19 | Love-Hate
HARI-hari Naruto di Milan lebih terlihat seperti pengecut yang melarikan diri bertameng perjalanan bisnis, itu kata Shikamaru.
Tetapi, Naruto tidak memedulikan ejekan teman sekaligus sekertarisnya itu. Lelaki itu hanya berusaha mengenyahkan kesalahan bodohnya dengan Hinata, menjamah perempuan itu sama saja membiarkannya terjebak di kandang singa. Pesan yang ia kirimkan pada wanita itu saja tak di balas hingga sekarang, Hinata benar-benar tahu caranya cut off lelaki di hidupnya.
Kata Shikamaru, jika Naruto bersedia untuk membaca seluruh riwayat kedekatan Hinata dengan pria lain, pasti Naruto hapal jika wanita itu pernah memukul bahkan menendang salah satu anak pria terkaya ke tiga se-asia karena berani menyentuhnya. Hinata tidak satu atau dua kali di jodohkan oleh Ibunya, namun telah beberapakali seorang pria kaya dari berbagai latar belakang hendak meminta wanita itu menjadi istrinya.
Dari berbagai macam pria, hanya Naruto, yang akhirnya bisa meminang Hinata menjadi istri dan menyentuh wanita itu lebih dari sekedar ciuman bibir.
Shikamaru terus menceritakan hal-hal semacam itu yang membuat Naruto semakin sakit kepala. Kalimat semacam do you know?, Dari Shikamaru membuat Naruto geleng-geleng kepala karena tak habis pikir bahwa sekretarisnya itu begitu mendalami sepak terjang Hinata. Padahal waktu itu, Naruto hanya meminta informasi sekadarnya. Lagipula, sebenarnya Hinata itu desainer atau atlet karate? Wanita itu dengan mudah menendang atau bahkan memukul.
Memikirkan jika dirinya menjadi salah satu lelaki yang mendapatkan pukulan itu, membuat Naruto merinding.
"Sebaiknya kau atur jadwalku. Aku pusing mendengarkan kau mengoceh———"
"Tidak ada jadwal, selain rapat di Tokyo. Sudah kubilang aku hampir botak memikirkan cara bagaimana kau tetap di sini sebulan sementara rapat sudah di alihkan ke Tokyo. Kau benar-benar ingin membuatku mati muda!" Intrupsi Shikamaru mencak-mencak, wajahnya sudah memerah menahan kesal. Naruto mengerucutkan bibirnya kebingungan, pulang ke Tokyo ia begitu takut dengan Hinata.
"Belum Minato-sama menelepon, Ayahmu itu pasti heran jika tahu kau terus berada di Milan!" Sambung Shikamaru, ingin sekali menelan bulat-bulat kepala sahabat kuningnya itu. Urusan rumah tangga dicampur adukkan dengan bisnis, membuat Shikamaru yang babak belur.
Naruto menghela napas. "Baiklah-baiklah."
Shikamaru menarik napasnya, berdehem.
"Aku sudah mengatur jadwal pertemuanmu dengan Shion. Kau bilang ingin bertemu dengan wanita itu kan?" Tutur Shikamaru, membuat Naruto menoleh pada sahabatnya itu.
"Tapi, bagaimanapun konklusi dari pertemuan kalian nantinya, aku adalah orang pertama yang tidak setuju dengan hubungan kalian. Aku harap padamu Naruto, bahwa pertemuanmu dengan Shion hanya akan jadi pertemuan biasa antara teman lama." Sambung Shikamaru cepat, membuat Naruto merapatkan bibirnya dan mengangguk pelan. Menurut serupa murid pada guru.
"Aku memang tak berniat menjalin hubungan lagi, aku hanya penasaran. Kau tahu kan? Maksudku, aku benar-benar hanya ingin dengar penjelasannya." Tutur Naruto sungguh-sungguh, Shikamaru memutar bola matanya.
"Terserah kau untuk menentukan akhirnya bagaimana, kau yang memegang kendali itu. Aku sebagai teman yang tahu kondisimu saat itu, hanya tak ingin kau terluka lagi." Tutur Shikamaru, lelaki berambut hitam pekat itu membuka i-padnya untuk melihat jadwal.
"Village Cafe jam 7 malam. Shion yang menentukan tempatnya." Tutur Shikamaru, Naruto tersenyum tipis dan mengangguk. Lelaki berambut pirang itu membuang muka ke jendela, melihat orang-orang berlalu-lalang di luar.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUPERNOVA [END]
RomanceMenurut Naruto, Hinata tidak lebih dari wanita menyebalkan yang selalu merepotkan perihal estetika. Menurut Hinata, Naruto tidak lebih dari lelaki work holic yang kinerja hidupnya mirip seperti robot. Pertentangan ke duanya seperti ledakan di angkas...