Part 21

8K 536 8
                                    

Happy reading!!

Vote yang banyak!!

***

Menuju hari H pernikahan, Nazma dan Nizam diminta untuk tetap di rumah masing-masing. Dipingit, mungkin begitulah istilahnya.

Mereka dilarang bertemu atau bertukar kabar melalui telepon untuk beberapa hari sebelum ijab kabul berlangsung.

Dengan kesibukan masing-masing di rumah yang sudah ramai oleh sanak saudara, terutama di rumah Nazma yang akan digunakan sebagai tempat pernikahan berlangsung.

Terdapat dekorasi antara indoor yang disediakan di ruang tamu, lalu outdoor terdapat di halaman samping rumah.

Desain yang cukup sederhana, namun terkesan elegan dengan kombinasi warna dasar white and gold.

Kira-kira seperti itu outdoor nya😀

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kira-kira seperti itu outdoor nya😀

Di dapur juga sudah banyak kerabat wanita yang sibuk memasak, baik makanan berat seperti daging maupun membuat berbagai macam hidangan seperti kue.

Sedangkan di rumah Nizam, kini sibuk membuat bingkisan yang berisikan seserahan, dan masih banyak yang lain.

"Parah, ganteng banget calon manten," goda Gio yang saat ini memang tengah bertamu ke rumah Nizam, sebagai bentuk supportnya sebagai seorang sahabat.

"Bisa aja." Nizam tersenyum tipis, kemudian duduk di samping Gio, karena ia baru saja keluar dari kamarnya.

"Gimana? Sudah hafal, kan kalimatnya?"

Nizam mengangguk. "Sudah hafal diluar kepala," ucap Nizam.

"Mantep, nih." Puji Gio.

"Hasbi kesini?" Tanya Nizam pada Gio.

"Katanya sih iya, mungkin agak telatan. Maklum lah ngantor mulu dia," cerocos Gio. Memang diantara mereka hanya Hasbi yang bekerja diperkantoran, sebab ia menggantikan Ayahnya.

"Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam, noh si Hasbi baru dateng, Zam." Nizam pun menoleh ke arah pintu masuk dan terlihatlah Hasbi yang tengah menghampiri mereka.

"Woi bro, apa kabar? Tiba-tiba udah sebar udangan aja. Kaget gue liatnya." Kekeh Hasbi pada Nizam sembari duduk disampingnya.

Nizam terkekeh. "Alhamdulillah, itu kan prinsip gue, Bi."

Hasbi mengangguk. "Lo kapan, Bi?" Tanya Gio.

"Lah lo aja belum, kan?"

Gus Kutub [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang