Part 20

8.9K 512 1
                                    

Happy reading!!

Follow dan vote sebelum membaca!!

Tandai Typo!

***

Minggu berlalu, niat hari ini Azam ingin pergi ke rumah Kiai Abidin untuk menemui anak gadisnya, meminta jawaban atas perjodohan di antara mereka.

Azam sudah tampan, dengan mengenakan kaos putih berlapis kemeja hitam terbuka lengan panjang yang sudah digulung hingga ke siku, dengan sarung hitam dan peci hitam yang melengkapi.

Menarik dan membuang nafas perlahan, Azam kemudian mengetuk pintu dan mengucap salam.

Tak butuh waktu lama, pintu terbuka dan menampilkan gadis yang menjadi tujuannya datang saat ini. Gadis dengan gamis hitam kombinasi putih, sungguh serasi dengan pakaian milik Azam.

"Assalamualaikum, calon istri," sapa Azam sembari mendekatkan bibirnya di telinga Syifa, membuat gadis itu sontak mundur dan melotot.

Azam tersenyum, sambil melanjutkan ucapannya. "Kalau jadi tapi."

Syifa tak merespons, ia hanya diam menunduk sambil memilin jilbab nya dengan gugup.

"Ini, gue enggak dikasih masuk, nih?" tanya Azam dengan candaannya.

Syifa berdehem pelan dengan gestur tubuh yang semakin gugup.

"Masuk, Mas."

Syifa segera membuka pintu rumahnya lebar-lebar, memberi jalan untuk Azam masuk lebih dahulu, barulah dia mengikutinya di belakang.

"Mau minum apa?"

"Kopi boleh enggak, sayang?" Azam memasang wajah jahil dengan mata berkedip bak seorang penggoda, membuat Syifa sedikit risi.

Azam tertawa pelan. "Enggak-enggak, bercanda. Air putih aja, Dek."

Syifa hanya mengangguk dan berlalu untuk mengambil minum dan memanggil Abah dan Ummahnya.

Tak lama, mereka datang dengan senyum mengembang. Duduk di triple sofa yang menghadap langsung dengan Azam yang duduk sendiri.

"Jadi, boleh Azam minta jawabannya sekarang?" tanya Azam setelah beberapa saat mengobrol ringan dengan orang tua Syifa.

Kiai Abidin mengangguk tersenyum ke arah Azam, dan bergantian menatap istri serta putrinya.

"Bagaimana, Nak? Azam menunggu jawabanmu. Apa kamu sudah mendapatkan jawabannya?"

Syifa memejamkan mata, menikmati usapan lembut yang diberikan sang Ayah di kepalanya.

Setelah itu, ia menarik nafas untuk kemudian menjawab, "Atas izin Allah, Syifa menerima perjodohan ini."

Semua orang bernafas dengan lega dan mengucapkan hamdallah.

"Alhamdulillah"

Azam melirik Syifa sekilas, lalu ia menatap kedua orang tuanya kembali.

"Bagaimana zam, sudah lega?" Tanya kyai Abidin dan diangguki oleh Azam cepat.

"Jadi mau ta'aruf dulu atau gimana, zam?"

Azam nampak berfikir sejenak, lalu melirik Syifa lekat. "Bah, apa Azam boleh bicara empat mata sama Syifa dulu?" Tanya Azam.

"Boleh, tapi jaga jarak dulu. Inget ya, zam. Karna tidak ada yang nemenin kalian berdua," jelas kyai Abidin dan diangguki oleh Azam.

Gus Kutub [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang