Acara pengajian di tempat Afifah dimulai sekitar jam setengah Sembilan malam. Tapi Elvano sudah bersiap sejak habis sholat isya. Elvano nampak gagah dengan balutan baju koko berwarna putih. Elvano mengambil domet, ponsel, dan kunci mobilnya, kemudian bergegas ke luar.
"El, kamu mau ke mana? Kok tumben pakai baju koko?" tanya mamanya yang sedang duduk di ruang TV yang tempatnya satu ruangan dengan ruang makan. itu hanya sofa panjang dan meja yang diletakan menghadap ke TV besar.
"Aku mau datang ke pengajian di masjid dekat rumah Afifah. Di sana nanti katanya juga ngundang ustadz tersohor sebagai pengisi acaranya. Mungkin aku pulangnya larut malam, Mah, soalnya acaranya kemungkinan baru selesai jam sebelas malam."
Elvano menjelaskan agar nanti mamanya tidak kaget atau bertanya-tanya mengapa Elvano pulang larut malam. Bisa-bisa kalau tidak pamitan dan memberitahu tentang ini, mungkin mama atau papanya akan curiga dia pergi dugem atau nongkrong.
"Subhanallah anak mama, iya Nak, hati-hati di jalan!" ujar mamanya.
"Kamu jangan keseringan bergaul sama anak sopir itu, main sama yang selevel dong, El. Berapa kali oma bilang, orang rendahan seperti mereka pasti ada maksud tertentu. Sudah jelas tujuannya, mereka menggunakan gadis itu untuk memikatmu, biar jadi nyonya dikeluarga ini."
Lagi-lagi perkataan buruk ke luar dari mulut neneknya yang tengah menonton sinetron dengan sang mama. Elvano ingin sekali protes, tapi dia menahannya, biar bagaimanapun seperti yang Afifah bilang kalau Elvano harus menghormati orang yang lebih tua.
"Maaf, Oma, aku tidak mau berdebat dengan Oma, karena itu tidak sopan. Kalau begitu aku pamit dulu, assalamualaikum!" pamit Elvano sambil mencium tangan nenek dan mamanya.
"Waalaikumsalam."
***
Afifah bersama pemuda-pemudi karangtaruna lain sedang sibuk menjalankan acara. Untunglah tamunya ramai, bukan hanya dari kampungnya, tapi dari tetangga kampung dan juga orang jauh banyak yang datang. Tentu saja mereka semua yang menjadi panitia sibuk, untung saja banyak ibu-ibu dan bapak-bapak yang sukarela membantu mereka seperti mencari tikar tambahan karena jumlahnya hadirinnya melebihi perkiraan. Dan para ibu-ibu membantu membungkus-bungkus snack agar cukup.
Acara berlangsung lancar tanpa hambatan, semua atas ijin Allah SWT. Konsumsi juga cukup karena ada donator juga yang menyumbang untuk konsumsi, juga selain warga di tempat tinggal Afifah, warga kampung sebelah juga beberapa ada yang membawa makanan.
"Huftt, alhamdulilah semua berjalan lancar!" pekik Afifah.
"Iya, Fah, padahal tadi gue takut banget loh kalau makanannya gak cukup. Soalnya tahu sendiri yang dateng melebihi perkiraan kita." Vina, teman Afifah, ikut menimpali.
"Semua atas ijin Allah, sekarang tinggal kita capeknya aja beberes ini. Untung besok libur kerjanya, jadi gak takut kesiangan." Afifah menghela napas lega.
"Fah, katanya mending beresin sisanya besok pagi aja, sekalian dibantu warga juga. Sekarang kita beresin sedikit-sedikit aja, lagian udah malem." Salah satu teman Afifah yang lain ikut menimpali.
"Ehem, Fah ..." panggil Elvano.
"Eh, Pak Elvano!" pekik Afifah.
"Afifah?" pekik sebuah suara lain yang ia kenal.
"Abhizar?"
"Untung kamu kemarin kasih tahu kalau ada pengajian di sini, bintang tamunya itu ustadz favoritku."
Memang sebelumnya Afifah dan Abhizar sudah chatingan, Afifah sudah memberitahu tentang pengajian di dekat rumahnya. Tapi Afifah tidak menyangka kalau Abhizar akan jauh-jauh datang ke pengajian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karma Bos Playboy
RandomElvano Rafardhan Effendi, anak tunggal dari seorang konglomerat yang berdarah campuran Indonesia-Amerika. Pria itu tumbuh menjadi sosok playboy yang suka bergonta-ganti pasangan, bahkan dia beberapa kali tidur dengan perempuan berbeda. Wajah tampan...