Part 28

7.2K 499 2
                                    

Happy reading guys!!

***

Saat ini, Nazma tengah berkutat di dapur ndalem, dimana banyak saudara dari keluarga Nizam tengah berkumpul untuk persiapan pernikahan Azam esok hari.

Membantu memasak untuk para tamu dan membuat beberapa macam kue untuk acara besok, Nazma tampak beberapa kali terlibat obrolan dengan keluarga suaminya.

Mulai dari Tante, sepupu, bahkan juga ada sesepuh yang ikut membantu di sana. Begitu ramai dan hangat, kekeluargaan yang sangat kental.

"Ada Mas mu itu loh, Naz." Ucapan Bibi Nizam yang berada di dekatnya, berhasil membuat Nazma mengalihkan pandangan ke arah pintu dapur.

Benar saja, di sana tampak Nizam menampilkan raut datar namun syarat akan memelas.

"Belum makan kali dia, Naz. Layani dulu, gih."

Nazma menghela nafas, tak ingin menimbulkan kecurigaan apapun pada keluarga mertuanya, membuat Nazma segera berjalan menghampiri Nizam.

Tampak Nizam mengukir senyum tipis selama sesaat, karena di sana banyak santriwati yang menyorot interaksi mereka, sungguh Nizam tak menyukainya.

"Mas, mau makan?" tanya Nazma menatap suaminya sekilas, seraya berjalan menuju meja makan.

Di sana sudah terdapat banyak makanan, ada juga beberapa saudara yang tengah makan di sana.

"Mas tunggu di kamar," kata Nizam tanpa menunggu respons apapun dari Nazma.

Nazma menghela nafas pelan, tersenyum pada saudara suaminya di sana, sebelum mengambil piring dan mengisinya dengan nasi beserta teman-temannya.

Setelah selesai, ia pun berpamitan untuk menyusul Nizam, tak lupa juga membawa segelas air putih.

Mengetuk pintu sekilas, sebelum kemudian membukanya dan mendapati Nizam duduk di tepi ranjang.

"Makan dulu," kata Nazma seraya meletakkan nampan berisi makanan dan minuman tadi di hadapan Nizam.

Nazma hendak berlalu, namun sebelum itu terjadi Nizam lebih dulu menahan tangannya hingga ia terduduk di pangkuan laki-laki itu.

"Mas ...."

"Maaf," bisik Nizam setelah berhasil memeluk Nazma dari belakang, menyembunyikan kepalanya di ceruk leher gadis itu.

"Mas tau kamu masih marah soal kemarin, tapi Mas beneran sudah enggak ada hubungan apa-apa lagi sama dia, Dek."

"Nazma enggak marah," ucap Nazma datar, sebelum melepaskan diri dari Nizam secara paksa.

Nizam tentu saja segera menahannya, memasang wajah penuh melas, meski tahu Nazma enggan menatapnya.

"Oke, Mas enggak paksa kamu. Tapi tolong temani Mas makan," pinta Nizam yang dibalas helaan nafas oleh Nazma, namun tetap duduk di samping laki-laki itu.

Nizam tersenyum, mengambil piring berisi nasi tadi dan menyodorkannya di hadapan Nazma.

Nazma mengangkat alis tak mengerti, membuat senyum Nizam semakin lebar.

Gus Kutub [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang