23- Cinta monyetnya Afifah

293 47 4
                                    

Afifah tampak berfikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan yang Elvano ajukan.

"Sejujurnya nih, Pak, dulu waktu saya masih remaja saya pernah cinta monyet sama Abhizar. Soalnya dulu beberapa kali pernah ketemu saat kegiatan sekolah, dan dia itu anak yang sholeh, baik, dan saya akui dia tampan. Tapi kalau sekarang saya gak tahu, rasanya saya lagi gak suka sama siapa-siapa deh."

"Fah, kamu 'kan masih sangat muda, masa sih udah mau nikah aja. Kamu aja lulus kuliah belum lama, kerja juga baru sebentar." Elvano yang memang selama ini tidak pernah kepikiran tentang pernikahan tentu saja merasa aneh.

"Iya sih, Pak, makanya saya masih merasa ragu terkait hal itu. Tapi kalau soal umur, secara agama dan Negara umur saya udah masuk. Bahkan banyak teman seusia saya yang saat itu tidak lanjut kuliah malah udah pada nikah dan punya anak. Kalau menurut saya sih asal saya udah ngerasa sreg buat nikah, itu gak masalah. Soalnya kemarin Abhizar bilang kalau saya boleh jadi wanita karier. Cuma saya masih kaget aja, soalnya ini rasanya tiba-tiba."

"Kukira saingan besarku Bintang, ternyata ada lawan lain yang benar-benar kuat," gumam Elvano lirih.

"Hah? Bapak ngomong apa?" tanya Afifah yang tidak bisa mendengar dengan jelas gumaman lirih Elvano.

"Gapapa, Fah."

Seketika pikiran Elvano melayang mengingat kejadian kemarin saat dia bertemu dengan Bintang.

Flashback On.

"Bro, kita 'kan saudara nih, gue gak mau nantinya kita ada rebutan cewek. Gue mau jujur sama loe, sebenarnya gue merasa tertarik sama Afifah." Bintang membuat mata Elvano terbelalak.

"Kenapa harus Afifah? Tang, bukannya loe suka sama temen SMA loe itu, gue lupa namanya. Loe gak bisa sama Afifah, pokoknya gak boleh!" tegas Elvano.

"Atas dasar apa loe ngelarang gue? Loe suka sama Afifah?" skakmat Bintang.

Elvano terdiam sejenak mencerna perasaannya sendiri sebelum menjawab pertanyaan dari Bintang. Elvano mengingat kembali awal pertemuannya dengan Afifah, pada awalnya dia begitu tidak menyukai gadis itu. Tapi seiring berjalannya waktu, Elvano merasa kalau Afifah adalah sosok perempuan yang tidak pernah ia temui selama ini. Mungkin memang benar kalau cinta hadir karena terbiasa, sehingga Elvano berada dititik selalu memikirkan Afifah dan tidak rela Afifah dekat dengan pria lain.

"Ya, gue cinta sama Afifah, gue harap loe mundur!" ujar Elvano tegas.

"Bro, gue kenal loe sejak dulu kaya gimana, meskipun gue tahu kalau sekarang loe udah berubah. Tapi gue tetap ragu, gue gak akan terima kalau loe nyakitin gadis sebaik Afifah. Sekarang gue tanya, apa yang loe pikirkan tentang sebuah pernikahan? Setahu gue, loe itu sama sekali gak ada kepikiran tentang hal begituan, sedangkan Afifah tidak mau pacar-pacaran dan pengin langsung nikah."

Sontak perkataan dari Bintang membuat Elvano terdiam, dia memang mencintai Afifah, tapi terkait pernikahan Elvano sendiri masih belum kepikiran. Elvano merasa ini masih terlalu muda, dan pernikahan itu adalah sebuah hal besar yang tidak bisa asal.

"Gue gak tahu tentang hal itu, ini terlalu dini. Tapi satu hal yang pasti, kali ini perasaan gue buat Afifah adalah cinta yang selama ini belum pernah gue rasakan. Gue benar-benar tidak ada niat mempermainkan Afifah, gue juga gak akan pernah mau kembali ke masa lalu kelam gue yang dulu." Elvano tidak ragu sama sekali dengan perasaannya pada Afifah.

"Oke, baiklah, kali ini gue ngalah. Gue gak akan deketin Afifah, tapi satu hal yang perlu loe ingat, Afifah itu gadis baik, pintar, dan dia juga cantik. Gue yakin kalau di luar sana akan ada pria lain yang suka sama dia, dan kalau pria itu jauh lebih baik dari loe ditambah dia berani ngajak nikah, maka saat itu kesempatan loe buat dapetin Afifah akan sirna." Bintang mewanti-wanti.

"Makasih, Bro!" ujar Elvano.

Flashback Off.

Baru kemarin Elvano mendapat wejangan dari Bintang, ternyata hari ini peringatan dari Bintang langsung kejadian. Elvano tidak pernah menduga kalau pada akhirnya Afifah mendapat pinangan diusia yang menurut Elvano masih sangat muda.

"Pak, dimakan, masa dari tadi bengong sih?" ujar Afifah menyadarkan Elvano dari lamunannya. Ternyata beberapa saat yang lalu makanannya sudah datang, tapi Elvano malah melamun dan tidak focus.

"Eh? Iya."

Elvano langsung menyantap makanannya dengan terpaksa, sebenarnya ia jadi tidak nafsu makan sejak tahu tentang Afifah yang diajak menikah oleh temannya.

***

Elvano tengah menatap langit-langit kamarnya, dia sedang berpikir bagaimana baiknya. Elvano sendiri berada dalam dilema besar, satu sisi Elvano ingin mengungkapkan perasaannya pada Afifah, tapi disisi lain dia juga tidak percaya diri. Baru kali ini Elvano merasa insecure, padahal selama ini Elvano selalu menjadi objek insecure dari para pria yang tidak setampan dan sekaya dirinya. Tapi kini Elvano merasa insecure karena masalalu kelamnya.

"Gue sadar kalau orang dengan masa lalu kelam seperti gue ini gak pantes buat dapetin gadis sebaik Afifah. Tapi gue bener-bener gak rela kalau Afifah jadi milik orang lain. Ini pertama kalinya gue merasakan perasaan kaya gini, gue benar-benar gak mau kehilangan Afifah."

Elvano mengusap kasar wajahnya, dia benar-benar galau dan gusar. Pada akhirnya Elvano memilih untuk berjuang, dia ingin segera mengungkapkan perasaannya pada Afifah.

"Kalau waktu bisa diulang, gue gak mau jadi pria dengan masa lalu brengsek. Apa gue lamar Afifah aja, ya? Astaga, gue gak tahu diri banget emang. Tapi gue bener-bener gak bisa kehilangan dia, dan gue rasa pernikahan tidak seburuk itu. Hmm, apa gue coba-coba ikut seminar online tentang parenting pernikahan."

Elvano langsung mengambil ponselnya dan mencari tahu tentang seminar online atau video-video edukasi tentang pernikahan. Elvano sudah memantapkan diri untuk mengajak Afifah menikah, tapi tentunya sebelum itu dia harus mencari bekal dan ilmu dalam pernikahan, karena menikah bukan asal modal nekat saja.

Bahkan saat makan malam bersama keluarganya, Elvano tiba-tiba saja menanyakan seputar pernikahan pada mama dan papanya, tentu saja hal itu membuat orangtua dan neneknya kaget.

"Mah, kalau seandainya Elvano memutuskan untuk menikah muda gimana?" tanya Elvano yang spontan membuat ketiga orangtua itu kaget, bahkan Darius sampai keselek.

"Uhuk ... uhuk ..."

"Pah, minum dulu." Maria menyerahkan segelas air pada Darius.

"Perempuan mana yang kamu hamili?!" tanya Darius murka.

"Hah? Apaan sih, Pah. Gak ada, lagian aku 'kan cuma nanya."

"El, papa gak main-main, jujur sama papa. Kamu yang tadinya berpikir untuk tetap melajang karena ingin hidup bebas, tiba-tiba mau nikah muda?" ujar Darius.

"Aku berubah pikiran, Pah. Lagian Elvano 'kan udah bukan yang dulu lag," ujar Elvano.

"Terus, siapa gadis yang ingin kamu nikahi?" tanya Maria

"Rahasia, lagian Elvano belum tentu diterima sama dia, apalagi masa lalu Elvano begitu buruk." Wajah Elvano mendadak lesu.

"Nak, setiap orang punya masa lalu, kalau dia ditakdirkan untukmu maka tidak peduli seberapa buruknya kamu dimasa lalu, dia pasti akan menerimamu." Maria memberikan semangat pada Elvano.

"Iya, cucu oma 'kan ganteng, kaya, dan sekarang juga jadi anak baik, harusnya perempuan yang kamu sukai itu bersyukur karena berhasil membuat cucu gantengnya oma jatuh cinta."

Tentu saja neneknya membanggakan Elvano, dulu saat Elvano masih blangsak saja tidak pernah disalahkan sama sekali. Bisa dibilang Elvano itu kesayangan neneknya, bahkan kalau Maria atau Darius memarahi Elvano pasti kalau neneknya tahu, beliau akan membela Elvano dan berbalik mengomeli anak dan mantunya.

Karma Bos Playboy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang