Part 26

7.8K 506 4
                                    

Happy reading!!

***

"Pagi, Ning," sapa seorang santriwati pada Nazma yang baru memasuki dapur ndalem.

Hari ini, ia ingin membantu di sana untuk memasak karena malam nanti akan ada tamu dari pimpinan pesantren lain, dan akan diadakan kajian dari pimpinan pesantren itu.

Tamu pun akan banyak yang diundang, begitulah kata Nizam malam tadi. Sehingga hari ini, Nazma akan membantu Umi Siti dan santriwati untuk menyiapkan berbagai macam makanan.

Nazma tersenyum dan mengangguk segan. "Panggil Nazma aja, jangan Ning," katanya sedikit tak nyaman karena tidak terbiasa.

"Kan Ning Nazma istrinya Gus Nizam."

"Enggak apa-apa, aku kurang nyaman aja. Mending panggil nama atau kalau enggak, panggil Mbak aja," jelasnya kemudian.

Memilih mengalah, para santriwati itu mengangguki permintaan Nazma.

"Oh iya, aku bisa bantu apa nih?"

"Terserah, Mbak. Enggak juga enggak apa-apa."

"Ya jangan dong." Nazma mengedarkan pandangan, hingga tatapannya tertuju pada seorang santriwati yang tengah mengupas bawang sendirian. "Aku bantu kupas bawang, ya?"

"Tapi ....

"Sudah, enggak apa-apa." Tanpa persetujuan, Nazma segera meraih pisau yang tergeletak di meja, dan mulai membantu santriwati itu mengupas bawang.

Nazma tahu, mereka segan untuk meminta bantuan padanya, sehingga ia harus inisiatif sendiri. Di sana belum ada Umi Siti, karena beliau sedang berada di luar.

Santriwati tersebut kagum, akan sosok Nazma yang begitu baik. Ia tak menggunakan kekuasaan suminya untuk memerintah seenaknya.

"Biar, aku bantu, yah," ucapnya pada Santriwati yang tengah mengupas bawang.

"Eh, Ning ga usah," tolaknya, Namun dibalas gelengan Nazma. Santriwati tersebut mengangguk sebagai jawaban. Nazma pun akhirnya membantu mengupas bawang.

"Ning--"

"Mbak saja, ya. Jangan Ning," katanya yang tak nyaman bila dipanggil Ning.

Santriwati tersebut mengangguk ragu. "Kenalin, Mbak. Saya Danika," katanya memperkenalkan dirinya pada Nazma.

"Ah, iya Danika, salam kenal, ya" balasnya.

"Oiya Ning--, eh maksudnya Mbak." Kata Danika yang belum terbiasa memanggil Nazma dengan Mbak. "Mbak Nazma, gimana awal-awal ketemu, Gus Nizam?" Tanyanya.

Nazma terkekeh pelan saat mengingat kejadian awal pertemuan mereka. "Intinya, aku ditabrak sama Mas Nizam dari belakang. Terus, dia enggan membantu hanya melontarkan kata maaf, saja." Jelas Nazma menceritakan inti awal pertemuanya dengan Nizam.

Danika mengangguk sembari terkekeh. "Iya, Mbak. Gus Nizam emang anti banget sama perempuan, udahmah mukanya datar kaya triplek lagi," ucap Danika polos didepan Nazma.

"Maaf, Mbak. Jadi mengata-ngatai Gus Nizam." Lanjutnya tak enak.

Nazma tak tersinggung, ia malah tertawa mendengar penuturan Danika. "Gapapa, Dan. Emang, iya loh, Dan. Mas Nizam jutek banget. Tapi, setelah menikah Mas Nizam malah sebaliknya, dia perhatian. Sebelum menikah juga, dia perhatian dan merawat aku, saat aku hilang ingatan."

Gus Kutub [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang