Part 25

8.6K 531 4
                                    

Happy reading guys!🤗

Jangan lupa votenya:)

***

Hari kedua tinggal di lingkungan pesantren, menjadi hari baru bagi Nazma. Pagi tadi, ia sudah memasak cukup banyak untuk dibawa ke ndalem, tepatnya di rumah pondok yang ditempati oleh mertua dan adik iparnya.

"Sayang, sudah siap?" Nizam baru keluar dari kamar setelah rapi dengan menggunakan koko, sarung dan pecinya.

Nazma baru selesai menata makanan ke dalam rantang, kemudian menghampiri suaminya.

"Sudah, ayo!"

Mereka tampak serasi, dengan warna baju yang hampir sama. Entah sengaja atau tidak, Nizam pun tak tahu, karena istrinya yang menyiapkan baju.

"Mas, di sana ramai, enggak?" tanya Nazma sembari melingkarkan tangannya di lengan Nizam.

"Kalau di ndalem enggak, paling nanti ada beberapa santri yang keluar-masuk bantu-bantu di sana, biasanya paling kalau lagi ada tamu, karena mereka yang bantu masak."

Nazma mengangguk mengerti, mengikuti langkah kaki Nizam dengan perlahan. Sesekali ia menoleh dan tersenyum saat melihat beberapa santriwati berlalu lalang.

Namun, Nazma sedikit heran saat melihat mereka menunduk dalam setelah ia sapa. Mencoba melirik sang suami, ia mengernyit bingung melihat tatapan datar laki-laki itu.

"Mas?"

"Hm?" Nizam berdehem, beralih menggenggam telapak tangan istrinya, kemudian berjalan lebih cepat.

"Kok mukanya kayak gitu?" tanya Nazma dengan suara pelan, takut jika Nizam tersinggung.

"Kenapa?" tanya Nizam dengan sedikit senyum tipis saat mereka sampai di depan ndalem, dan sudah tidak ada lagi lalu lalang santriwati.

"Seram."

Nizam sontak terkekeh, mengelus kepala istrinya dengan sayang. "Mas cuma enggak suka kalau mereka menatap Mas, seolah mereka lupa dengan kewajiban menjaga pandangan."

Nazma membulatkan mulutnya, sedikit tak percaya. "Jadi, Mas sering kayak gitu?"

"Mas selalu kayak gitu."

"Kok sama aku enggak?"

Nizam mengangkat alisnya. "Mau memang?"

Nazma sontak gelagapan. "Eh, enggak dong, jangan! Maksudnya ...."

Nizam tersenyum, merangkul pundak istrinya dan menuntunnya masuk ke ndalem.

"Kamu perempuan pertama yang bisa melihat senyuman Mas dengan bebas, selain keluarga. Selebihnya, enggak ada."

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

"Eh, ada tamu?" Nizam segera menghampiri semua yang ada di ruang tamu, diikuti Nazma.

Di sana ada keluarga Nizam, ditambah juga keluarga Kiai Abidin yang tengah bertamu.

"Waduh, pengantin baru, akhirnya datang juga." Kekeh kyai Abidin.

Gus Kutub [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang