14- Insiden

299 54 5
                                    


Cerita ini sudah tamat di Karya Karsa Wihelmina Miladi. Cari saja di bagian seri.

Saat ini keduanya sudah berangkat untuk melakukan peninjauan project kerja sama. Elvano mengendarai kendaraannya dengan kecepatan standar atas permintaan Afifah. Tidak lupa sebelumnya Afifah meminta Elvano ikut berdoa bersamanya sebelum mengendarai mobil.

"Pak, nanti kalau Bapak lelah atau ngantuk, kita gantian nyetirnya. Biar begini saya bisa nyetir mobil dan punya SIM."

Untuk berjaga-jaga Afifah siap bergantian menyetir, dia tidak ingin terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan.

"Iya, nanti kalau saya lelah atau ngantuk kita gantian." Elvano menuruti perkataan Afifah, entah sejak kapan Elvano menjadi penurut, dia begitu menuruti ucapan Afifah meski terkadang mereka berdebat terlebih dahulu.

"Pak, ini beneran jalannya? Kok kayanya sepi dan hutan-hutan gitu sih? Jalannya juga kecil gini, kaya jalan alternative." Feeling Afifah semakin tidak enak.

"Ini sesuai arahan dari maps kok," ujar Elvano yang juga mulai bingung.

"Duh, apa kita balik aja, Pak?"

"Balik ke mana? Udah kepalang tanggung, mungkin aja ini jalan alternative." Elvano memutuskan untuk tetap mengikuti arahan dari maps.

"Feeling saya gak enak, Pak!" pekik Afifah jujur.

"Cewek mah gitu, dikit-dikit pakai perasaan!" cibir Elvano.

"Tapi biasanya firasat perempuan itu bener loh, Pak!" kesal Afifah.

"Fah, itu mobil belakang udah ngikutin kita dari Jakarta loh, firasat saya juga jadi gak enak."

Elvano melirik spion, ada sebuah mobil jip yang mengikuti mereka sejak keduanya berangkat dari Jakarta. Perasaan Elvano mendadak jadi tidak enak juga, sama seperti Afifah. Dia kemudian menginjak pedal gasnya agar mobil mereka bisa melaju kencang meninggalkan mobil mencurigakan itu. Tapi yang lebih mencurigakan adalah ketika Elvano mengebut, mobil itu ikutan ngebut seolah memang benar-benar membuntuti mereka.

"Pak, gimana ini, mobil belakang ikutan ngebut. Kayanya beneran deh mereka ngikutin kita!" pekik Afifah cemas.

"Shit! Bener-bener gak beres mereka!" umpat Elvano sambil lebih mempercepat laju kendaraannya.

"Astagfirullah, ya Allah tolong lindungi kami." Afifah berdoa dengan sungguh-sungguh.

Di luar dugaan, seorang pria yang mengenakan topeng hitam ala penjahat yang ada disinetron mengeluarkan setengah badannya dari dalam mobil itu sambil memegang pistol ditangannya yang dia arahkan ke mobil Elvano.

Dor!

Dor!

Dua tembakan berhasil dia lepaskan, itu mengenai kedua ban belakang mobil Elvano yang seketika langsung membuat mobilnya memelan. Mereka kemudian langsung menyalip dan menghadang mobil Elvano.

"Ya Allah, tolong kami." Afifah histeris, suasana benar-benar mencekam saat ini.

Tiga orang ke luar dari mobil yang kini menghalangi mobil Elvano, mereka semua memakai topeng hitam.

"Ke luar kalian, atau kami tembak!" ancam salah satu dari mereka.

"Gimana ini, Pak?" pekik Afifah cemas, dia sudah berlinangan air mata sekarang.

Elvano ingin memundurkan mobilnya lalu kabur, tapi tidak bisa karena mereka menembak kaca depan Elvano serta kedua ban mobil depannya sebagai peringatan. Mau tidak mau Elvano menuruti perintah mereka, dia ke luar di susul Afifah. Sepertinya target mereka adalah Elvano karena ketiganya langsung mendekati Elvano. Afifah langsung mengambil tas, ponsel, dan mencoba mengirim pesan pada Tuan Darius.

Karma Bos Playboy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang