Baca selengkapnya sampai tamat di Karya Karsa cari saja Wihelmina Miladi lalu masuk ke bagian seri
Afifah tengah melihat kontrak kerjanya yang dia buat bersama Tuan Darius, kini sudah hampir empat bulan berlalu, sesuai kesepakatan kalau Afifah punya hak penuh untuk tidak melanjutkan kontrak.
"Maafkan Afifah, ya Allah, bukan hamba gak bersyukur atas nikmatmu. Hamba hanya ingin mencari pengalaman lain, berusaha masuk kerja dengan hasil sendiri, dan hamba gak mau kalau nyonya besar semakin merendahkan keluarga hamba. Hamba tahu sejak dulu ibunya Tuan Darius tidak suka pada keluarga hamba, itulah sebabnya hamba tidak mau menjadi alasan lebih untuk membuat nyonta besar menghina hamba dan orangtua hamba lagi."
Afifah sudah memutuskan dengan yakin kalau dia akan berhenti dari perusahaan itu. Sebelumnya Afifah sudah mendiskusikan hal ini dengan kedua orangtuanya, dan mereka mendukung. Besok pagi Afifah akan pergi ke rumah Tuan Darius untuk berbicara empat mata dan menyampaikan niatnya.
***
Pagi ini Afifah sudah membuat janji bertemu dengan Tuan Darius, tadinya beliau meminta Afifah untuk datang pagi-pagi sekali sebelum sarapan. Tuan Darius menawarkan untuk sarapan bersama, tapi tentu saja Afifah menolak. Saat tidak ada nyonya besar saja dia canggung, apalagi sekarang ibu dari Tuan Darius masih di rumah beliau. Jadilah Afifah memutuskan untuk sarapan di rumah dan sampai di sana setelah mereka selesai sarapan.
"Assalamualaikum," ujar Afifah saat sudah memastikan kalau keluarga Tuan Darius sudah selesai sarapan.
Sebenarnya tadi Afifah sudah datang, dia menunggu di luar dan meminta bibi yang bekerja di sana untuk tidak bilang dulu kalau Afifah datang. Dia juga meminta bibi untuk memanggilnya kalau keluarga tuannya sudah selesai sarapan.
"Waalaikumsalam, loh Afifah, kok kamu gak bilang dulu mau datang? Padahal bagus kalau kita sarapan bareng!" ujar Elvano sambil tersenyum cerah melihat pujaan hatinya dipagi hari ini.
"Saya udah ada janji mau ketemu sama Tuan Darius, Pak."
"Loh, kok ketemu sama papa sih, sekarang bos kamu itu 'kan aku, bukan papa. Harusnya kamu ketemunya sama aku aja dong, ngapain ketemu sama papa!" ujar Elvano posesif.
Darius tertawa melihat tingkah putranya yang menurutnya itu kekanakan.
"Kamu posesif banget jadi bos, El. Meskipun sekarang Afifah itu sekertarismu, tapi dia anak buah papa, soalnya papa yang mempekerjakannya." Darius sengaja membuat putranya kesal.
"Gak bisa gitu dong, Pah, sekarang 'kan atasannya Afifah itu aku, bukan Papa!" kesal Elvano.
"Udah, Fah, jangan diladenin, mending sekarang kamu ikut saya masuk ke ruang kerja saya." Darius sengaja semakin membuat putranya kesal.
"Baik, Tuan." Afifah langsung membuntuti Tuan Darius.
"Elvano, jangan ikut-ikutan kamu, jangan nguping juga!" ujar Darius memperingatkan.
"Afifah itu sekertarisku, Pah, jadi aku ikutlah." Elvano bersikeras ingin mendengar pembicaraan mereka.
"Cuma sekertaris, bukan istri, lagian kalau dia istri kamu sekalipun, sebagai suami juga gak segitunya harus ngikut ke manapun dan urusan apapun."
Mendengar hal itu Elvano langsung kicep, sedangkan Afifah hanya bisa menahan tawanya saat melihat ekspresi cengo dari bosnya. Kemudian Afifah dan Tuan Darius masuk ke ruang kerja yang ada di rumah.
"Jadi, kenapa, Fah?" tanya Darius
"Begini, Tuan, dulu saat saya masuk ke perusahaan bukankah kita sudah sepakat kalau saat kontrak pertama saya habis, saya berhak untuk tidak memperpanjangnya. Kebetulan sebentar lagi kontrak pertama saya habis, dan saya berniat untuk tidak melanjutkannya." Dengan sopan dan berusaha agar tidak menyinggung, Afifah mengutarakan niatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karma Bos Playboy
RandomElvano Rafardhan Effendi, anak tunggal dari seorang konglomerat yang berdarah campuran Indonesia-Amerika. Pria itu tumbuh menjadi sosok playboy yang suka bergonta-ganti pasangan, bahkan dia beberapa kali tidur dengan perempuan berbeda. Wajah tampan...