Nikah cuma karena kesalahpahaman? Hanya untuk keuntungan bisnis keluarga? Apakah mampu mereka menjalaninya?.
Jevan yang masih memiliki masalah di masa lalu nya, dan Felsya yang tidak tahu apa-apa terjebak takdir, di tuntut untuk menerima segalanya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
~ Happy Reading ~
• •
"INI SEMUA GARA-GARA KAMU FELSYA!." Teriak Henry frustasi mengacak-acak rambutnya kasar.
"SEMUA AJA SALAH FELSYA, FELSYA, DAN FELSYA! BUKANNYA INI SALAH KALIAN BERDUA?!." Henry geram, hendak menampar Felsya.
"SILAHKAN PUKUL TAMPAR ATAU APAPUN SILAHKAN, FELSYA CAPEK!." Air mata Felsya mengalir deras, ia menjerit karena sangat frustasi dengan keadaan semuanya.
Fella langsung melepas jaket kulit yang ia pakai dan menutupi tubuh Felsya yang menjerit meluapkan emosinya dengan segera. "Udah udah, kamu nggak salah. Felsya anak baik, nggak usah nangis udah, udah ya." Fella mengelus kepala Felsya lembut yang tertutup jaketnya. Ini cara yang biasa Fella lakukan ketika Felsya sedang kacau sejak dulu, dengan ini ia akan merasa sedikit baik dan sedikit bisa mengontrol emosinya.
Fella membawa Felsya ke kamarnya agar meredakan emosinya. Felsya pernah mengalami gangguan anxiety disorder gangguan trauma yang terjadi ketika masih kecil. Terkadang jika emosinya tinggi, ia bisa menjerit seolah-olah itu yang membuat emosinya menjadi reda.
Felsya memeluk erat, dan menjerit namun ia tahan dalam bekapan Fella. "Udah udah, semuanya akan baik-baik aja." Fella mengelus lembut kepala Felsya.
"Tapi kak, mereka udah nggak mau nerima aku tinggal di sana lagi." Tangisan Felsya pecah seketika.
"Jangan ngomong gitu, kamu nggak tahu apa yang akan terjadi nantinya, mereka masih kaget aja." Jelas Fella menenangkan.
"Felsya pengen ngerawat Jevan saat ini. Dia lagi sakit." Fella menghela napasnya berat. "Fel, di saat seperti ini kamu masih mikirin ingin rawat dia?. Pikirkan sekarang, lebih baik kamu istirahat dan sementara tinggal di rumah ini lagi. Barang-barang mu akan di ambil orang suruhan kakak."
"Jadi beneran aku nggak akan tinggal di sana lagi?."
"Kakak juga nggak tahu. Yang jelas sementara tinggal di sini, biar Kakak selalu bisa nemenin kamu." Fella memeluk Felsya dengan lembut.
***
Jevan sejak kemarin terus mencari Felsya yang tidak kunjung masuk ke kamarnya. Walaupun sering bertengkar, tapi kalau mereka berpisah pasti akan saling merindukan.
Ia menatap tempat tidurnya dan sesekali membayangkan kalau setiap mau tidur harus berdebat dulu dengan Felsya, harus pukul-pukulan bantal, terus Felsya bakal ngedumel tidak jelas. Tapi kini, Jevan kesepian, tidak ada lagi suara sewot Felsya dan berisiknya mulut cewek itu.
Jevan menarik napasnya berat, merebahkan tubuh berotot nya di kasur dengan berlapis sprei berwarna navy polos. Baginya, luka seperti ini hanyalah biasa tapi orang orang menganggapnya serius. Padahal ia pernah mengalami patah tulang di lengannya gara-gara tawuran dengan geng lain saat masih menjadi anggota BLACKFROG.