Part 05

10.9K 703 9
                                    

Happy reading!!

Jangan lupa follow,vote dan komen👌

☆☆☆

"Nizam, kapan kamu akan menikah?" tanya Abdullah pada putra sulungnya.

Saat ini, keluarga Almuhsin sedang berkumpul di ruang televisi, sambil menikmati tayangan berita.

Nizam yang semula berkutat dengan buku bacaan, pun sontak menutup bukunya.

"Untuk saat ini, Nizam belum nemu perempuan yang pas sama Nizam, Bi."

Abdullah menatap lekat mata putranya. "Bagi seorang Gus, di usia kamu tentu sudah cukup untuk menikah. Apa perlu Abi kenalkan dengan salah satu anak teman Abi?"

"Iya, Bi. Mending cariin aja calonnya. Azam enggak yakin kalau Abang bisa cari calon sendiri. Abang kalau lihat perempuan aja langsung kabur," timpal Azam yang sejak tadi diam memainkan game di ponsel.

Nizam melirik adiknya datar, lalu kembali beralih pada Abinya.

"Sama anaknya Kyai Abidin aja, Bi. Anaknya cantik dan lemah lembut, cocok sama putra kita." Siti, selaku Umi Nizam ikut membuka suara.

"Gimana, Zam?" tanya Abdullah, bermaksud meminta persetujuan Nizam atas usul istrinya.

Nizam sempat terdiam, lalu menggeleng pelan. "Nizam cari calon sendiri aja, Bi."

Bukan tanpa alasan Nizam menolaknya. Ia hanya ingin memiliki waktu untuk bisa mempersiapkan diri lebih dalam, agar siap menjadi imam yang baik untuk keluarganya nanti.

Jika ia menerima saran Ibunya, tentu ia akan dinikahkan dalam waktu dekat. Karena dalam keluarganya, jarak antara taaruf, khitbah dan nikah, tidak boleh terlalu lama. Dan ia belum siap akan hal itu.

"Yakin bisa? Yang ada Abang cuma bohongan aja, palingan enggak nyari," sindir Azam tanpa menghentikan kegiatannya.

Nizam mendengus pelan atas ucapan adiknya, lelaki itu memang menyebalkan, selalu saja membuatnya terpojok.

"Satu minggu. Abi kasih waktu kamu satu minggu, untuk kamu mencari calon istrimu sendiri. Jika dalam waktu satu minggu kamu belum menemukannya, maka Abi akan melakukan yang Umimu sarankan."

Nizam berdecak dan memikirkan ucapan orang tua nya.

"Tapi bi, satu minggu itu cepat sekali" katanya memelas.

"Lama itu. Emang nya kamu mau nunda-nunda untuk menyempurnakan separuh agama kamu?,"

"Bukanya nunda bi, cuman Nizam kan lagi ngurus skripsi bi. Jadi kurang lebih kasih waktu ke Nizam 1 bulan bi," ucapnya yang mendapatkan tatapan tajam Abinya.

"Tuh kan benar bi, Abang ga bisa milih sendiri. Jadi,,,,jodohin aja bi" timpal Azam yang mendapat lemparan bantal oleh Nizam. Azam pun hanya tertawa melihat tinggah laku sang kakak.

"Sudah jangan berdebat, okey Abi kasih waktu sesuai yang kamu mau. Tapi.." lerai Abdullah.

"Kalau Abi tidak menyetujui pilihan kamu,terpaksa Abi akan jodohkan kamu dengan anaknya Kyai Abidin. Gimana?" Lanjut Abdullah.

Gus Kutub [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang