Happy reading guys!
Jangan lupa vote nya:)
Tandai typo:*)
***
Bulan berlalu, kandungan Nazma sudah memasuki bulan kelahiran. Hanya menunggu hari atau bahkan jam, ia akan segera bertemu dengan calon bayinya.
Semakin besar kandungan, Nazma merasa semakin berat saja. Sulit baginya untuk bergerak cepat. Untuk berjalan dari kamar ke dapur, pun ia benar-benar sangat pelan.
Selain itu, tulang-tulangnya juga terasa sering pegal. Ia tidak kuat berdiri atau duduk lama-lama. Yang sering ia lakukan hanya berbaring. Bergerak hanya untuk melakukan hal-hal penting saja.
"Mau Mas pijat, sayang?" tanya Nizam yang baru kembali dari masjid, seusai salat isya berjamaah.
Nazma yang semula duduk bersandar di ranjang dengan kaki lurus, sambil membaca buku parenting, pun sontak menoleh.
Menatap Nizam yang tengah melepas sarung dan kokonya, menyisakan kaos dan celana pendek, sebelum berjalan menghampirinya.
Nizam tersenyum mendudukkan diri di sebelah Nazma, mengusap pinggang wanita itu dan merambat ke perut buncitnya.
"Mau Mas pijat?" ulang Nizam dengan pertanyaan yang sama.
Nazma ikut tersenyum, menutup bukunya yang kemudian diletakkan di atas nakas.
Ia bergerak meraih tangan suaminya, menggenggamnya dan mengecup punggung tangannya.
"Terima kasih ya, Mas. Mas selalu mengerti Nazma. Maaf Nazma selalu merepotkan Mas selama hamil--"
"Mas enggak repot. Justru Mas senang, karena bisa berbagi tugas. Kamu yang bawa Dedek, Mas bantu meringankan dengan pijatan."
Nazma lagi-lagi tersenyum, menanggapi ucapan Nizam yang memotong perkataannya.
"Iya, makasih suamiku. Untuk sekarang enggak usah dipijat, Nazma cuma mau peluk aja."
Tentu, dengan senang hati Nizam melebarkan tangan untuk kemudian menerima Nazma dalam dekapannya.
"Mas udah siapin nama untuk anak kita?" Tanya Nazma sembari melepas pelukanya.
Nizam mengangguk. "Tentu sayang, cewe maupun cowo, Mas udah siapin nama-namanya" ucap Nizam antusias.
Nazma tersenyum hangat pada suaminya, rasanya bicara saja terasa pengap. Jadi, ia hanya membalas ucapan suaminya dengan senyuman hangat.
Nizam mengerti, ia pun mengelus perut Nazma lembut. "Sayang, kalau mau keluar dari perut umah jangan lama-lama ya. Kita udah nunggu kehadiran mu sayang." Ucap Nizam sembari mendekatkan wajah nya diperut Nazma.
Nazma terkekeh mendengar ucapan suaminya itu. Namun, setelah Nizam berbincang dengan calon anaknya yang masih didalam perut, Nazma merasakan perut nya sakit sontak berteriak.
"AWSH MAASSSS! SAKITT!"
Teriakan Nazma yang mengangetkan membuat Nizam panik.
"Sayang, bertahan sayang!" Ucap Nizam yang sudah menduga bahwa Nazma akan segera melahirkan.
"MASSS!"
"KETUBAN NYA UDAH PECAH MAS!"
Nizam yang sedang menghubungi keluarga nya pun sontak menoleh, benar saja pakaian yang Nazma kenakan sudah basah oleh cairan ketuban.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gus Kutub [END]
General FictionFOLLOW SEBELUM MEMBACA! Cerita ini hasil kolaborasi aku dan @melasepti__ . . . Nazma Cahya Almasjidi, sosok gadis religius yang sedang berusaha memperkuat ilmu agamanya. Berbagai cobaan ia hadapi, mulai dari hujatan hingga semua orang menjauhinya. S...