25 | Love-Battle

3K 321 139
                                    


25 | Love-Battle

OBAT itu manjur, Hinata sudah baikkan ketika mereka sudah menentukan hotel dimana para kru dan Hinata sendiri akan tinggal sementara waktu. Wanita itu tak sempat mengecek ponselnya dan ketika punya kesempatan itu, Hinata melihat beberapa panggilan tidak terjawab dari Naruto. Wanita berambut indigo itu menghela napas, ia memilih tidak menghiraukannya karena berpikir Naruto hanya perlu tahu kabarnya. Moegi pasti sudah menjelaskan dengan detail pada Naruto kemana Hinata pergi.

Mereka berada di sebuah desa, tempat yang mereka tinggali juga sebuah rumah warga yang di jadikan villa. Rumah-rumah di sana begitu memanjakan mata, hampir semua desainnya terlihat sejuk di pandang mata. Kini Hinata sudah siap di sebelah sang fotografer, memantau bagaimana Toneri kini sudah siap berdiri diantara padang bunga, berpose sesuai gaya andalan lelaki itu. Sejauh ini Toneri tidak berulah, mungkin karena lelaki itu tak ingin Hinata banyak pikiran setelah terlihat pucat di pesawat. Ada bagusnya Hinata sakit, agar lelaki itu berhenti untuk usil.

Satu jam pemotretan di lakukan dengan maksimal oleh Toneri tanpa pengulangan yang berarti, para kru tengah mencari spot foto untuk selanjutnya. Toneri yang sudah berganti baju untuk mengambil jam istirahatnya, malah menarik tangan Hinata untuk ikut bersamanya, ke sebuah sungai jernih yang tidak jauh dari tempat pemotretan.
Hinata lagi-lagi tak bisa berteriak marah, Toneri sudah biasa untuk menjadi sesukanya. Wanita itu sendiri tidak jadi masalah, karena Toneri bukan jenis lelaki yang benar-benar tidak tahu diri sebab pekerjaannya memang dijalankan dengan penuh rasa tanggung jawab, hasilnya bahkan memuaskan.

Jadi, Hinata memang harus menerima sedikit tingkah unik partner kerjanya, Toneri membawanya memasuki air sungai yang dingin. Bahkan lelaki itu melepas sepatunya dan menenggelamkan kaki-kaki putihnya ke sana, Hinata memerhatikan di pinggir sungai.

"Ayo masuk, sungguh, ini segar sekali. Kau akan menyukainya.", Toneri menawarkan seperti kepada anak kecil yang sanggup luluh hanya dengan tawaran permen, Hinata terkekeh lembut untuk pertama kalinya. Melihat tingkah menyenangkan Toneri menyipratkan air sungai padanya.

"Hinata si Boss menyeramkan, ayolah. Ini bisa meredakan stress loh." Toneri menawarkan lagi, Hinata menggeleng-gelengkan kepalanya seraya tersenyum. Ia akhirnya luluh dan melepas sepatunya, pikirannya benar-benar sedang penuh dan mungkin benar kata Toneri bahwa ia butuh air sungai yang dingin untuk menenangkannya. Toneri mengulurkan tangannya, membantu Hinata untuk turun sampai kepada tangan lelaki itu memegang pinggang Hinata.

Hinata terkekeh sedikit menggigil begitu tahu bahwa air sungai itu dingin sekaligus menyejukkan. Toneri terkekeh melihat wajah Hinata, lelaki itu mundur beberapa memganbil jarak lalu menyipratkan air pada wanita berambut indigo itu sehingga bajunya basah.

"Toneri hentikan!" Hinata terkekeh.

"Seru kan! Lihat, kau mudah tertawa sekarang."

Hinata benar-benar tertawa, wanita itu sekarang tak sungkan untuk membalas cipratan air yang dilemparkan oleh Toneri. Keduanya seperti anak kecil yang bermain air, bahkan tak jarang saling mendorong. Baju keduanya sudah kuyup, Toneri memeluk Hinata dari belakang untuk menghentikan wanita itu menyipratkan air lebih banyak. Hinata berusaha melepaskan dengan kekehannya.

Walau berwajah begitu tegas dengan sikap yang amat sangat perfeksionis, Toneri tahu bahwa Hinata adalah wanita yang lembut, yang menyimpan begitu jauh sikap kekanak-kanakannya. Wanita itu tergerus kehidupan dewasa terlalu lama, bahkan mungkin sejak masa anak-anak wanita itu. Toneri memang tidak tahu banyak selain menguntit sejak dulu, tetapi, ia cukup menyadari bahwa ada keceriaan yang Hinata pendam selama ini.

SUPERNOVA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang