Part 17

7.9K 490 1
                                    

Happy reading!

Vote sebelum membaca!

***

Sesuai rencana, hari ini Azam berniat menjemput Syifa di Pondok Pesantren. Ia sudah siap menggunakan sweater putih bersama dengan sarung hitam, ditambah dengan peci hitam yang bertengger di kepalanya.

"Azam berangkat dulu Mi, Bi," pamit Azam sembari mengalami tangan kedua orang tuanya.

"Iya, hati-hati. Nanti ketemu di rumahnya Kiai Abidin, ya?"

Azam mengangguk, kemudian berlalu dengan membawa serta kunci mobil dan weist bag miliknya.

Azam menarik dan membuang nafas perlahan, sebelum mulai menjalankan mobilnya. "Bismillah."

Selama di perjalanan, Azam mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang, karena ia juga ingin menikmati suasana jalan raya yang tidak begitu ramai.

Lokasi pondok tidak begitu jauh, mungkin hanya sekitar satu jam ia sudah sampai di sana.

Azam memarkirkan mobilnya di tempat parkir yang disediakan. Di sana juga banyak orang-orang yang mungkin ingin menjemput anak-anaknya yang liburan atau sudah selesai mondok.

Azam beberapa kali tersenyum sambil menangkupkan tangan di depan dada, sembari berjalan ke ruangan pengurus pondok untuk meminta izin menjemput Syifa.

"Assalamualaikum, Ustaz," salam Azam sembari mencium tangan pria paruh baya di hadapannya.

"Waalaikumussalam. Azam, ya?"

Azam tersenyum dan mengangguk, kemduian duduk setelah dipersilahkan.

"Ada apa, Azam? Tumben datang ke sini? Sama Abi juga?" Ustaz Ali, merupakan sahabat dekat Abdullah, sehingga tak khayal jika pria itu mengenal Azam dengan baik.

"Ah, enggak, Ustaz. Saya ke sini mau menjemput Syifa, putri Kiai Abidin," jawab Azam seraya tersenyum tipis, membuat Ustaz Ali mengangguk mengerti.

"Sebentar, saya panggil Syifa lebih dulu."

Azam mengangguk, membiarkan Ustaz Ali menghubungi rekannya untuk memanggilkan Syifa.

Beberapa saat, Azam diajak mengobrol oleh sahabat dari Abinya itu. Tidak banyak, hanya ditanya seputar kegiatan Azam sehari-hari, tentang sekolah, tentang kabar keluarganya.

Hingga tak lama, pintu yang terbuka, diketuk oleh seseorang membuat mereka sama-sama menoleh.

"Ustaz memanggil saya?" tanya Syifa dengan kepala menunduk, setelah sebelumnya ia mengucap salam.

"Masuk, Syifa. Ada yang ingin bertemu dengan kamu."

Syifa mengangguk, kemudian berjalan pelan menghampiri guru besarnya, masih dengan kepala menunduk sopan.

"Duduk dulu, Syifa."

Kepala Syifa sontak terangkat, niatnya ingin mencari tempat duduk yang tepat untuknya, namun justru matanya bertemu tatap dengan Azam yang membuatnya kembali menunduk.

Ustaz Ali terkekeh, memperlihatkan gadis bergamis yang bergerak duduk di hadapannya, dengan memberi jarak dengan kursi yang Azam duduki.

"Apa kamu mengenal laki-laki di sampingmu, Syifa?"

Syifa terdiam sejenak, sebelum menggelengkan kepalanya, masih dengan kepala menunduk dan kedua tangan yang memilin ujung jilbab panjang yang ia kenakan.

Ustaz Ali tersenyum ke arah Azam yang kini menatapnya. "Apa kamu ingin memperkenalkan dirimu, Zam?"

Azam mengangguk pelan, kemudian bergerak menghadap ke arah Syifa, namun dengan kepala tertunduk, menjaga pandangan.

Gus Kutub [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang