06. Garis Dua?

71 11 7
                                    

~ Happy Reading ~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~ Happy Reading ~


Felsya memandangi benda putih kecil itu di tangannya dengan tatapan lesu. Dan segera keluar toilet karena di tunggu Elenna sejak tadi.

"Gimana hasilnya?." Elenna penasaran.

"Ini." Tanpa menjawab Felsya menyodorkan testpack di tangannya.

"HAH? YANG SERIUS?." Ucap Elenna hampir sedikit berteriak.

"Husstt jangan keras-keras, nanti kalau ada yang denger gimana." Felsya segera menutupi mulut Elenna karena orang-orang menatapnya sinis melihat mereka berdua.

"Gue nggak yakin sama ini testpack, gue nggak mungkin hamil El. Gue ngerasa belum pernah ngelakuin 'itu' sama siapapun." Felsya memandangi testpack miliknya dengan tatapan kosong.

"Tapi kan lo pernah tidur bareng Jevan dengan keadaan nggak saling sadar kan?." Felsya mengangguk.

"Gue harus gimana? Ini testpack pasti salah." Felsya masih tidak percaya.

"Salah gimana? Itu Lo beli merk yang paling mahal, otomatis paling bagus kualitas dan jaminan hasilnya." Ucap Elenna menepuk-nepuk pantat Kenzie karena sempat menangis terkejut dengan teriakan nya tadi.

"Apa mau cek ke dokter biar tahu hasil sebenarnya?." Tawar Elenna.

"Janganlah anjir, yang ada gue bakal malu sendiri, terus ketahuan sama banyak orang!."
Ujar Felsya cepat.

"Gue sendiri juga nggak tahu sih harus gimana Fel. Sabar ya." Elenna mengelus rambut Felsya yang di sandarkan di bahunya. Dan beberapa kali Elenna sadar kalau Felsya sedang menangis saat ini, tapi ia hanya diam.

***

Jevan sibuk mengisi formulir dan membereskan beberapa perlengkapan sekolahnya. Jevan memang sudah ada niatan untuk pindah sekolah sejak di beritahukan bahwa orang tuanya akan pindah rumah di kawasan perumahan elit di Surabaya, alhasil ia juga harus pindah sekolah.

Jevan dulunya bersekolah di SMA daerah Malang, karena ada urusan bisnis di Surabaya. Ayah dan Bunda nya otomatis menyuruhnya untuk pindah sekolah, walau malas tapi tetap ia lakukan. Apalagi sebentar lagi ia akan lulus, sebenarnya tanggung jika harus pindah sekolah. Namun kedua orangtuanya selalu memaksa jadi ia tidak berhak untuk menolak.

"Sudah siap semua kan? Kita berangkat hari ini." Ucap Rio memastikan barang-barang sudah di angkut di mobil pick up yang ia sewa.

Renata dan Jevan hanya mengangguk cepat. Mereka memilih menaiki mobil pribadi mereka karena jaraknya tidak terlalu jauh. Lagipula mereka juga sudah menyewa perumahan di sana.

Jevan memandangi jalanan kota dengan santai dan menikmati tiupan angin lembut dari kaca mobilnya. Melihat dua laki-laki berboncengan melewati mobil mereka, Jevan jadi teringat sahabatnya, Rakha.

FELSLAUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang