengijinkan Elvano berangkat ke kantor, tapi besok. Sekarang Elvano harus beristirahat sehari lagi, seperti biasa nanti Afifah yang akan mengantarkan berkas ke rumah Elvano.

"Assalamualaikum."

Tidak disangka Afifah datang pagi hari, saat ini baru jam Sembilan. Dia sudah membawa beberapa dokumen.

"Afifah, tumben pagi ke sininya?" tanya Maria

"Iya, saya mau nganterin ini, terus kembali ke kantor lagi, nanti siangan saya ke sini lagi buat ngambil dokumen yang sudah selesai sambil nganterin berkas lain." Afifah menjelaskan pada Maria.

"Yuk, tante anterin kamu ketemu Elvano." Maria mengantar Afifah menemui Elvano yang sedang menemani neneknya menonton sinetron. Terlihat Elvano terpaksa, dia sejak tadi bermain game diponselnya.

"El, ini Afifah datang," panggil Maria.

Seketika terlihat Elvano kaget, tapi wajah betenya berubag menjadi berseri.

"Fah, kamu dateng lebih awal hari ini?" pekik Elvano berseri.

Hal itu membuat nenek dan mamanya langsung menatap penuh selidik ke arah Elvano yang mendadak terlihat bersemangat.

"Fah, tante mau ke dapur dulu nyuruh bibi bawain minum sama cemilan buat kamu. Oh iya, kamu mau minum apa?" tanya mama Elvano.

"Tidak usah repot-repot, Nyonya. Afifah ke sini cuma mau nganterin berkas doang, ini Fifah mau langsung balik ke kantor lagi soalnya banyak kerjaan." Afifah menolak dengan sopan.

"Tuh, kamu kebiasaan, udah dibilangin manggilnya tante bukan nyonya." Maria menegur cara Afifah memanggil.

"Tau tuh, Mah, kayanya Afifah harus dibiasakan sering-sering ke sini dan ngobrol sama mama." Elvano kembali kompor.

"Maaf ..." lirih Afifah.

"Dia siapa, Maria?" tanya nenek Elvano yang sejak tadi hanya diam memperhatikan mereka.

"Oh, iya, lupa. Bu, kenalin ini Afifah, anaknya Pak Umar. Sekarang Afifah kerja di perusahaan yang Elvano pimpin, dia jadi sekertaris pribadinya Elvano." Maria langsung memperkenalkan Afifah pada mertuanya.

Dengan sopan Afifah langsung mencium tangan nenek Elvano, tapi wajah beliau tampak tidak senang dengan kehadiran Afifah. Apalagi saat mamanya Elvano menjelaskan kalau Afifah adalah anak Umar.

"Oh, jadi ini anaknya Umar. Kok bisa kalian mengangkat anak sopir jadi sekertaris pribadi Elvano. Mama tahu kalian sejak dulu baik hati sama orang susah, tapi gak segininya juga dong. Kalau mau bantuin orang itu jangan berlebihan, nanti yang ada orang yang dibantu malah gak tahu diri. Bisa-bisa dia malah mengincar yang lebih tinggi lagi, misalnya menjadi nyonya rumah ini dengan menggoda Elvano!" sindir nenek Elvano pedas.

"Astagfirullahaladzim, saya gak pernah terbesit sedikitpun dengan hal itu, Nyonya. Saya murni niat bekerja, nanti kalau kontrak saya sudah selesai, saya akan langsung berhenti tanpa memperpanjang kontrak kerjanya, Nyonya." Afifah tentu saja tidak terima dituduh begitu.

"Mah, Afifah itu anak baik-baik, Pak Umar dan keluarganya juga." Maria membela Afifah.

"Oma, Afifah itu salah satu lulusan terbaik di Singapure, kinerjanya juga sangat bagus. Selama Elvano mengenal banyak wanita, menurut Elvano, Afifah adalah perempuan terbaik yang pernah Elvano kenal. Tentunya mama dan oma juga yang terbaik, maksudku ini konteksnya di luar keluarga."

Karma Bos Playboy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang