Pesta di tempat klien Elvano bermasalah pada pertengahan acara, karena ada drama masalah pribadi dari Aldric. Awalnya istri Aldric yang bernama Hana mempermalukan salah satu tamu yang perempuan bernama Elina, tapi kemudian keadaan berbalik saat Elina memutarkan sebuah video dengan proyektor alat pemutar. Fakta tentang perselingkuhan Aldric dan Hana dari istri Aldric yang bernama Elena. Lalu terbongkar juga beberapa hal jahat yang dilakukan Hana. Hingga akhirnya pesta ricuh dan berakhir begitu saja.
"Kacau sih tadi, belum juga selesai makan, eh, ada drama keluarga." Elvano masih merasa kelaparan.
"Bapak mau makan ketoprak? Itu loh yang jualan di deket bengkelnya Mang Toha, enak tahu, jam segini masih buka." Afifah menawari atasannya karena merasa kasihan kalau sampai Elvano tidak bisa tidur karena kelaparan.
"Boleh deh." Elvano yang kelaparan tentu saja lanngsung setuju.
"Pa Darto, nanti mampir dulu beli ketoprak, ya?" ujar Afifah memberitahu sopir yang mengantar mereka.
"Siap, Neng."
"Fah, parah banget tadi, saya pikir Tuan Aldric itu pria baik-baik loh, gak bangsat kaya saya. Eh, taunya cover doang gak menjamin, malah lebih bahaya yang diem-diem kaya gitu lagi. Kamu nanti kalau cari suami jangan sampai menilai dari covernya doang, sekarang banyak yang bangsat pakai cover cowok baik-baik." Elvano menasehati Afifah. (Aldric ada ceritanya ya, judulnya REVENGE series ke-1)
"Iya, Pak. Tapi itu juga bisa jadi pembelajaran buat Bapak, nanti kalau Bapak sudah menikah, jangan sesekali sakiti hati istri Bapak. Apalagi sampai berselingkuh, inget kalau karma bekerja tanpa diminta. Tadi kayanya saya denger banyak yang menarik diri dari kerjasama dengan Tuan Aldric. Kalau kata ibu saya sih, ganti istri beda rejeki, apalagi kalau menikahnya lewat jalur menyakiti." Afifah balik mengingatkan Elvano.
"Saya belum ada kepikiran menikah, soalnya ribet!" ujar Elvano.
Tidak terasa kini mereka sudah sampai di tempat abang-abang ketoprak berjualan. Pak Darto langsung menepikan mobilnya.
"Bapak mau dibungkus atau dimakan di sini?" tanya Afifah memastikan.
"Bungkus aja, makan di rumah, ternyata ramai juga ABG yang mojok dan makan di sini." Elvano memutuskan untuk membawanya pulang karena melihat tempat itu ramai para remaja dan pasangan yang makan.
"Oke, saya turun ngantri beli dulu." Afifah turun dari mobil untuk membeli ketoprak kesukaannya.
"Tuan, saya boleh ke luar beli rokok sebentar tidak?" tanya Pak Darto, sopir mereka.
"Ya, gapapa. Tapi nanti langsung balik ke sini kalau Afifah sudah selesai beli ketopraknya." Elvano memberikan ijin, sembari menunggu ia bermain game di ponselnya.
Setelah cukup lama menunggu, Pak Darto juga sudah kembali, akhirnya Afifah kembali ke mobil dengan bungkusan di dalam kresek. Pak Darto kemudian melajukan mobilnya menuju rumah Afifah.
Setelah sampai, Elvano dan Afifah turun dari mobil mereka. Tapi sebelum Pak Darto pergi, Afifah memberikan sebungkus ketoprak untuknya.
"Ini, Pak, dibawa!" ujar Afifah.
"Alhamdulilah, makasih banyak, Neng!" ujar Pak Darto berbunga.
"Sama-sama, hati-hati di jalan."
Sementara itu Elvano yang memperhatikan hanya bisa diam menatap Afifah diam-diam. Dia heran mengapa gadis itu begitu baik dan lembut pada orang lain, tapi kalau dengan Elvano pasti ada saja kelakuan Afifah yang membuat Elvano kesal dengan omelannya.
"Fah, Pak Umar sama ibumu udah balik?" tanya Elvano
"Udah kayanya, tapi tadi Ayah sih kirim pesan, katanya mereka kecapean jadi langsung tidur," ujar Afifah.
"Oh gitu," ujar Elvano.
"Nih, ketopraknya, Pak." Afifah menyerahkan satu plastic milik Elvano.
"Saya makan di rumah kamu saja deh, males banget makan sendirian di kontrakan yang bahkan gak ada meja makannya sama sekali." Elvano malas harus makan malam sendirian, apalagi di kontrakannya dia hanya punya tikar untuk duduk, rasanya tidak enak.
"Tapi ... ayah sama ibu saya 'kan udah tidur, gak baik perempuan dan laki-laki yang bukan mahram berada dalam satu ruangan. Apalagi sekarang sudah malam." Afifah merasa tidak nyaman.
"Tapi 'kan kita gak berduaan di rumah, ada orang tuamu juga lagian." Elvano masih tetap pada pendiriannya.
"Tapi mereka 'kan sudah tidur, Pak." Afifah membantah.
"Waktu itu, kamu juga datang ke apartemen saya, kita cuma berdua di sana. Gak terjadi apa-apa 'kan? Lagian saya jamin gak akan terjadi apa-apa, biar begini-begini juga saya bukan tipe lelaki yang akan melakukan hal-hal yang wanitanya tidak mau!" ujar Elvano.
"Saat itu 'kan terpaksa karena pekerjaan, lagian saya ke sana buat nyiapin sarapan dan menjalankan tugas dari Tuan Darius buat mengawasi Bapak." Afifah membela diri.
"Ya, sama aja, sekarang kita satu ruangan cuma buat makan bareng doang, habis itu saya langsung pulang. Lagian saya gak akan ngapa-ngapain kamu, saya janji. Kamu itu sama sekali bukan tipe saya!" ujar Elvano.
"Tapi, Pak ..."
"Udah, buruan buka pintunya!" kesal Elvano.
Akhirnya Afifah membuka pintu rumahnya, tidak lupa keduanya mengucapkan salam sebelum masuk ke rumah meskipun orang-orangnya yang ada di dalam rumah sudah tidur. Tapi itu semacam kebiasaan yang diajarkan orangtua Afifah sejak dia kecil, dan sekarang Afifah mengajarkannya pada Elvano.
"Bentar, Pak, saya ambilin piring, sendok, sama air minumnya dulu."
Afifah langsung bergegas pergi ke dapur untuk mengambil peralatan makan dan minum, setelahnya ia kembali ke meja makan. Terlihat Elvano sudah duduk di sana sambil menunggu Afifah. Elvano memang sudah mulai terbiasa tinggal di kontrakan dekat rumah Afifah, dia juga sudah terbiasa dengan rumah Afifah, keluarga Afifah, dan juga Afifahnya sendiri.
Mereka kemudian duduk di kursi dan menyantap ketoprak kesukaan Afifah, pastinya mereka berdoa dulu sebelum makan. Sekarang kebiasaan hidup Elvano makin lama makin berubah, sejujurnya saat memakan makanan tersebut Elvano juga merasa kalau rasanya enak. Selama ini Elvano tidak tahu jenis makanan pinggir jalan, karena sejak dulu dia hidup dengan sendok emas di tangannya. Mereka kemudian menyantap makanannya dalam keheningan, sampai ketika sudah selesai makan, Elvano membuka obrolan.
"Fah, besok kita ada meeting sama GUP company, kebetulan CEO-nya itu saudara sepupu saya. Besok kita meeting di kantor aja, dia yang bakal mampir ke perusahaan kita." Elvano mengingatkan.
"Baik, Pak. Besok saya akan segera siapkan keperluan meetingnya." Afifah tidak menyangka kalau CEO dari GUP company adalah sepupu dari Elvano. Teman dekat Afifah ada yang bekerja di perusahaan tersebut. Tadinya Afifah juga ingin melamar pekerjaan di sana, tapi berhubung dia mendapatkan tawaran langsung oleh Tuan Darius untuk membantu putranya, jadi niat itu Afifah urungkan.
"Oh iya, besok jangan lupa siapkan kue-kue kering, biscuit, coklat, dan minumannya teh hijau, soalnya sepupu saya sangat suka dengan makanan-makanan sejenis itu." Meskipun sudah lama tidak bertemu dengan sepupunya karena mereka tidak satu kampus saat kuliah, tapi Elvano masih mengingat kesukaan dari sepupunya itu.
"Ternyata biar kelihatannya kaya begitu, tapi Bapak perhatian juga sama saudara." Afifah tersenyum, dia tidak menyangka Elvano memiliki sisi perhatian seperti itu.
"Apa tuh maksudnya 'biar kelihatannya kaya begitu', memangnya saya kaya gimana?" kesal Elvano merasa tersinggung.
"Ya, kaya gitu, udah buruan pulang sana. Gak enak tahu ini udah malem." Afifah langsung mengusir Elvano.
"Hmm, iya saya pulang. Assalamualaikum!" ujar Elvano sambil melenggang pergi dari kediaman Afifah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karma Bos Playboy
RandomElvano Rafardhan Effendi, anak tunggal dari seorang konglomerat yang berdarah campuran Indonesia-Amerika. Pria itu tumbuh menjadi sosok playboy yang suka bergonta-ganti pasangan, bahkan dia beberapa kali tidur dengan perempuan berbeda. Wajah tampan...