Nikah cuma karena kesalahpahaman? Hanya untuk keuntungan bisnis keluarga? Apakah mampu mereka menjalaninya?.
Jevan yang masih memiliki masalah di masa lalu nya, dan Felsya yang tidak tahu apa-apa terjebak takdir, di tuntut untuk menerima segalanya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
~ Happy Reading ~
• •
"HAH?." Jevan dan Felsya hampir bersamaan kagetnya.
"Dari awal kita udah tahu kalau Felsya memang nggak hamil, dari ciri-ciri tubuhnya aja sudah kelihatan kan?. Awalnya kita juga udah ada niatan buat periksa kebenaran kehamilan Felsya ke dokter. Tapi Henry sama Sarah melarangnya, mereka terlalu yakin kalau kamu hamil, jadi kita pasrah aja." Jelas Rio.
"Mami sama Papi yang ngelarang?." Felsya menyahut. Rio mengangguk pelan.
"Kok kalian nggak membantah, malah setuju aja aku sama Jevan di nikahkan?." Rio dan Renata saling menatap satu sama lain.
"Kita pertamanya sih nggak setuju, tapi melihat kamu adalah gadis yang baik, sopan, dan juga cantik yang pasti. Membuat kita berubah pikiran, dan menyetujui perjodohan ini." Lanjut Rio.
"Baik apanya, orang kayak nenek lampir gini." Sahut Jevan.
"Jadi semua masalah clear, bukan berarti kamu beneran nggak hamil terus kita putus tali persaudaraan ini dan menceraikan mu dengan Jevan. Kamu bakal tetap jadi bagian keluarga Morgan selama-lamanya, dan pastinya akan menjadi istri Jevan sampai maut memisahkan." Ujar Renata.
"Bunda dan Ayah berharap kalian bertahan hingga akhir, dan ketika sudah dewasa harus saling mengerti. Cobalah untuk memberikan kami cucu yang lucu ya, untuk sekarang fokuslah belajar sekolah demi masa depan kalian." Lanjutnya.
Malam itu semuanya tertawa dan berbagi cerita satu sama lain, sangat hangat, nyaman, dan indah. Itu yang Felsya rasakan saat ini, baru kali ini ia merasa seperti mempunyai keluarga utuh dan perhatian. Keluarga Jevan memang sangat baik padanya, menganggapnya seperti anak kandung mereka sendiri.
Kalau di ingat lagi, Felsya tidak pernah curhat, cerita, atau berbincang hangat seperti ini dengan keluarganya sendiri. Paling hanya dengan Fella, itupun nggak se seru ini. Felsya mulai mengantuk dan ijin untuk ke kamar lebih dulu di banding Jevan.
Seperti biasa, ia tidur di tempat tidur milik Jevan, sedangkan Jevan di kasur gulung yang diletakkan di lantai. Terkadang ia berpikir kasihan dengan Jevan yang setiap hari selalu kedinginan dan tidur hanya beralaskan kasur tipis itu.
Tapi mau bagaimana lagi, kalau mereka berdua tidur bersama, rasanya tidak enak dan canggung. Yah walaupun udah sah, tapi tetap saja mereka berdua saling risih. Pintu terbuka, itu pasti Jevan. Felsya memang belum tidur karena kepikiran suatu hal. Yaitu kakak tersayangnya.
Akhir-akhir ini ia jarang bertemu Fella, karena Fella banyak kesibukan di dunia kerjanya. Ia juga merindukan Kenzo, keponakan super usil dan se menyebalkan seperti dirinya. Walaupun sekarang lebih bebas tanpa di suruh jadi babu nya Kenzo, tapi Felsya lebih memilih seperti dulu daripada seperti sekarang.