20. Khawatir

27 9 0
                                    

~ Happy Reading ~••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~ Happy Reading ~


Setelah ke rumah Rakha, Jevan dan Felsya memutuskan untuk jalan-jalan menelusuri jalanan kota Surabaya, hingga berniat pulang sampai Maghrib nanti.

"Fel kalau semisal takdir mengatakan hal lain tentang kita memang benar berjodoh dan saling mencintai satu sama lain, Lo bakal terima nggak?." Jevan mencoba mengajak berbicara karena sedari tadi mereka hanya diam.

"Ya terima aja, namanya takdir jadi nggak ada yang tahu kan?."

"Gue mau nanya sama lo, Lo itu sebenarnya suka nggak sih sama gue? Secara gue kan emang udah ngaku walaupun terpaksa pas itu kalau gue suka sama lo." Jevan memperlambat laju motornya.

"Gimana ya Jev, gue belum bisa jawab sekarang. Mungkin suatu saat gue bakal jawab."

"Kalau sekiranya lo belum bales perasaan gue terus gue udah nggak ada gimana? Sia-sia dong gue nunggu." Ucapan Jevan menbuat Felsya reflek melotot dan memukul punggung Jevan.

"Nggak boleh ngomong gitu Jev, dosa! Jangan bawa-bawa kata itu deh!." Felsya menekankan nada bicaranya.

"Kenapa sih serius amat, maksudnya kalau gue udah nggak ada di samping lo atau nggak bareng sama lo lagi, misal kita suatu saat pisah atau apa gitu."

"Ooh kirain mengarah ke itu, jangan deh amit-amit."
"Ya gue berarti harus ngomong secepatnya gitu dong, ya kan?. Udah yuk motoran nya gue capek pengen pulang aja."

"Yakin pulang nih? Yaudah deh, pegangan." Felsya langsung memeluk Jevan di belakang agar tidak jatuh saat mengebut.

Hubungan mereka sudah lebih membaik daripada dulu, mereka sudah mulai akrab dan menganggap semuanya hal yang biasa, tetapi hanya Felsya yang belum memberi kepastian tentang hubungan yang sesungguhnya.

Yang artinya Felsya masih menganggap Jevan sebatas sahabatnya bukan orang yang ia cintai, untuk suami? Itu hanya status di atas kertas saja.

Ketika menunggu Felsya membukakan gerbang rumah, handphone Jevan bergetar terus menerus.
"Bentar Fel, Lo masuk dulu aja. Ada yang telpon." Felsya hanya mengangguk dengan ekspresi datar, kebiasaan dia kalau moodnya berubah tiba-tiba.

Jevan tidak memedulikan nya dan bergegas mengangkat telepon dari nomor yang tidak terdaftar di kontaknya.

"Halo? Ini siapa ya?." Tidak ada jawaban, Jevan hendak mematikan sambungannya tetapi suara seseorang menyahut.

"Hey! Masih ingat gue nggak sih? Atau pura-pura nggak ingat?." Suara itu membuat Jevan bersikeras mengingat siapa pemilik suara itu.

"Maaf siapa ya? Mungkin anda salah sambung."

"JANGAN DI MATIIN TOLOL! KEMANA AJA LO SEKARANG! MANA TANGGUNG JAWAB LO SELAMA INI? LO NGGAK NGERASA HIDUP GUE BERANTAKAN SETELAH KEJADIAN BEBERAPA TAHUN LALU?". Jevan melotot karena ia ingat siapa orang sedang berbicara dengannya sekarang.

FELSLAUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang