Cerita sudah tamat di Karya Karsa, bisa baca selengkapnya di sana. Cari saja Wihelmina Miladi lalu masuk ke bagian seri.
Menjelang siang pada hari ini, Afifah sudah disibukkan dengan persiapan meeting dengan perusahaan yang ternyata dipimpin oleh sepupu dari bosnya. Selain menyiapkan dokumen, Afifah tidak lupa menyiapkan makanan karena kebetulan sebentar lagi jam makan siang. Afifah menyiapkan beberapa makanan yang kemarin Elvano minta.
"Pak Elvano, semua dokumen dan konsumsi buat meeting nanti sudah siap semua." Afifah melaporkan pekerjaannya pada sang bos.
"Bagus. Katanya sebentar lagi sepupu saya akan sampai." Elvano menutup dokumen yang sudah selesai dia kerjakan. Dia kemudian mengambil berkas yang Afifah siapkan untuk meeting dengan sepupunya.
Tidak lama setelahnya salah satu sekertaris Elvano yang ia tugaskan untuk menjemput sepupunya datang bersama Bintang, sepupunya. Tidak lupa sekertaris Bintang yang mendampingi bosnya.
"Elvano, my brother!" sapa Bintang antusias.
"Bintang kecil di langit yang gelap gulita!" sapa Elvano balik, khas dengan candaan yang sejak dulu ia lontarkan pada Bintang.
"Sialan loe!" ujar Bintang sambil memukul lengan sepupunya.
"Gimana kabar loe? Kayanya loe makin keren aja gue lihat."
Elvano menepuk pundak sepupunya. Selama ini Bintang memang anak yang cerdas, tidak pernah macam-macam, dia adalah kebalikan dari Elvano. Bintang sering mendapatkan penghargaan sebagai siswa teladan, bahkan setelah lulus kuliah dengan IPK tinggi, Bintang langsung dipercaya oleh ayahnya untuk mengambil alih perusahaan keluarganya. Sangat berbeda sekali dengan Elvano yang hanya tahu hura-hura serta bermain wanita, Elvano bekerja di perusahaan papanya saja hanya karena dipaksa, meski sekarang sudah jadi terbiasa.
"Loe kali yang makin keren. Asli, gue kaget banget pas denger katanya sekarang loe kerja nerusin usahanya Om Darius. Seinget gue, loe itu anak yang bebas, suka main cewek, gak suka dikekang, tapi nyatanya sekarang loe udah dewasa, ya!" puji Bintang bangga.
"Hahaha, seperti kata pepatah aja, Bro. Awalnya terpaksa, lama-lama juga jadi terbiasa. Ya, begitulah yang gue alami sekarang, semua ini bermula dari paksaan orangtua gue."
Saat sedang tertawa bersama, pandangan mata bintang teralihkan oleh kedatangan sekertaris Elvano, yaitu Afifah yang datang sambil membawa the hijau yang baru saja diseduh beserta cemilan.
"Loh, Afifah?" pekik Bintang kaget saat melihat seseorang yang ia kenal.
"Bintang?" pekik Afifah yang juga mengenali Bintang.
"Kalian saling kenal?" tanya Elvani yang merasa penasaran.
"Iya nih, Afifah itu salah satu temen gue di kampus dulu, kita 'kan satu kampus. Gak nyangka banget bisa ketemu lagi di sini, soalnya terakhir gue hubungin nomernya gak aktif." Bintang menjelaskan.
"Duh, lupa, nomer yang lama waktu itu hangus kartunya, jadi ganti." Afifah memberikan alasan mengapa nomer ponselnya tidak aktif.
"Padahal waktu itu aku hubungin kamu niatnya mau nawarin kerja di perusahaan yang sekarang aku pimpin, secara aku tahu banget kinerja dan keterampilan kamu." Bintang memang tertarik ingin mempekerjakan Afifah di kantornya, sayangnya kini Afifah sudah bekerja di perusahaan Elvano.
"Wah, sayang banget, Bro. Afifah sekarang udah jadi sekertaris gue!" ujar Elvano.
"APA? Sekertaris? Yang bener aja, Bro. Selama ini gue kenal banget loe orangnya kaya gimana, gue rasa loe gak mungkin milih Afifah buat jadi sekertaris loe."
KAMU SEDANG MEMBACA
Karma Bos Playboy
RandomElvano Rafardhan Effendi, anak tunggal dari seorang konglomerat yang berdarah campuran Indonesia-Amerika. Pria itu tumbuh menjadi sosok playboy yang suka bergonta-ganti pasangan, bahkan dia beberapa kali tidur dengan perempuan berbeda. Wajah tampan...