Part 08

10.2K 702 6
                                    

Happy reading!!

☆☆☆

Saat ini, Nazma terduduk gugup dengan kepala menunduk, dengan diapit oleh kedua orang tuanya.

Di hadapan mereka, terdapat Nizam dan kedua orang tua pria itu, ditambah lagi dengan seorang pemuda yang mungkin seusia dengan Nazma.

Abdullah berdehem sejenak, sebelum membuka suara. "Sebelumnya, kami minta maaf jika kedatangan kami terlalu tiba-tiba," katanya dengan ramah.

Darmono, selaku Ayah dari Nazma mengangguk sopan. "Tidak apa, Pak Abdullah. Kami justru senang karena kalian berkenan datang ke rumah kami."

"Kalau boleh tau, ada maksud apa Pak Abdullah dan keluarga datang kemari?" tanya Darmono penasaran.

"Ah iya, itu biar anak kami yang menyampaikan niatnya secara langsung," kata Abdullah seraya memberi kode pada Nizam untuk segera bicara.

Nizam berdehem gugup, lalu duduk dengan tegak siap mengutarakan niatnya.

Melihat wajah tegang Abangnya, Azam dibuat terkekeh pelan. Namun, setelahnya ia mengatupkan bibir saat mendapat tatapan penuh peringatan dari Abinya.

"Eghm, saya Muhammad Nizam Almuhsin, bermaksud meminang putri Bapak Darmono, sesuai dengan petunjuk yang telah Allah berikan pada saya lewat salat istiqarah yang saya lakukan."

Nazma dan keluarga dibuat terkejut dengan penuturan Nizam yang tanpa basa-basi. Nazma bahkan sampai meneteskan air matanya terharu.

Darmono tersenyum, kemudian bergerak mengusap kepala putrinya yang kini berada di pelukan sang Ibu.

"Saya serahkan semuanya pada Putri saya, karena dia yang akan menjalani pernikahan bersama kamu nantinya."

Nizam beralih menatap Nazma yang tampak menangis dalam diam di pelukan Indri.

"Nazma Cahya Almasjidi, apakah kamu bersedia untuk menjadi istri saya, pendamping hidup saya, menyempurnakan separuh agama bersama saya?"

Nazma berpikir sejenak,melihat wajah kedua orang tuanya. Lalu, ia menatap kedua orang tua Nizam.
"Sebelumnya apa yang membuat Bapak memilih saya?" Ucapnya.

"Karna kamu orang yang sederhana, saya tidak melihat kamu secara fisik,melainkan hati kamu. Allah juga memeberi petunjuk nya agar saya memilh kamu." Jelas Nizam.

"Baik, saya hargai niat baik Bapak..."
Ucap Nazma.

Nazma pun memejamkan matanya sebentar, lalu ia menatap wajah kedua orang tua Nizam.
"Bismillah, atas izin Allah saya menerima khitbahnya," ucap Nazma penuh keyakinan, semua orang pun lega mendengar jawaban dari Nazma.

"Alhamdullah"

"Kaka ipar coming soon," spontan Azam membuat mereka yang semula tegang,terkekeh melihat tingkahnya.

"Apakah saya boleh bicara denganmu?" Tanya Nizam yang diangguki Nazma.

"Jangan berdua belum mahram," Ucap Abdullah.

"Zam temani mereka," lanjut Abdullah yang membuat Azam cemberut, pasalnya nanti dia jadi nyamuk.

"Hmm,"

Gus Kutub [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang