17 | Apatheia
SHIKAMARU memang seringkali mengunjungi Milan untuk urusan bisnis yang mewakili perusahaan Namikaze. Sebagai sekretaris, lelaki itu memegang peranan lebih dari sekedar rekan kerja yang menjalankan tugas dengan penuh rasa tanggung jawab. Shikamaru bertindak seperti tangan kanan, bahkan jajaran CEO di perusahaan Namikaze turut menghormatinya. Shikamaru berhasil menjadi orang kedua terpenting setelah Naruto.
Tetapi sialnya, meski begitu Shikamaru juga tetap saja seorang bawahan. Dimana jika Naruto memintanya terbang ke Milan hari ini juga, maka Shikamaru harus berangkat. Tak peduli jika ia sedang menikmati morning routinnya, sorenya Shikamaru harus sudah berada di Milan. Jam dua belas malam, ia baru bisa santai menikmati dermaga di dekat distrik Navigli seraya merokok setelah merekap hasil meeting dengan Naruto.
Sedangkan bossnya sendiri sudah pergi jam sebelas malam, katanya tak mungkin pulang larut malam karena lelaki itu dan istri palsunya tinggal sementara di mansion megah Tuan Gustav. Shikamaru mencoba percaya jika pernikahan Naruto akan tetap menjadi pernikahan bisnis yang menguntungkan keduanya, meski Shikamaru sendiri tidak mengerti mengapa Naruto ingin melakukan pernikahan bisnis tanpa keuntungan materil dan beralasan pernikahan tersebut untuk menutup mulut Ibunya yang terus-menerus memintanya menikah.
Seperti, apa Naruto tidak mengerti konsep pernikahan itu rumit meski ter-organisir di atas materai sekalipun?
"Tch." Shikamaru menyalakan pemantik api dan mulai mendekatkan puntung rokoknya pada api. Lalu menghembuskan asapnya ke udara. Tangannya memainkan pemantik gas hingga terus berbunyi, mata sipitnya itu menatap darsena yang di kelilingi lampu-lampu, orang-orang berkumpul dan tertawa, bercengkrama dengan cocktail mereka. Sedangkan Shikamaru sendirian, dengan satu botol wiski yang pastinya tidak akan ia habiskan.
"Kau masih sering ke sini?" Suara lembut itu membuat Shikamaru menoleh ke sebelahnya, sedetik kemudian ia tertegun melihat wanita bersurai pirang pucat kini menoleh padanya dengan senyum seraya menyodorkan rokok di sela jarinya, gestur kepalanya meminta Shikamaru menyalakan pemantik rokoknya.
Wanita ini di Milan?! Shikamaru rasanya ingin teriak, tapi wajahnya kini hanya menampilkan ekspresi tanpa riak seolah tidak terkejut sama sekali.
"Shion?"
"Terkejut?"
Shikamaru menyunggingkan senyumnya.
"Tch. Kau masih merokok saja, Shion?"
Shion terkekeh, lalu mengangguk.
"Cigarettes are life." Sahut Shion santai, Shikamaru menyunggingkan senyumnya terlihat muak.
"Tampilan dan kehidupanmu memang bertolak belakang." Tutur Shikamaru, Shion kembali terkekeh.
"Kita memang berdampingan dengan ketidakseimbangan. Kau harus terbiasa dengan itu." Tutur Shion, Shikamaru menyalakan rokok wanita itu dengan pemantiknya. Lalu melihat wanita bermata lavender itu menghisap rokoknya, seperti pelaku paling ahli. Shion kembali menoleh padanya.
"How are you?" Shion bertanya, Shikamaru menyunggingkan senyumnya.
Brengsek. Shikamaru harusnya terbiasa dengan segala hal yang tak terduga, ia terbiasa menyiapkan segala kemungkinan terburuk dalam hidupnya atau segala masalah yang mampir di hidupnya. Tetapi, bertemu kembali dengan wanita bernama Shion adalah pengecualian!
Terlebih, Naruto. Lelaki itu jangan sampai tahu.
Atau, Naruto sudah tahu?
****
KAMU SEDANG MEMBACA
SUPERNOVA [END]
RomanceMenurut Naruto, Hinata tidak lebih dari wanita menyebalkan yang selalu merepotkan perihal estetika. Menurut Hinata, Naruto tidak lebih dari lelaki work holic yang kinerja hidupnya mirip seperti robot. Pertentangan ke duanya seperti ledakan di angkas...