Part 07

10.1K 704 11
                                    

Happy reading!!

☆☆☆

Beberapa hari kemudian...

Azam memasuki kamar Abangnya saat waktu subuh hampir tiba. Ia menyalakan lampu yang semula dimatikan, lalu berjalan menghampiri laki-laki yang masih setia bergelung dengan selimut.

Azam berdecak pelan, lalu bergerak menyingkap selimut itu dengan paksa. "Bang--" ucapan Azam terhenti saat melihat Abangnya tengah tersenyum manis, padahal laki-laki itu masih terlelap.

"Iya, sayang. Mas ke masjid dulu, ya?"

Azam melotot mendengar gumaman Nizam tadi, terlebih saat melihat cowok itu mengecup ujung bantal guling di pelukannya.

Azam menahan tawa melihatnya, rupanya laki-laki itu tengah mengigau, sepertinya asyik sekali. Namun, tak mampu lagi menahan, akhirnya tawa Azam pecah begitu saja, membuat Nizam terkejut dan terbangun.

Nizam menatap Azam dengan kening berkerut karena masih mengantuk.

"Iya, Mas. Hati-hati, ya?" timpal Azam dengan jahil.

"Apa sih?" tanya Nizam dengan bingung, seraya mengusap kasar wajahnya berusaha menghilangkan kantuk.

Azam menetralkan tawanya, kemudian mengambil duduk di tepi ranjang sambil menatap Nizam dengan kekehan pelan.

"Ngimpi apaan, Bang? Sampai cium-cium bantal segala?"

Nizam membulatkan matanya. "Jangan mengada-ada!"

"Loh, memang benar kok. Tadi Abang bilang gini, iya sayang, mas ke masjid dulu ya?, gitu sambil cium bantal guling." Azam memperagakan apa yang baru dilihatnya tadi.

Nizam menelan ludah, ia malu sungguh. Namun, Azam justru semakin gencar menggodanya dengan alis naik-turun.

"Istrinya cantik enggak, Bang? Kenalin dong," katanya.

Nizam mendengus, lalu bangkit dari tidurnya dan berlalu meninggalkan Azam, menghindari tatapam jahil pemuda itu.

"Bang! Kapan khitbah? Gue mau siap-siapin hantarannya," teriak Azam ingin membuat Nizam semakin malu.

"Diam!"

Azam yang melihat tingkah Abangnya itu masih tertawa terbahak-bahak.

Nizam masuk kekamar mandi membasuh wajahnya, lalu ia menetralkan detak jantungnya itu.

Merasa sudah aman, ia pun keluar dari kamar mandi, ia melihat keberadaan Azam yang duduk di sofa kamar sambil memainkan ponselnya.

"Kenalin dong bang calonya," katanya yang masih saja mengejek Nizam.

"Diam!!"

Azam pun memberhentikan tawanya,mengingat kepentingan ia datang pagi-pagi kekamar Abangnya itu.

"Mau apa?" Ucap Nizam ketus.

"Haha, slow bang," ucapnya yang mendapat ucapan Nizam ketus.
"Mau pinjem kemeja putih dong bang." Lanjut nya.

"Ga modal! Makanya beli!"

Gus Kutub [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang