Nikah cuma karena kesalahpahaman? Hanya untuk keuntungan bisnis keluarga? Apakah mampu mereka menjalaninya?.
Jevan yang masih memiliki masalah di masa lalu nya, dan Felsya yang tidak tahu apa-apa terjebak takdir, di tuntut untuk menerima segalanya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
~ Happy Reading ~
• •
"Lah gue ngapain berdiri di sini kayak nggak ada kerjaan." Jevan yang semula memperhatikan Felsya dan Rakha diam-diam itupun akhirnya membalikkan badannya.
"Weh setan!." Umpat Jevan setelah berpapasan dengan Elenna, Arasely dan Tasya yang ada di belakangnya entah sejak kapan.
"Kita manusia anjir, mata matain Felsyod ya?." Goda Arasely sambil menyipitkan matanya. "Nggak! Gue lagi mau ke kelas, cuma tadi tali sepatu gue lepas."
Mereka bertiga refleks menoleh tali sepatu Jevan yang sepertinya rapi dan tidak ada bekas ubahan tali lepas. "Alah gengsi, itu Felsya sama siapa sih?." Tanya Elenna.
"Mana gue tahu, susulin aja gih. Gue ke kelas dulu." Jevan berlari kecil menjauh dari ketiga sahabat Felsya ini, bisa-bisa bakal diejek sepuasnya nanti.
***
Seperti janji Jevan tadi, ia bersiap untuk mengantar Felsya ke dokter mengecek apakah beneran hamil atau tidak, karena sampai detik ini dia belum menstruasi. Mungkin sebagian wanita juga akan merasa takut jika masa menstruasi nya tidak teratur.
"Jev, sebelum ke kosan Rakha. Bawain apa gitu dulu yuk, beli di jalan kalau ada makanan yang enak." Ucapan Felsya membuat Jevan tidak mood, dan menatap nya sinis.
"Setelah ke rumah sakit, gue mau balik ke rumah aja capek, nggak jadi ke tempatnya Rakha." Ucap Jevan cepat. "Lah kok gitu? Tadi bilangnya mau main ke kosan Rakha, padahal gue udah nge-chat dia loh." Jevan menoleh refleks.
"Lo punya nomornya?." Felsya mengangguk. "Sejak kapan?." Tanyanya. "Tadi, pas ngobrol di sekolah."
"Ck." Jevan berdecak. Felsya bingung dengan tingkah Jevan sejak tadi yang memperlihatkan wajah menyeramkannya, masa sih dia cemburu? Nggak mungkin, seorang Jevan cemburu cuma gara-gara Felsya dekat dengan Rakha sahabatnya sendiri.
Beberapa menit mereka sampai di salah satu rumah sakit yang tidak jauh dari rumah Jevan. Mereka berdua sengaja memakai mobil karena tadi sempat gerimis, takut kalau hujan deras.
Felsya memesan tiket antrian, dan duduk menunggu panggilan. Jujur, dia sendiri merasa gugup dan takut dengan hasilnya nanti. Semoga negatif saja, tapi secara logika kalau hasilnya beneran negatif, Ia akan takut sendiri kalau keluarga Jevan bakal mengusirnya dan Jevan menceraikannya secara paksa, lalu ia akan menjadi janda muda yang kaya raya. Kalau di bayangkan ngeri juga ya kayak di sinetron-sinetron itu.
"Nyonya Felsya Lauren Xie." Panggil suster tiba-tiba. Felsya segera memasuki ruang pemeriksaan, rasanya gugup memang. Jevan menemaninya masuk ke ruangan, bagaimanapun dia suaminya kan?.
"Jadi apa keluhannya nyonya?." Dokter perempuan itu memperhatikan Felsya dan Jevan bergantian, mungkin karena wajah dan postur tubuh mereka seperti anak remaja tapi masuk ruang pemeriksaan kehamilan.